Bella melenguh pelan saat merasa tubuhnya remuk redam. Matanya yang masih lengket berusaha ia buka agar sedikit nyaman. Ia ingat, selamam tidur di hotel karena sangat mengantuk di ballroom.
Tapi, kulit siapa ini yang menempel di punggungnya. Dan, kenapa tubuhnya seperti tidak berpakaian. Bella panik, ia merasa seluruh tubuhnya terbuka, dan benar saja, ia telanjang bulat. Seketika mata Bella terbuka lebar. Ia segera terduduk untuk meminimalisir rasa kagetnya.
Ada apa ini?
Bella menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut. Ia menoleh, dan mendapati seorang pria tertidur tengkurap di sampingnya. Wajahnya membelakangi Bella, jadi Bella belum melihatnya.
Bella panik, ia ingin menangis. Rasa sakit di bagian intinya menjelaskan apa yang terjadi padanya. Ya Tuhaaaan, kenapa kesialan terus bertubi-tubi menimpanya, hingga satu-satunya hal berharga yang di milikinya kini sudah raib. Bella benar-benar tidak memiliki harga diri lagi.
Bella menatap jam di dinding, sudah jam 6 pagi. Ini hari pertamanya bekerja. Nanti saja merenungi nasibnya, sekarang ia tidak mau tertimpa sial lagi dengan di pecat di hari pertamanya bekerja karena terlambat.
Dengan tertatih karena seluruh tubuhnya sakit, terutama bagian intinya, Bella mengenakan pakaian miliknya yang tercecer di lantai. Ia berpakaian sambil mengusap air mata yang mengalir di kedua pipinya. Sekuat-kuatnya Bella, tetap saja ini musibah. Dengan keadaan keluarganya, siapa yang mau menikahinya ketika ia sudah kotor seperti ini.
Setelah selesai, Bella sedikit merapikan rambut dan meraih tasnya. Ia tidak tahu harus bagaimana, tapi yang jelas, ia harus berangkat bekerja.
Tapi, Bella penasaran. Siapa pria tengkurap yang sudah kurang ajar menidurinya. Ia tidak punya bukti pelecehan, jika lapor polisi, Bella takut kalau malah di salahkan.
Bella berjalan pelan dan berhenti tepat di hadapan pria yang kini masih tertidur nyenyak. Dan, jantung Bella seakan terjun bebas ke perutnya saat mengetahui jika pria yang menidurinya adalah Kiano, teman seangkatannya dulu.
Kenapa bisa jadi seperti ini? Kenapa Kiano bisa masuk ke kamar hotel yang ia sewa. Jangan bilang Vania mengijinkan orang ini masuk.
Astagaaa
Jika memang seperti itu, alangkah teganya Vania padanya. Ia memang benci Vania, tapi tidak tega juga jika harus menjebak seperti ini.
Bella kembali mengusap air mata yang menetes di pipinya. Melirik jam sudah jam 06.30, Ia segera meninggalkan hotel tanpa mengatakan apapun pada Kiano. Entahlah, Bella tidak tahu harus bagaimana karena tidak mengenal pria itu. Jika lapor polisi, ia bingung juga harus bagaimana, Bella tidak tahu apa yang terjadi setelah ia tertidur.
Setelah keluar dari hotel, Bella mencari taksi dan mampir ke toko pakaian sebentar sebelum berangkat ke kantor barunya. Pasalnya, jika ia pulang, maka ongkosnya akan menghabiskan dua kali lipat. Tadi ia sudah mengabari ibunya bahwa semalam ketiduran di rumah teman.
Setelah memakai pakaian baru dari toko, Bella langsung berangkat ke kantornya. Hari pertama, ia harus meninggalkan kesan baik, tidak lucu bukan, jika sekretaris baru datang terlambat di hari pertama.
Sesampainya di kantor, Bella segera menuju ruang resepsionis. Ia bertanya dan langsung di arahkan ke asisten pribadi direktur. Perusahaan ini sangat besar, jadi Bella masih sedikit kebingungan.
"Selama pagi Nona Bella,"
Sapa seorang pria berusia 40 tahunan yang kemarin memimpin wawancara kerja. Pria itu menyapanya sopan. Bella membalas dengan mengangguk sopan juga.
"Saya Albert, asisten pribadi pak direktur. Saya akan mengantar ke ruangan anda. Pak direktur belum tiba, nanti setelah beliau tiba, kami akan mengenalkan anda padanya."
Bella kembali mengangguk, kemudian mengikuti langkah Albert. Setelah tiba di ruangannya, Bella segera di beri instruksi oleh Albert tentang apa saja yang harus ia kerjakan. Bella mengangguk-angguk mengerti, kemudian Albert meniggalkannya setelah di rasa Bella cukup faham.
Sepeninggal Albert, Bella duduk di kursi ruang kerjanya. Ia menatap sekeliling ruang kerjanya dan tersenyum masam. Seharusnya, hari ini menjadi sejarah baginya karena bisa mendapatkan pekerjaan. Tapi, apa daya, gara-gara ambisinya untuk pamer, ia malah berakhir menyedihkan dengan pria yang tidak dikenalnya.
Bella kembali mengusap air mata yang mengalir di kedua pipinya. Ia bertekad dalam hati, bahwa semuanya tidak perlu disesali. Semua sudah terlanjur terjadi. Dan, sebaiknya dilupakan saja, anggap saja itu adalah kecelakaan yang tidak disengaja.
**
Kiano tiba di kantornya sedikit terlambat. Itu karena tadi ia bangun kesiangan. Dan ketika ia bangun tadi, wanita yang ia gagahi semalam sudah pergi. Entah pergi dalam keadaan menangis atau bangga karena bisa tidur dengannya, Kiano tidak tahu karena wanita itu menghilang tanpa jejak. Dan malam ini, hanya malam seperti biasa, one night stand yang tidak berbekas setelahnya.
"Albert, ke ruanganku sekarang,"
Kiano menghubungi asisten pribadinya untuk menanyakan perihal pergantian sekretaris. Sektretaris lamanya resign karena hamil tua. Jadi, ia terpaksa mengganti dengan sekretaris yang baru. Entah seperti apa rupanya, Kiano belum tahu. Ia menyerahkan sepenuhnya urusan itu pada Albert.
Albert masuk ke ruangan Kiano dengan seseorang di belakangnya. Kiano yakin, itu sekretaris yang di pilih Albert kemarin.
"Permisi Pak, ini sekretaris baru Anda. Nona Isabella, Nona, ini atasan Anda, pak Kiano Alexander Candrawinata,"
Bella tersenyum pada Albert dan segera menunduk untuk memberi penghormatan pada atasan barunya. Ia mendongak, dan seketika senyumnya hilang, berganti dengan raut pias.
Apa ini?
Siapa tadi atasannya? Kiano Alexander Candrawinata.
Itu berarti, Kiano Alexander C. Pria seangkatannya dulu, dan sekaligus pria yang merenggut keperawanannya semalam. Sialan, kenapa bisa jadi seperti ini.
Sedangkan Kiano, menatap Bella dengan senyum miring tersungging di bibirnya. Ia tidak menyangka, perempuan yang ia jebak semalam merupakan calon sekretarisnya. Dan sepertinya perempuan itu sama terkejutnya seperti dirinya.
Baiklah, Kiano akan melihat, seperti apa reaksi perempuan itu ketika melihatnya. Apa akan meminta pertanggungjawaban? Kalau itu yang di harapkan Bella, maka Kiano pastikan, wanita itu tidak akan pernah mendapatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After One Night Stand (TAMAT)
Romance21+ Bertahun-tahun, Bella tidak pernah menghadiri reuni SMA yang di adakan oleh alumninya. Bukan apa-apa, selain karena dulu tidak memiliki teman dekat, Bella juga malu dengan kondisinya. Pernah satu kali Bella hadir, mereka hanya pamer kesuksesan m...