Sakit

2.8K 331 8
                                    

Sakit.

"Hatchi!!"

Sudah lebih dari lima kali terdengar suara bersin di kamar itu. Saga yang tidur bersandar di ranjang pelakunya. Hidungnya terasa gatal dan matanya berair. Salvio yang baru datang membawa sebaskom air hangat langsung mendekat ke sisi ranjang.

"Masih pusing?" Salvio menempelkan punggung tangannya di dahi Saga.

Saga menggeleng lemah. "Udah mendi–hatchii–ngan.." Saga kembali bersin. Salvio dengan sigap memberikan tisu kepada sang suami.

"Makasih, Vio." Salvio mengangguk. Dirinya lalu mempersiapkan kompresan untuk Saga.

Salvio merasa bersalah karena secara tidak langsung dirinya yang membuat Saga seperti ini. Saga tidak kuat dingin, dan Salvio membuat Saga kedinginan kemarin. Setelah mereka dari kebun stroberi, perjalan dilanjutkan untuk melihat festival yang diadakan setiap musim dingin.

Tau kan jika Salvio akan sangat excited saat melihat hal baru? Nah, kemarin dia terlalu bersemangat sampai tidak sadar bahwa tumpukan salju di bawahnya licin. Alhasil dirinya terpeleset membuat coat yang dia gunakan basah.

Saga yang sedari awal sudah mendeklarasi bahwa dirinya bertanggungjawab akan Salvio, langsung saja menyerahkan coat nya untuk dipakai Salvio.

Dan hal selanjutnya yang terjadi bisa dilihat hari ini. Saga terserang flu dan dirinya tidak mau saat diajak Salvio untuk berobat. Membuat Salvio harus merawat Saga seorang diri.

Salvio dengan telaten mengompres Saga yang hanya pasrah berbaring di ranjang. Rasa pusingnya sudah berkurang, namun panas tubuhnya belum mereda. Setengah jam yang lalu Saga sudah minum obat penurun panas dan flu. Untung saja mamanya Saga sempat membekali mereka obat-obatan, membuat Salvio sangat tertolong disaat merawat Saga saat ini.

Saga mulai merasa mengantuk. Efek obat yang dia minum mungkin. Matanya mulai terasa berat, Salvio yang melihatnya membantu Saga untuk berbaring lebih nyaman. Jarak wajah keduanya terlalu dekat, Salvio bahkan dapat merasakan nafas hangat Saga.

Salvio mengambil kompresan di dahi Saga saat mata Saga sudah terpejam. Menyingkap sedikit rambut basah Saga, kini dahi Saga terlihat lebih jelas dengan titik keringat di pelipisnya.

Ragu-ragu Salvio mendekatkan bibirnya ke dahi Saga. Memberikan kecupan lembut di dahi Saga sambil berbisik pelan.

"Cepat sembuh, Aga."

Salvio menjauhkan wajahnya dari dahi Saga, namun ternyata hal itu adalah pilihan yang salah.

Kini mata yang awalnya terpejam mulai terbuka dan tepat menatap kedua manik hitam Salvio. Salvio tentu saja ingin menjauhkan badannya, namun pergerakannya lebih dulu ditahan oleh Saga yang kini menariknya. Membuat Salvio kini ikut berbaring di samping Saga.

"Ehm Saga gu–gue tadi cuma mau—"

"Panggil lagi."

"Eh?" Salvio mengerutkan dahinya bingung. Saga tadi bilang apa?

Saga mengeratkan pelukannya. "Panggil gue kayak tadi, Vio. Gue suka panggilan itu."

Melihat wajah Salvio yang masih kebingungan, membuat Saga tak tahan menahan gemas dan berakhir dengan dirinya menggigit ujung hidung Salvio.

"Awww kok digigit?!?!" Salvio tentu saja protes. Walaupun tidak sakit, tapi kan dirinya bingung kenapa tiba-tiba hidungnya kena gigit?

"Gue gemes. Gemes liat lo melongo bingung gitu." Saga berucap jujur namun kejujuran Saga tampaknya diartikan berbeda oleh Salvio.

"Lo ini lagi ngehina gue ya?"

Saga berdecak. Niatnya tadi kan hanya ingin mendengar panggilan dari Salvio lagi, kenapa malah jadi melebar kemana-mana?

"Gue nggak ngehina lo. Gue cuma mau denger panggilan lo tadi."

"Panggilan yang mana sih?"

"Aga. Coba panggil gue kayak gitu lagi, Vio."

"Aga?" Ragu-ragu, Salvio kembali menyebutkan panggilan spontannya tadi.

Saga tersenyum. "Gue suka panggilan itu. Bisa mulai sekarang lo manggil gue pake nama itu?"

Salvio tergeragap. Saga memandangnya begitu dalam membuat jantung Salvio kembali berdetak cepat, seperti saat kemarin di kebun stroberi.

"Y–ya oke.. udah mending lo sekarang istirahat biar cepet sembuh. Besok kan kita harus pulang. Hmm yaudah lepasin ini pelukannya gue mau ambil kompresan lagi.." Salvio salah tingkah. Ucapannya pun terdengar tak beraturan karena Salvio mulai merasakan wajahnya memanas dengan perlakuan Saga saat ini.

Salvio mencoba melepaskan diri, namun bukannya terlepas, pelukannya malah semakin mengerat. Saga bahkan kini menyembunyikan wajahnya di pundak Salvio. Sepertinya Saga sudah menemukan posisi favoritnya untuk tidur sekarang. Dan Salvio pun tak berniat untuk menolak lagi. Semakin dia mencoba melepaskan pelukan Saga, semakin erat pula pelukan itu.

Salvio hanya tak ingin Saga merasa tak nyaman saat tidur. Saga kan masih dalam proses pemulihan. Kini Salvio memilih ikut menyamankan posisinya dan juga secara naluri tangannya kini mengelus rambut Saga.

"Vio.." elusan yang Salvio berikan di rambut Saga tak terhenti. Dirinya berdehem sebagai jawaban untuk panggilan Saga.

"Maaf ya waktu itu gue ngejebak lo buat nikah sama gue. Jujur waktu itu gue gak ada pilihan lain karena gue gak mau buat malu kedua orang tua gue."

Deg!

Salvio tak menduga Saga akan membahas hal ini sekarang. Saga meregangkan pelukan mereka. Mengelus rambut Salvio, lalu menyelipkan beberapa helai di belakang telinga Salvio dengan lembut.

"Dan maaf juga karena gue akan tetap mempertahankan pernikahan kita."

"Kenapa?" Salvio menahan tangan Saga yang masih berada di sisi wajahnya. "Kenapa lo mau pertahanin pernikahan ini? Bukannya lo nikahin gue cuma kepaksa?"

Saga balik menggenggam tangan Salvio. Membawa tangan yang lebih mungil itu untuk dia kecup.

"Karena gue mulai nyaman sama lo."

Dua pasang mata saling menatap. Dipandangan Salvio, terlihat mata Saga yang berkata jujur, sedangkan dipandangan Saga, terlihat mata Salvio yang masih meragu.

"Vio, gue tau gue telat buat bilang ini sama lo tapi gue mohon izinin gue buat lebih dekat sama lo. Izinin gue buat pertahanin pernikahan ini dan izinin gue buat memulai semuanya sama lo."

Saga kembali menarik Salvio ke dalam pelukannya. Mengelus punggung Salvio yang terasa kaku.

"Nggak perlu dijawab sekarang, Vio. Gue tau lo pasti masih butuh waktu buat nerima ini semua." Saga mengakhiri ucapannya dengan mengecup pundak Salvio.

"Gue sayang sama lo, Salvio."




《¤》

TROUBLE? TROUBLES?! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang