Bab 5. Oven Bunda

18 0 0
                                    

Tukang ojek online itu mengendarai motornya, menuju titik lokasi penumpang yang memesannya. Dia memperlahan laju motornya. Lelaki itu tersenyum setelah melihat baju seseorang yang sesuai dengan ciri-ciri calon penumpangnya.

Tukang ojek itu memastikan bahwa yang ditemuinya adalah pemesan ojek online.

"Tadi, kenapa berhenti di depan Universitas Angkasa, Pak?" tanya penumpangnya. Dia masih berdiri, belum naik ke atas motor.

"Itu, tadi ada Mbak Mbak yang mau pesan ojek online, tapi handphonenya mati. Minta tolong saya untuk antar dia. Ya saya bilang, saya sudah ada yang memesan," terang ojek online.

"Kita ke sana, Pak," kata penumpang ojek.

"Tapi...," tukang ojek online ragu.

"Nanti saya tambah. Antar saya ke sana, Pak," pinta penumpang ojek.

Penumpang ojek itu pun duduk di belakang tukang ojek. Motor dinyalakan. Dan, keduanya menuju depan gerbang Universitas Angkasa.

Terlihat seorang perempuan sedang minum dari botol, tidak memperhatikan kehadiran ojek online.

Penumpang ojek itu sudah turun dari motor. Dan, menghampiri Tiara.

"Kamu butuh ojek?" tanya penumpang ojek pada Tiara.

Tiara segera menyelesaikan minumnya. Suara itu tidak asing baginya. Dia segera menatap wajah penumpang ojek online, ingin segera memastikan siapa orang yang menghampirinya.

"Kamu!" teriak Tiara kaget melihat wajah lelaki yang merusak makan siang Tiara. Dia Dirga.

"Kalau kamu butuh ojek. Kamu pakai saja ojekku," kata Dirga ramah.

"Jangan sok jadi pahlawan. Aku bisa pesan ojek sendiri!" Tiara berdiri, melangkahkan kakinya menuju pos security.

"Cari ojek jam segini susah. Ini jam pulang kantor. Kalau pun ada pasti kamu harus lama menunggu. Kamu pakai saja ojekku," Dirga tetap menawarkan ojek yang telah dia pesan.

Tiara berhenti melangkah. Dengan semua kejadian hari itu. Dia ingin segera sampai di kamarnya. Mandi, makan, lalu masuk ke dalam bed covernya.

Tiara berjalan menuju tukang ojek dan motornya.

"Jalan, Pak!" Tiara langsung naik ke atas motor ojek online. Tanpa mengucapkan terima kasih pada Dirga.

Pengemudi ojek online kaget dengan apa yang dilakukan Tiara. Sementara itu, Dirga hanya tersenyum melihat perilaku Tiara.

"Alamatku, nanti saja. Kita jalan dulu!" kata Tiara dengan tegas pada tukang ojek. Dia tidak mau Dirga mendengar alamat rumah Tiara.

"Saya cancel, Pak," kata Dirga sambil menyerahkan uang lima puluh ribu pada tukang ojek.

"Lho, uang apa ini, Kak?" tanya tukang ojek online.

"Ongkos ojek, dari tempat saya tadi ke sini. Sekalian ongkos ojek ke rumah si Mbak itu," kata Dirga.

"Aku bayar sendiri!" kata Tiara dengan ketus.

"Gini gini, pakai aplikasi saja, Kak. Biar sama-sama nyaman. Supaya kelihatan juga ongkosnya berapa," kata tukang ojek online.

"Handphone saya mati, Paaak!" kata Tiara geram.

"Ya sudah pakai handphoneku aja, mana alamatmu?" tanya Dirga.

"Sudah, Pak. Jalan saja, nanti saya beritahu alamat saya," kata Tiara.

"Sebentar, Kak. Pakai handphone saya saja. Di mana alamatnya?" tanya tukang ojek.

Lunch TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang