Neighbor

2.2K 198 7
                                    

Neighbor.

Tak seperti biasanya, hari ini Sagara pulang lebih cepat. Tepatnya pukul dua siang dia sudah sampai di garasi rumahnya. Alasan Sagara memilih untuk pulang lebih cepat tak lain karena dirinya khawatir dengan keadaan anaknya dan juga Salvio. Hari ini adalah jadwal imunisasi Echa—nama panggilan untuk sang anak. Dari informasi yang didapatkan dari Jay yang sudah berpengalaman, bayi sehabis diimunisasi kemungkinan besar akan mengalami demam dan rewel.

Hal itulah yang membuat Sagara tak tenang dan memutuskan untuk mengambil jam pendek dari kantornya.

"Salvio dimana, Bi?" Sagara bertanya saat pembantunya membukakan pintu.

"Ada di atas bersama tuan muda, Tuan Sagara."

"Apa Echa rewel?"

"Tadi sempat rewel sebentar tapi sekarang tuan muda sudah tidur bersama Tuan Salvio."

Sagara mengangguk saat mendengar penjelasan Bi Nung. Dirinya lalu berjalan menaiki tangga guna melihat keadaan dua orang yang dia sayangi. Dengan pelan Sagara membuka pintu kamar. Menilik seluruh ruangan dan berakhir pandangannya tertuju ke arah ranjang yang sekarang sedang ditempati dua malaikatnya.

Senyum tak luntur dari wajahnya sembari kakinya terus melangkah mendekati ranjang. Salvio dan bayinya sedang terlelap. Di kening yang lebih kecil tertempel kompresan membuat Sagara merasa tak tega. Sagara lalu memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu, baru setelahnya ikut bergabung dengan Salvio dan juga Nalesha.

Namun waktu dirinya selesai mandi, keinginan untuk ikut merebahkan diri harus pupus begitu saja. Saat dia lihat Nalesha sudah membuka mata. Bayi itu tidak menangis, pun juga tidak banyak bergerak seperti apa yang biasanya dia lakukan. Mungkin efek sakit yang berada di pundaknya membuatnya tidak berani menggerakkan badannya.

Dengan hati-hati, Sagara menggendong bayinya. Mencoba membawa bayi itu menjauh dari Salvio agar tidak mengganggu tidur lelapnya. Sagara menimang, mencoba untuk membuat bayinya kembali tertidur. Badannya masih sedikit panas membuat rasa tak tega kembali menghantam Sagara.

"Sakit ya, Sayang? Papa bantu Echa ilangin sakitnya ya." Sagara mencium puncak kepala Nalesha yang wangi khas bayi.

"Hmm Echa wangi banget sih pantas saja Ibun betah pelukin Echa." Sagara masih setia menciumi pipi bayinya yang mana malah membuat Nalesha tertawa dan sedikit menjauhkan wajahnya dari sang Papa.

Sagara merasa lega saat dia bisa mendengar suara tawa sang anak. Dirinya semakin memeluk anaknya, membawanya untuk duduk di balkon kamarnya. Pintunya dia tutup agar suaranya dan Nalesha tak mengganggu tidur Salvio. Pandangan Sagara beralih ke halaman rumahnya, tepatnya ke arah depan rumahnya yang terlihat sibuk dengan kendaraan yang mengangkut beberapa perabotan rumah.

Saat dirinya pulang tadi, Sagara belum melihat ada mobil barang di depan rumah yang memang sudah setahunan kosong. Rumah itu berhadapan dengan rumah Sagara, dengan bangunan yang tak jauh berbeda dengan punya Sagara.

Ternyata bakal ada tetangga baru.

Di saat Sagara masih sibuk mengamati aktivitas di depan rumahnya, ada Salvio yang panik saat tidak menemukan bayinya di ranjang. Tanpa memerdulikan dirinya yang baru saja terbangun, Salvio langsung berlari dan mencoba membuka pintu. Namun keadaan pintu kamar yang terkunci dengan kunci yang masih menggantung membuat Salvio tertegun.

Dirinya lalu melarikan tubuhnya ke arah kamar mandi. Kosong. Kini beralih tujuan ke pintu balkon. Dibukanya cukup kasar pintu kaca yang tadi tertutup gorden.

Badan Salvio langsung meluruh dengan tangan berpegangan sandaran kursi. Beberapa saat lalu sempat dia rasakan jantungnya seperti berhenti berdetak saat tak menemukan Nalesha di sampingnya.

"Aku kira anakku hilang.." lirih Salvio. Matanya berkaca-kaca membuat Sagara langsung bergerak mendekatinya.

"Vio hei.. kamu kenapa Sayang?" Sagara cukup kesusahan membantu Salvio untuk duduk di kursi sementara ada Nalesha di gendongannya.

Mata Salvio beralih dari Nalesha ke Sagara. "A–aku kira Echa diculik.." Salvio menggenggam tangan Nalesha yang hanya diam menatapnya. Namun tak berapa lama, bayi itu langsung merentangkan tangannya, seakan memberi kode agar di gendong Salvio.

Sagara tersenyum dan memberikan Nalesha ke Salvio setelah dia pastikan Salvio nyaman duduknya.

"Maaf ya, tadi Echa bangun jadi aku gendong dia. Selesai imunisasi apa Echa nangis terus?" tanya Sagara. Dirinya kini ikut duduk di samping Salvio dan bermain dengan jari kaki Nalesha.

"Nangisnya nggak terlalu sering, tapi dia nggak bisa lepas dari aku. Bisa lepasnya baru tadi pas tidur." Salvio mengecek suhu tubuh Nalesha dan helaan nafas lega terdengar saat Salvio rasa panas tubuh Nalesha sudah menurun.

Nalesha yang berada di gendongan Salvio mulai kembali memejamkan matanya. Salvio menepuk-nepuk bokong si bayi agar kembali tidur karena Nalesha tadi baru tidur sebentar. Dan mungkin karena kelelahan, kini bayi itu kembali terlelap. Salvio membiarkan posisinya seperti itu. Biar Nalesha pulas dulu baru nanti akan dia pindahkan ke kamar.

"Ada yang pindahan ya?" Pandangan Salvio kini tertuju ke rumah di depan. Sagara mengangguk. "Sepertinya, tapi aku belum tau siapa. Mau berkunjung?"

"Nanti sore saja pas Echa udah bangun." Dan Sagara menyetujui.

.
.
.

Jam setengah lima, dimana itu waktu Nalesha sudah selesai mandi. Salvio berencana untuk jalan-jalan sore agar Nalesha tak kembali rewel. Badan bayi itu sudah kembali ke suhu normal jadi sekarang Nalesha tidak perlu memakai kompres di dahi.

Salvio menciumi perut sang anak yang kini menggunakan baju berwarna kuning seperti tawon. Dan Nalesha hanya tertawa kegelian saat sang Ibun menciumi perutnya.

"Wangi sekali.. anak siapa sih ini?"

"Anaknya Papa Sagara." Dan sahutan dari arah belakangnya membuat Salvio  menoleh. Ada cengiran khas Sagara yang menyambut penglihatannya. Sagara mengambil alih Nalesha untuk dia gendong. Mereka akhirnya turun dan mulai berjalan keluar rumah.

Namun baru saja sampai di ruang tamu, terdengar bunyi bel rumahnya. Terlihat Bi Nung sedikit berlari untuk membukakan pintu namun dengan cepat Salvio cegah. Biar sekalian Salvio dan Sagara saja yang membukanya.

Saat pintu terbuka, terlihat dua orang, mungkin umurnya tak terpaut jauh dengan Sagara dan Salvio. Dua orang itu terlihat asing dengan tangan si perempuan yang membawa bingkisan.

"Selamat sore, maaf mengganggu waktunya. Kami baru pindah hari ini, rumah kami tepat di depan. Salam kenal ya," kata perempuan itu sopan. Salvio membalas dengan senyuman juga.

"Sore dan salam kenal juga. Wah baru saja kami ingin berkunjung ke rumah kalian."

Si perempuan menyerahkan bingkisan ke Salvio. "Saya Denara dan ini suami saya Adipati." Si perempuan menyalami Salvio dan Sagara, diikuti si laki-laki.

"Saya Salvio, ini suami saya Sagara dan juga anak kami Nalesha."

Mata Denara berbinar saat melihat Nalesha. "Wah sepertinya kita punya putra seumuran. Anak saya namanya Nero tapi sekarang sedang tidur dengan neneknya."

Salvio yang mendengar pun merasa senang. "Eh iya? Putramu umur berapa?"

"Nero bulan ini umur..."

Dan obrolan mereka berlanjut, seakan mereka adalah teman lama yang kembali bertemu. Di pihak Sagara dan Adipati pun tidak berbeda jauh. Menjalankan perusahaan di bidang yang sama membuat mereka tak butuh waktu lama untuk mengakrabkan diri.

Tinggal tunggu saja giliran anak mereka untuk bertemu.

Neighbor [END]



TROUBLE? TROUBLES?! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang