Part 7

12.4K 361 11
                                    

Beberapa hari bekerja sebagai sekretaris Kiano, Bella ingin menangis karena stress berat. Bagaimana tidak, selain pekerjaannya yang menumpuk dan membuatnya nyaris lembur setiap hari, ia juga bertugas mengurusi keseharian bosnya itu.

Jika Kiano bangun kesiangan, Bella harus sigap ke apartemen pria itu dan dan membantunya bersiap ke kantor. Terkadang ia harus pusing memikirkan dasi apa yang cocok di kenakan oleh Kiano, apa keperluan pria itu yang tertinggal. Dan yang paling menyebalkan, Bella harus sigap mencarikan teman kencan untuk Kiano jika pria itu membutuhkan.

Menjijikkan, Bella benar-benar jijik pada pria itu. Belum lagi, kemarin Bella juga harus mencarikan pasangan Kiano untuk acara pesta. Harus mengurus wanita cantik yang berprofesi sebagai model itu seperti bayi. Menghubungi make-up artist dan memesankan gaun dari desainer kenamaan.

Setelah siap, bukannya Bella di ijinkan untuk beristirahat, ia justru harus jadi obat nyamuk di antara kedua orang itu karena Bella harus tetap mendampingi Kiano selama berada di pesta. Melayani Kiano dan juga pasangannya seolah Bella adalah pembantu.

Bella lelah. Ia kurang istirahat dan sering terlambat makan akibat stres. Ia tidak sempat malas lagi karena pekerjaannya menumpuk seperti gunung Everest. Belum lagi mengurus pengobatan sang ayah, rasanya Bella ingin membelah diri saja agar bisa membagi pekerjaannya.

Malam ini, Bella kembali harus lembur karena laporan yang ia kerjakan tertunda. Bukan salahnya, bos laknat itu memberinya tugas mengurusi beberapa mantan teman kencannya yang rewel. Sebagian mereka meminta kompensasi karena tidak jadi menghabiskan malam bersama. Sebagian lagi, meminta jadwal untuk kembali menemui Kiano, bahkan kalau bisa berkencan lagi.

Sungguh, mengurusi Kiano terkadang membuat Bella ingin muntah. Pria itu hobi jajan sembarangan. Apa Kiano tidak takut terkena penyakit kelamin. Pasalnya, para wanita malam itu tidak mungkin hanya tidur dengan Kiano kan? Dan lagi, Bella jijik membayangkan Kiano pernah tidur dengannya. Meraba-raba tubuhnya, sedangkan tangan itu pernah meraba wanita malam yang entah membawa penyakit atau tidak.

Bella bergidik. Tapi, ia tetap berkonsentrasi mengerjakan laporannya agar tidak kena omel. Dan, tentu saja agar segera bisa pulang. Takut juga wanita sendirian pulang malam hari. Dan sepertinya, yang lembur juga tidak banyak. Apalagi di lantai ini, hanya ada Bella dan Kiano. Jadi, suasana lumayan sepi.

Entah karena lelah atau apa, Bella tidak dapat menahan kantuknya dan tertidur dengan kepala tergeletak di atas meja kerjanya. Suara dengkurannya terdengar sedikit, mungkin saking lelahnya dan bahkan tubuhnya tidak terganggu dengan posisi tidurnya yang tidak nyaman. Pun, ketika ada seseorang yang mengangkat tubuhnya dan memindahkannya, Bella sudah tidak ingat lagi.

**

Bella melenguh pelan dan berguling ke kanan memeluk guling. Nyaman sekali, dan kasur ini terasa sangat empuk. Berbeda dengan kasur di rumahnya yang sudah tepes dan tidak nyaman jika dipakai tidur. Kasur ini sangat empuk dan lembut, membuatnya enggan bangun dari tempat tidur.

Tapi, tunggu dulu

Ia tidur di kasur. Astaga, kasur siapa? Bukankah tadi ia masih di kantor. Atau jangan-jangan ia pulang sambil tidur berjalan.

Tidak mungkin,

Bella tidak punya penyakit tidur berjalan. Ia tidur dengan baik selama ini. Tapi, ini di mana?

Bella segera membuka matanya, dan seketika ia melotot menatap ruangan yang masih asing baginya. Ruangan apa ini? Dan lagi, ia di mana sekarang?

Bella menatap jam dinding dan terkejut ketika jam sudah menunjukkan jam 11 malam. Ia segera turun dari ranjang dan berjalan menuju pintu kamar. Sudah waktunya pulang dari tadi, ayah dan ibunya pasti cemas.

Ketika membuka pintu, Bella mematung seketika mendapati Kiano tengah duduk di depan laptopnya. Jadi, ini ruangan istirahat milik Kiano. Pasalnya, ruangan ini berada di dalam ruang kerja bos-nya itu.

Bella menatap Kiano yang tengah  berkonsentrasi pada pekerjaan di hadapannya. Kiano Candradiwinata terlihat sangat tampan saat ini. Tidak Bella pungkiri, sejak SMA, pria itu memang sangat tampan meskipun terkenal angkuh dan sombong.

Sejenak Bella mematung. Jadi, ia tadi tertidur di ruangan Kiano. Tapi, bagaimana bisa Bella sampai disini. Apa ia berjalan sambil tidur? Tapi, tidak mungkin. Lalu, apa jangan-jangan?

"Kau sudah bangun?" Kiano akhirnya bersuara karena menatap sekretarisnya  yang sedari tadi mematung di depan pintu ruang istirahat.

Bella mengangguk pelan. Ia melangkah pelan ke hadapan Kiano dengan kedua tangan saling meremas. Tidak tahu harus berkata apa.

"Pak, bagaimana, eeeh, bagaimana saya, saya tadi bisaaaa,"

"Kau tertidur di meja kerja, dan aku memindahkanmu."

Bella menatap Kiano sejenak. Jadi, pria itu menggendongnya tadi. Tapi, kenapa bisa begitu, kenapa Kiano tidak membangunkannya saja.

"Dan lagi, ini tugas-tugasmu, aku sudah menyelesaikan semuanya. Kau terlalu lelet, bagaimana bisa Albert memilihmu menjadi sekretarisku. Rupanya pria itu mulai ngawur sekarang. Ia harus di tegur keras setelah ini."

Bella menatap horor pada Kiano. Jangan bilang pria itu kecewa pada cara kerjanya. Dan, jangan sampai ia di pecat setelah ini. Tanggungannya banyak, apalagi utang-utang ayahnya sebentar lagi jatuh tempo. Bagaimana kalau ia sampai di pecat. Habislah Bella.

"Maafkan saya pak, saya janji akan memperbaiki kinerja saya. Saya hanya kelelahan dan terlalu banyak pikiran. Jadi, saya mohon jangan pecat saya. Saya sangat butuh pekerjaan ini."

Bella berucap takut sambil menunduk. Sungguh, ia sangat takut kehilangan pekerjaan. Bayangan para preman yang menyambangi rumahnya seperti perampok membuatnya sangat trauma. Dan, sebentar lagi tanggal mereka menagih akan jatuh tempo. Bella tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika ia tidak punya pekerjaan.

"Baiklah, aku memberimu kesempatan sekali lagi. Tapi, jangan seperti ini lagi, kau sekretarisku, bukan aku yang jadi sekretarismu. Ingat itu."

Bella mengangguk. Dalam hati, ia sangat bersyukur tidak jadi dipecat. Bahkan tadi, ia tidak segan bersujud pada Kiano untuk tidak memecatnya. Untung saja tidak terjadi.

"Aku akan mengantarmu pulang. Sudah malam. Aku tidak mau mendengar berita besok pagi karyawanku jadi korban kejahatan."

Bella kembali mengangguk. Dan setelah Kiano menutup laptopnya, pria itu berjalan keluar ruangan. Bella hanya pasrah mengikuti bosnya. Ia tidak berani berkutik. Tidak jadi di pecat saja, Bella sudah merasa sangat beruntung. Besok-besok, ia harus lebih berhati-hati, ia harus bekerja seperti robot agar pekerjaannya yang bergaji lumayan ini bisa aman dan tidak terancam pemecatan lagi.

After One Night Stand (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang