Baikan.
"Mau sampe kapan lo melototin gue kayak gitu?"
Riki jengah mendapat pelototan dari Salvio sejak dirinya menginjakkan kaki di ruang kerja Saga. Bukan ruang kerja di kantor, Saga memang mempunyai ruang kerja sendiri di rumah, dan Riki yang seharusnya sudah dapat bersantai di rumahnya kini harus menuruti perintah sang atasan untuk menemuinya dan memberikan barang yang dibutuhkan Saga.
Setelah makan malam dengan orang tuanya, Saga mengajak Salvio untuk ke ruang kerjanya terlebih dahulu untuk membahas satu hal.
"Dasar pembohong!"
Riki menghela nafas lelah saat lagi dan lagi dirinya harus mendengar kalimat yang sama keluar dari bibir Salvio. Salvio duduk di sofa dengan bersedekap dada. Dirinya masih kesal mengingat saat dirinya menolong orang di depannya ini membuatnya harus terjebak dalam pernikahan dengan Saga.
"Gak ada kata lain yang bisa lo ucapin ke gue selain dasar pembohong? Gue bosen denger pengulangan kalimat yang itu-itu terus kalau boleh jujur." Riki ikut bersedekap dada.
"Dasar penipu!" Salvio mencoba kata lain.
Alis Riki terangkat satu. "Bukannya itu artinya sama? Ayolah buat kalimat yang lebih kreatif lagi dong."
"Dasar menyebalkan! Abis lo sama gue.. hiyaa!!" Salvio tak tahan melihat senyum miring Riki. Salvio langsung merangsek maju dan memukuli tubuh Riki dengan bantal sofa.
"Yak tangan kosong kalo berani!!"
Riki mencoba menghindari pukulan maut yang diberikan Salvio. Walaupun yang digunakan untuk memukul tergolong bukan benda keras dan tajam, empuk dan lembut malahan. Namun tetap saja akan terasa nyeri jika dipukulkan terus ke badan.
Salvio lalu melempar bantal sofanya asal. "Yaudah nih udah gak pake senjata. Ayo sekarang bertarung secara jantan!" Salvio mengepalkan tangannya dan mengangkatnya setinggi wajah. Membuat gerakan seperti petinju yang akan memulai aksinya.
Walaupun jika dilihat Salvio lebih seperti kanguru yang melompat-lompat dengan dua tangan terangkat.
Saga yang sedari tadi menjadi penonton mulai memijit pelipisnya. Dirinya sudah mulai kehabisan rasa sabar menghadapi tingkah suamimya seharian ini. Saga dengan segera menyeruak di antara keduanya. Menghentikan tangan Riki yang sudah terangkat.
"Mau apa lo?" tanya Saga dengan wajah datarnya. Salvio yang berada di belakang Saga mengintip. Dirinya memeletkan lidah, mengejek Riki yang sekarang mendengus.
Padahal Riki tadi hanya ingin menyentil dahi Salvio yang tak mau diam. Tapi pawangnya udah mau ngamuk aja. Riki akhirnya memilih berbalik dan mengambil tas kerjanya. Mengeluarkan map berwarna coklat dan menyerahkannya ke Saga.
"Semua yang Tuan butuhkan ada di situ."
Saga mengangguk. Dirinya lalu mengeluarkan isi dari map itu. Salvio masih setia mengintip dari balik badan Saga, ikut mencuri lihat apa yang sedang dibaca Saga.
"Loh kok ada nama gue? foto gue juga?!" Salvio tak dapat menahan rasa terkejutnya saat melihat wajah dan namnya tertera di buku kecil yang terlihat seperti paspor. Ada juga kertas panjang yang setelah dibaca dengan teliti itu seperti tiket pesawat.
"Tuan Ivander memberikan kalian berdua tiket berlibur ke Jepang. Hadiah pernikahan katanya."
Mata Salvio semakin melotot saat mendengar ucapan Riki. Berlibur? Ke Jepang? Ini sungguhan?
Saga yang mendengar ucapan Riki mengangguk. Dirinya sebenarnya sudah tau akan hal ini. Yang belum mengetahuinya sudah pasti Salvio. Saga berbalik dan kini wajahnya sejajar dengan wajah Salvio. Salvio tersentak mundur saat tahu jarak wajahnya dan juga Saga cukup dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE? TROUBLES?! [END]
FanfictionNiat awal Salvio cuma mau nemenin Hamas ketemu teman kencan onlinenya, eh tapi kok Salvio malah ketemu sama cowok aneh yang langsung ngajak dia naik altar. Kalau kalian jadi Salvio apa yang akan kalian lakukan? -boy×boy with local character -sunsun...