Status Baru

2.8K 386 29
                                    


Status Baru.




"AaauuwW!!"

Ringisan terdengar dari belah bibir Salvio. Salvio menggosok punggung tangannya yang terasa perih setelah dirinya mencubitnya.

Iya. Salvio mencubit punggung tangannya sendiri. Itu dia lakukan untuk memastikan apa yang dia alami sekarang ini adalah kenyataan atau hanya mimpi.

Namun rasa nyeri di punggung tangannya sudah menjadi bukti bahwa apa yang dia alami sekarang adalah kenyataan. Dirinya yang sedang duduk di tepi tempat tidur dengan cincin yang menghiasi jari manisnya itu adalah kenyataan.

"Gue beneran udah ganti status ya?" Salvio mengelus cincin berwarna putih yang melingkar cantik di jarinya.

Rasanya dia ingin sekali membuang cincin itu dan kabur sejauh-jauhnya. Namun sayang, cincin yang dia pakai sekarang seperti dilem kuat, dan tentang rencana kabur, dirinya harus kembali menelan bulat-bulat keinginannya itu karna pintu kamar yang dia tempati sekarang sudah terkunci dan untuk membukanya harus menggunakan kartu akses yang mana hanya Saga yang memilikinya.

Saga menghela nafas kasar. Entah dirinya harus bersyukur atau bersedih saat ini, karena saat dirinya menyalakan tv, semua stasiun tv menayangkan berita tentang pernikahannya dan juga Saga tadi. Dia jadi terkenal sekarang.

"Gue sebenernya nikah sama pemilik stasiun tv apa gimana sih? Kenapa semua acara tv penuh sama berita nikahan gue?" Salvio menggerutu kesal saat dia selalu menemukan wajahnya dan Saga di berbagai acara.

Salvio akhirnya menyerah setelah melewati  sepuluh stasiun tv. Dirinya memilih berganti fokus ke ponsel yang tadi sempat diberikan oleh Saga.

Bukan ponsel Salvio pastinya karna ponselnya kan mati dan juga Salvio sudah lupa di mana keberadaan ponselnya itu sekarang.

"Ponsel bagus, sinyal wifi kenceng, pulsa ratusan ribu, tapi gak ada yang bisa dihubungi, trus ngapain coba ini dikasih ke gue?" Salvio menggetok-getokkan ponselnya ke dahi.

"Buat main game."

"HUWAAA!!"

Salvio melempar ponselnya yang dengan sigap ditangkap oleh Saga. Saga mengernyit saat melihat Salvio yang mengelus dadanya.

"Astaga jantung gue... heh lo tuh ya bisa nggak jangan ngagetin gitu?" Salvio mengomel. Dia ini gampang kagetan orangnya.

Saga meletakkan ponsel di meja nakas. Dirinya dengan santai mendekat ke arah Salvio dengan tangan menyugar rambut basahnya ke belakang. Saga tadi baru selesai mandi saat melihat Salvio menepuk dahinya dengan ponsel.

Salvio yang melihat Saga mendekatinya melotot horor. Dirinya dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Bukan apa-apa. Salvio hanya tak kuat melihat Saga yang masih telanjang dada dengan tetesan air mulai mengaliri bagian depan badannya yang tak tertutup baju.

"Ka–kalau abis mandi tuh langsung pake baju. Di kamar ini lo gak lagi sendiri ya tolong." Dengan terbata Salvio berucap. Sesekali dirinya melirik ke arah Saga yang kini duduk di sofa kecil di depannya. Dengan masih bertelanjang dada.

"Ya terus? Udah sah gini mau gue gak pake apa-apa juga gak masalah kan?" Jawaban santai dari Saga sukses membuat Salvio melempar wajah Saga dengan bantal yang tadi dia pangku.

"Gak usah aneh-aneh!"

Saga berdecak saat dirinya berhasil menangkap lemparan bantal Salvio. Belum ada satu kali dua puluh empat jam Saga sudah mengetahui kebiasaan Salvio yang selalu dia lakukan kalau lagi kesal.

Melempar barang.

"Udah sana mandi. Baju gantinya bisa lo ambil di lemari. Terserah mau pake baju gue atau bajunya Jazel. Besok pagi baru gue suruh pelayan cariin baju yang pas sama ukuran badan lo."

TROUBLE? TROUBLES?! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang