Part 8

11.6K 307 7
                                    

Suasana berisik membuat Bella terbangun dari tidurnya. Ia melenguh, mendapati bahwa jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Astagaaa, jam segini kenapa berisik sekali di luar.

Bella bangun dengan malas dan berjalan keluar dari kamarnya. Dan matanya seketika melotot melihat ruang tamu rumahnya yang sudah berantakan. Barang-barang berserakan dan ayah serta ibunya ketakutan di pojok ruangan. Ayahnya yang duduk di kursi roda tampak memeluk ibunya yang menangis sesenggukan.

Ada apa lagi ini, Tuhan

Bella segera berjalan menuju dua pria berbadan kekar yang sedari tadi mengacak-acak ruang tamunya. Mereka seperti dua orang kesetanan yang tanpa ampun merusak apa saja yang ada di dalam rumahnya.

"Anda-anda ini siapa, kenapa memporak-porandakan rumah saya. Saya bisa melaporkan anda berdua ke kantor polisi sekarang juga!!"

Kedua orang itu tersenyum miring menatap Bella yang kini duduk bersimpuh di samping ayahnya. Ketiga orang itu ketakutan menatap dua orang bengis yang membawanya tongkat bisbol di tangannya.

"Kalian ini siapa, kenapa merusak rumah kami seperti ini, ini kriminal. Saya akan melaporkan hal ini pada polisi!!" Bella berucap penuh penekanan. Berharap kedua orang itu takut pada ancamannya.

Namun, jangankan takut. Kedua orang bengis itu menyeringai menatapnya. Seolah baru saja menemukan mangsa yang masih segar.

Kedua orang menyeramkan itu berjalan menghampiri Bella dan kedua orang tuanya. Salah satu dari keduanya mengacungkan tongkat bisbol tepat di kepala ayah Bella.

"Bajingan tua ini, dua bulan lalu ia punya hutang pada bos kami dua ratus juta. Dan, hari ini sudah terlewat dari hari yang di tentukan. Tapi, bajingan ini tidak ada niat sedikitpun untuk membayar. Lalu, kau pikir bos kami harus bagaimana, hah!!"

Bella sontak terkejut dan menatap ayahnya. Pria itu yang berada di kursi roda dengan keadaan lumpuh separuh itu hanya menitikkan air mata dan menatap sendu pada putri tunggalnya.

Melihat itu, Bella memejamkan matanya. Ya Tuhaaaan, padahal dua bulan lalu ayahnya sudah kesulitan berjalan, bahkan mengenakan tongkat kemana-mana. Bagaimana mungkin dalam keadaan seperti itu ayahnya masih bisa ke tempat judi.

Ibunya semakin histeris mendengar semua kenyataan itu. Padahal beberapa hari lagi, utang di rentenir yang satunya lagi juga jatuh tempo. Lalu harus dengan apa Bella membayar semuanya.

"Apa buktinya kalau ayah saya berhutang pada kalian? Keadaan ayah saya tidak memungkinkan untuk melakukan pinjaman,"

"Benar, suami saya sakit sejak beberapa tahun lalu, tidak mungkin ia berjudi lagi." Ibu Bella tak kalah syok. Pasalnya, utang judi lain masih menumpuk, kenapa sekarang bertambah lagi.

Salah satu dari keduanya merogoh saku celana dan menunjukkan di depan mata Bella surat perjanjian utang dengan tanda tangan asli sang ayah. Dan, tentu saja Bella dan ibunya tidak dapat berkutik lagi. Sang ayah pun hanya terdiam. Ia sudah berusaha keras menutup utang-utangnya dengan kembali memberanikan diri untuk berjudi lagi. Apesnya, bukannya menang, ia justru terus kalah hingga utangnya menumpuk sangat banyak.

"Tapi, ada satu cara untuk melunasi utang-utang itu tanpa mengeluarkan sepeserpun," ucap salah satu orang itu sambil menatap Bella dengan seringaian menyebalkan.

"Maksudnya apa?" Bella bertanya dengan nada bingung. Pasalnya, mereka berdua kini menatapnya seperti singa menatap seekor domba. Menjijikkan sekali.

"Kau ikut dengan kami Nona. Bos kami pasti sangat menyukaimu. Apalagi, setelahnya, kau pasti bisa menghasilkan banyak uang dengan wajah cantikmu."

Bella mendengus kesal sekaligus takut. Benar-benar kiamat. Jika ia tidak segera mendapatkan uang untuk melunasi utang-utang sang ayah, tamatlah riwayatnya. Ia bisa berakhir menjadi pelacur di rumah bordil. Bella bergidik ngeri membayangkannya.

"Saya akan berusaha melunasinya. Beri saya waktu. Saya berjanji akan melunasi utang-utang ayah saya."

"Dengan apa kau membayarnya, cantik. Menyerah saja. Tidak buruk menjadi salah satu wanita dari bos kami. Jadi kau tidak perlu repot-repot membayar utang-utang dari tua bangka ini."

Bella berdiri, kemudian menatap penuh permohonan pada kedua iblis di hadapannya ini. Mungkin Bella jijik dalam hati, tapi karena ia butuh rasa iba dari kedua bajingan ini, ia terpaksa melakukannya.

"Tolong, beri saya waktu, saya berjanji akan melunasi utang-utang ayah saya asal di beri waktu. Beri waktu saya satu bulan, saya akan  berusaha membayarnya dalam kurun waktu itu."

Kedua orang menakutkan itu saling bertatapan, cukup lama, hingga salah satunya mengangguk. Melihatnya, Bella bisa sedikit bernapas lega. Setidaknya, ia punya waktu berpikir kemana akan mencari uang sebanyak itu.

"Satu minggu, kalau dalam kurun waktu itu uangnya tidak ada, kau ikut kami. Senangkan bos kami dengan tubuh molekmu. Tidak terlalu buruk, bos sangat royal, kau pasti suka."

Mereka berdua terkekeh pelan. Menyadari raut pias Bella. Keduanya yakin, dalam satu minggu, tidak mungkin perempuan itu bisa mencari uang dalam jumlah yang sangat banyak.

"Bagaimana, kau sanggup? kalau kau tidak sanggup, sebaiknya sekarang kau ikut dengan kami. Agar kami berdua tidak perlu lagi repot-repot datang ke gubuk sialan ini.

"Baik pak, saya akan berusaha semaksimal mungkin."

"Oke, tapi ingat, jika satu minggu uang itu belum ada, kau ikut kami, karena lelaki lumpuh itu tidak punya apapun selain putri yang lumayan cantik. Jadi, mau tidak mau kau akan kami bawa jika satu minggu uangnya tidak ada."

Setelah mengatakan itu, kedua orang mengerikan itu meninggalkan rumah Bella. Menyisakan Bella dan kedua orang tuanya yang kini merenungi nasib.

Tidak ada yang berkata apapun, sampai kemudian, Lasmi, ibu Bella berdiri dan menatap tajam pada suaminya.

"Seharusnya dulu aku menurut pada ayahku untuk tidak menikahimu. Kau hanya laki-laki biang masalah yang menyusahkan kami berdua. Gara-gara tingkahmu yang hobi berjudi, kini aku terancam kehilangan putriku. Aku benar-benar muak padamu!!"

Setelah mengatakan hal itu, Lasmi pergi menuju kamarnya. Mungkin menangisi nasibnya yang dulu lebih memilih cinta dari pada lelaki mapan pilihan orang tuanya.

Di ruang tamu, menyisakan Bella dan sang ayah. Pria tua itu tampak menyesal dan menatap penuh rasa bersalah pada putrinya. Namun, Bella tidak iba melihat penyesalan ayahnya. Bukan kali ini saja sang ayah membuat masalah. Tapi, sudah berulang kali. Dan, kepala Bella terasa ingin pecah setiap memikirkannya.

After One Night Stand (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang