Kamu siapa?

649 34 0
                                    

"otak kamu sudah di hasut oleh istri kamu sendiri, Hardi!" Bentak Artini, murka ia merasa kesal lantaran anaknya Hardi yg datang di pagi Hari dan mengatakan kekecewaan terhadapnya. bahkan anaknya itu enggan memasuki rumah ibunya sendiri.

"Eliza, nggak pernah ngehasut aku bu." Bantah Hardi, tidak terima dengan ucapan ibunya.

"Lantas kenapa kamu datang kesini, dan menuduh ibu yg sudah menyantet istri kamu itu!"

"Aku nggak asal menuduh bu, kejadian semalam sudah cukup jelas, dan anehnya kenapa di setiap tengah malam Eliza, selalu menjerit nama ibu? Eliza, bahkan nggak bisa makan dengan teratur, istirahat dengan tenang, bahkan dia sering kesurupan. terlebih lagi semalam ibu yg sudah merasuki tubuh Eliza kan? apa benar selama ini ibu pengguna ilmu hitam? Dan apa benar ibu yg penyebab meninggal kelima calon anak-anakku." Nafas Hardi sesak sendiri mengucapkan hal ini.

"HARDI!" Bentak Artini, lantang. " jadi kamu lebih mempercayai orang lain melebih ibu yg sudah melahirkan kamu! Eliza, sengaja biar kamu benci sama ibu."

Hardi, mengusap wajahnya gusar. "Eliza, bukan orang lain bu dia istri aku! dan Eliza nggak pernah sekali pun mengajari aku untuk membenci ibu, bukannya selama ini ibu yg membenci Eliza."

Ucapan Hardi membuat Artini naik pitah, di tambah lagi orang-orang yg sudah mengerumbuni sekitar rumahnya. "Apa kamu sengaja datang kemari, untuk mempermalukan ibu?" Ucap Artini, sembari mengempalkan tanganya.

Hardi, mengembuskan nafasnya lelah. " Aku mohon bu, cukup calon anak aku saja. kalau sampai terjadi sesuatu dengan Eliza, sampai mati aku nggak akan pernah memaafkan ibu." Setelah mengucapkan itu, Hardi langsung pergi dari kediaman ibunya.

.
.
.

Sesampainya di kediaman orang tua Eliza. Hardi mendengar suara teriakan dan jeritan, ia dengan segera masuk kedalam rumah, menuju kamar yg Eliza tempati. Ia amat terkejut melihat ibu Eliza yg sedang menangis di samping anaknya. terlihat Eliza, sedang meremas perutnya sambil berteriak dan menjerit kesakitan, ia bahkan menggulingkan badannya kekiri dan kekanan karna merasakan sakit yg sangat menyakitkan.

"Astagfirullah.. Eliza, kamu kenapa?"

"Aaaaghhh.. sakit perut aku bang, nggak kuat." rintihan, Eliza.

"Bu, kita bawa Eliza, kerumah sakit aja." Ucap Hardi tidak sanggup melihat Eliza yg menjerit kesakitan.

"A-ayah lagi panggil om nya Eliza, percuma ke rumah sakit Hardi, kamu sendiri pun sudah tau apa penyebab Eliza sampai seperti ini." Ucap Murni, serak karna menangis sedari tadi.

"Aaaaaaghhh.. sakit bu, hiks." Eliza terus menerus menjerit kesakitan, perutnya amat sangat sakit seperti teriris-iris.

Sambil mengusap surai anaknya dengan sayang, "sabar ya El, sebentar lagi ayah kamu datang."

Hardi, hanya mampu mengengam erat tangan istrinya dan berdoa.

.

Ayah Eliza kini sudah datang bersama rudi omnya Eliza, beliau ini juga bisa di bilang memiliki kelebihan, tadi Ayah Eliza. sempat menghubungi mbah Tini, namun di karenakan kejadian semalam, mbah Tini mengatakan bahwa ia sedang jatuh sakit, dan saat ini belum bisa menangani Eliza.

..........

"Assalamualaikum.." ucap mereka memberi salam dan masuk ke dalam kamar Eliza, terlihat Eliza yg masih menjerit kesakitan.

Rudi mendekati Eliza dan duduk di samping tempat tidur, kemudian di pegang kepala anak itu, ia pun berdoa di atas ubun-ubun kepala Eliza, sembari meniupnya.

"Lepass.. sakitt panasss..!" Jerit Eliza, sembari mengeleng kepalanya.

Rudi terus berdoa dan kini tanganya beralih memegang cela jari jempol Eliza dan menekannya, tiba-tiba saja Eliza berteriak kuat sembari memberontak, Hardi & Ayah Eliza, langsung menahan tubuhnya dengan kuat.

"Suruhan siapa?" Tanya rudi, sembari menahan sosok itu.

"Lepas sialan, PANASSS.. AAAAAGGGHHHH..." Jeritan sosok yg sedang merasuki tubuh Eliza.

Eliza, memberontak dengan kuat bahkan Hardi & Ayahnya Eliza sampai mengeluarkan seluruh tenagah mereka, hanya untuk menahan tubuh kurus Eliza.

"SURUHAN SIAPA KAMU!" Bentak Rudi murka, "Jawab atau saya bakar!"

"ARTINI" teriak sosok itu menyebut nama ibu mertua Eliza dengan lantang.

Mendengar nama ibunya di sebut, sontak membuat Hardi tercengang. bukan hanya Hardi, alwin Ayahnya Eliza pun menjadi sangat murka.

Rudi, melepaskan tangan yg menekan cela jempol Eliza tadi, kemudian ia kembali menahan kepala Eliza dan meniupi kepala anak itu. Dan setelahnya Eliza pingsan tak sadarkan diri.

"Biarkan Eliza istirahat dulu, Hardi kita harus bicara." Ucap Rudi dan di iyakan Hardi.

.........

Saat ini Hardi, ayahnya Eliza, dan juga Rudi mereka sedang duduk di ruang tamu, Eliza sedang istirahat di temani ibunya.

"Ibu kamu yg selama ini menyantet Eliza. sebagai suami, kamu harus mengambil tindakan tegas!" Ucap Rudi, sembari menyesap kopi hitam.

Hardi mengembuskan nafasnya sesak." Tadi aku udah bicara sama ibu. Om, tapi saat aku balik kesini, keadaan Eliza masih sama aja."

"Kamu harus tegas sebagai suami! jangan sampai saya yg datangi ibu kamu, kalau kamu nggak bisa mengambil tidakan tegas, lebih baik kamu ceraikan saja Eliza." Ucap Alwin, membuat nafas Hardi tercekat, sampai kapanpun ia tidak akan menceraikan Eliza.

"Yah, aku akan bicara lagi sama ibu, tapi aku mohon jangan pernah meminta aku untuk menceraikan Eliza." Ucap Hardi lirih,

"Ayah pegang omongan kamu Hardi, ini peringatan dari Ayah, kalau sampai kedua kalinya kamu datangi ibu kamu, tapi nggak ada perubahan dari Kondisi Eliza, maka Ayah sendiri yg akan mendatangi ibu kamu, ingat itu!" Ucap Alwin tegas

.

Waktu terus berlalu dan kini sudah menunjukan pukul 9 malam. Eliza, dan Hardi saat ini sedang duduk di atas tempat tidur.

"El, kok kamu diam aja?" Tanya Hardi, karna sedari tadi ia melihat Eliza hanya diam, sembari menatap kosong kearah tembok kamar.

Kemudian ia melirik kearah suaminya, sembari berkata,"Nggak ada yg harus kita omongin." Ucapnya dengan nada ketus.

"El, kok kamu ketus begitu, abang ada salah sama kamu?"

Eliza, mengehembuskan nafasnya gusar, sembari ia menatap tajam kearah Hardi. "Aku cuman capek aja, anak ini nggak mati-mati!"

Ucapan Eliza, sukses membuat Hardi syok. "Kamu, siapa?"

Apa Mertuaku Kuyang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang