Part 10

11.8K 298 7
                                    

Kiano menatap sang sekretaris yang kini ambruk bersimpuh di depan kakinya. Entah ada masalah apa dengan wanita itu, sepertinya Bella tampak sangat putus asa. Dan yang jelas, wanita itu sangat membutuhkan uang. Kiano sejenak terdiam, ia penasaran dengan yang akan Bella ucapkan setelahnya.

"Apa maksudmu? Jangan bilang kau ingin meminjam uang dari perusahaan," tanya Kiano dingin. Jika memang Bella ingin meminjam uang dari perusahaan, ia akan menolak mentah-mentah karena Bella baru bekerja beberapa hari. Nanti pasti akan menimbulkan rasa iri dari karyawan yang lain.

"Saya tahu, jika saya melakukan hal itu, tidak akan menghasilkan apa-apa karena sudah pasti di tolak. Tapi, pak, saya benar-benar membutuhkan uang itu, saya tidak tahu lagi harus bagaimana. Harapan saya satu-satunya hanya bapak. Mudah-mudahan pak Kiano mau meminjamkan uang pada saya. Bapak boleh memotong gaji saya setiap bulan untuk cicilannya. Saya mohon pak, tolong bantu saya,"

Kiano terdiam sejenak. Ia menatap Bella yang saat ini duduk di lantai dan  terisak di hadapannya. Ia tidak tahu harus bagaimana. Tapi melihat Bella yang seperti ini, dalam hati Kiano juga merasa kasihan. Apalagi, mengingat ia sudah melecehkan Bella beberapa hari yang lalu.

"Berapa yang kau butuhkan?"

Mendengar pertanyaan Kiano, Bella mendongak seketika. Mereka saling bertatapan dan Bella kemudian mengusap air matanya yang mengalir di kedua pipinya.

"Berdiri dan duduklah." Ucap Kiano sambil kembali duduk di kursi kebesarannya. Ia menatap Bella yang kini berdiri, kemudian duduk di hadapannya.

"Katakan, berapa yang kau butuhkan,"

"Pak Kiano akan membantu saya?"

Kiano tidak menjawab. Hanya menatap datar pada Bella. Dan, Bella pun jadi segan sendiri karena pertanyaannya seperti meragukan bosnya itu.

"Sa, saya, saya butuh 300 juta,"

"Apa!!"

Kiano terkejut setengah mati mendengar nominal yang di sebutkan oleh Bella. Apa wanita itu sudah gila berniat meminjam uang sebanyak itu. Memangnya wanita itu punya jaminan. Lagi pula, buat apa Bella memerlukan uang sebanyak itu. Di lihat dari gaya berpakaiannya sehari-hari yang tidak modis, mustahil Bella memakainya untuk gaya hidup.

"Apa kau sudah gila. Itu bukan nominal yang sedikit. Berapa tahun gajimu baru bisa melunasinya. Karena aku tidak mungkin memotong seluruh gajimu. Jangan coba-coba menipuku Bella. Kau tahu bukan, aku bukan orang yang baik hati hingga mau menggelontorkan uang sebanyak itu tanpa jaminan apapun."

Mendengar perkataan kiano, air mata Bella kembali jatuh dengan sendirinya. Jika kiano tidak mau meminjaminya uang, ke mana lagi ia harus mencari pinjaman. Jadi bisa tidak bisa, apapun resikonya, ia akan tetap meminjam uang dari atasannya itu.

"Pak, ayah saya terlilit utang judi yang sangat banyak. Saya tidak tahu bagaimana ayah saya bisa berjudi sampai seperti itu. Kemarin para rentenir bertandang ke rumah saya dan mengancam kami sekeluarga. Kami sangat ketakutan dan saya tidak tahu lagi harus bagaimana, karena Ayah saya lumpuh dan ibu saya sudah sakit-sakitan. Saya anak tunggal, jadi saya benar-benar bingung sekarang."

Kiano menghembuskan napas berat. Sedikit kesal juga karena hatinya merasa iba dengan nasib sekretarisnya itu. Bertemu dengannya dan kehilangan keperawanan, lalu ayahnya terlilit utang judi. Pantas saja Bella memilih tidak membahas perbuatan asusila yang di lakukannya dan memilih bekerja seperti tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka. Rupanya, wanita itu sedang sangat membutuhkan uang.

Sejenak, Kiano menatap Bella yang saat ini mengusap air mata yang terus saja mengalir di pipinya. Bella terlihat menarik dengan pakaian kantor sederhana yang membalut tubuhnya. Kiano mengamati Bella dari atas hingga ke dada wanita itu. Dada besar yang pernah ia remas dan ia jilat dengan nikmat.

Sejujurnya, setelah malam itu Kiano sangat menginginkan Bella. Tapi, karena profesi wanita itu sebagai sekretarisnya, Kiano mati-matian menahan diri untuk tidak memaksa wanita itu tidur dengannya. Ia sangat menjaga profesionalisme antara atasan dan bawahan. Kiano tidak mau jadi bahan gunjingan karena terlibat affair dengan bawahannya.

Tapi, apa sekarang bisa di adakan pengecualian.

"Kau punya jaminan apa? Bisa saja kau melarikan diri dengan uang yang ku pinjamkan padamu. Karena ini uang pribadiku, bukan uang perusahaan. Jadi aku ingin jaminan uangku tidak keluar sia-sia."

"Saya tidak punya apa-apa, Pak. Rumah kami hanya kontrakan. Dan saya merasa tidak punya apapun untuk di jadikan jaminan. Maka dari itu, saya sangat berharap bapak membantu saya, karena saya tidak tahu harus bagaimana lagi. Saya berjanji, Pak, saya pasti membayarnya."

Bella kembali menangis. Sungguh ia tidak tahu harus bagaimana meyakinkan Kiano bahwa ia tidak akan menipu atasannya itu. Tapi, melihat nominal yang di sebutkan Bella, sangat wajar jika Kiano waspada.

"Kau punya Bella. Sesuatu yang bisa kau jadikan jaminan. Malah, aku akan memberikan uang itu secara cuma-cuma jika kau menyetujui persyaratanku."

Bella mendongak, menatap penuh tanya pada Kiano yang saat ini memandangnya intens. Tatapan itu, Bella tidak mengerti arti tatapan aneh itu.

"Maksud Bapak jaminan apa? saya tidak mengerti," tanya Bella kebingungan. Ia benar-benar tidak tahu, apa yang bisa ia gunakan untuk mendapatkan uang pinjaman dari bosnya itu.

Kiano berdiri, kemudian melangkah menuju tempat duduk Bella. Wanita itu kini menatapnya penuh tanya, tidak tahu sama sekali apa yang ada di dalam otak Kiano yang licik.

"Kau Bella. Jaminannya adalah kau." Ucap Kiano penuh penekanan.

"Maksud Bapak apa?"

"Aku ingin tidur denganmu Bella. Hanya seks, tidak lebih. Jika kau setuju berhubungan denganku sesuai dengan keinginanku, maka kau akan mendapatkan lebih dari 300 juta. Aku akan menjamin itu."

Mendengar ucapan Kiano, mata Bella melotot seolah keluar dari tempatnya. Apa tadi? Pria itu memintanya berhubungan seks sebagai jaminan. Bukankah itu sama seperti melacur juga. Lalu, apa gunanya tadi Bella bersusah payah mencari pinjaman jika ujung-ujungnya melacurkan diri.

Tidak, tidak. Pasti ada cara lain. Setelah malam itu, Bella tidak mau lagi melakukannya dengan Kiano. Pria itu sangat menjijikkan. Tidur dengan sembarang wanita dan rawan terkena penyakit. Bella tidak mau terkena penyakit kelamin karena itu mengerikan.

Tapi, bagaimana jika pria itu marah karena Bella menolaknya. Bella harus kemana lagi mencari pinjaman.

"Bagaimana, kau sudah memutuskan?" Tanya Kiano untuk yang kesekian kalinya dengan nada penuh penekanan.

After One Night Stand (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang