Pengakuan

2.6K 301 13
                                    

Pengakuan.



Saat Jazel dan Hamas muncul di ambang pintu ballroom, semua pandangan langsung tertuju pada mereka berdua. Pandangan Jazel mengitar, dan berhenti tepat di kedua manik cokelat milik Saga. Dengan langkah mantap dirinya mendekati tempat Saga.

"Bisa kita bicara sebentar?" Saga tau itu pertanyaan ditujukan padanya. Menoleh ke Jeffrey, seakan meminta saran dan yang didapatkan Saga adalah anggukan pelan dari Jeffrey.

"Oke." Saga memimpin jalan dengan Jazel yang mengikuti. Kepergian keduanya langsung saja membuat bisik-bisik mulai terdengar di ruangan.

Salvio melihat semuanya, pun dengan bisikan orang-orang di sekitarnya.

"Sa, are you okay?" Julian menepuk pundak Salvio yang hanya diam.

Salvio menoleh, tersenyum tipis dia menjawab pertanyaan Julian pelan. "I'm okay. Gue izin ke sana dulu ya."

Salvio menunjuk ke tempat Hamas berdiri. Awalnya Julian ingin bertanya apa Salvio mengenali pemuda yang bersama dengan Jazel, namun sepertinya bukan waktu yang tepat untuk Julian bertanya sekarang. Julian akhirnya mengangguk dan membiarkan Salvio berjalan mendekati pemuda jangkung yang terlihat kebingungan karena ditinggalkan begitu saja oleh orang yang mengajaknya datang ke acara ini.

Saat Hamas masih kebingungan, dia rasakan tepukan di pundaknya. Saat menoleh, rasa kaget tak dapat lagi dia sembunyikan saat melihat wajah sahabatnya yang sudah dua minggu tidak dia lihat.

"Salvio.."

"Iya ini gue Salvio. Ayo kita bicara di luar Hamas." Dan sebelum Hamas menjawab, dia rasakan tarikan kuat di pergelangan tangannya.

Salvio menarik Hamas ke luar ballroom. Tujuannya adalah tempat yang sunyi, yang mana memudahkannya untuk meluapkan apa yang ingin dia lakukan kepada sang sahabat.

Dugh!

"Aawww kenapa gue ditendang?!?!"

Seruan protes dari Hamas tak membuat Salvio merasa bersalah. Kini dirinya bersedekap dada dengan dagu terangkat.

"Karena lo emang pantes dapet tendangan dari gue!"

Hamas sudah dapat berdiri tegak. "Gimana bisa?"

"Ya karena lo salah. Lo ninggalin gue dan malah bantuin orang asing kabur ngebuat gue terjebak jadi pengantin pengganti. Semua itu gara-gara lo!"

Hamas diam. Dirinya sadar sekarang apa yang membuat sahabatnya marah besar. Dia akui dia bersalah.

"Maaf Sa.."

Salvio menghembuskan nafas kasar. "Lo kemana? Lo kemana waktu gue kejebak di acara pernikahan? Lo sama Jazel kemana?"

"Gue nyari lo. Gue nyari lo Salvio. Terserah lo mau percaya atau enggak tapi yang jelas gue berusaha nyari lo pas lo gak ada di belakang gue. Tapi waktu itu tiba-tiba Jazel jatuh pingsan. Gue panik pas tau Jazel pingsan dan gue langsung bawa dia ke rumah sakit."

Salvio terdiam saat Hamas menggenggam kedua tangannya.

"Maaf gue ninggalin lo. Dan waktu gue tau lo nikah sama Saga, gue berusaha buat nemuin lo. Tapi Jazel cerita semua. Cerita tentang dirinya, Saga, dan pernikahan itu. Maaf Sa, waktu itu gue milih bantu Jazel sembunyi daripada nyelamatin lo."

Salvio tertawa getir. Rasa sesak mulai memenuhi dadanya. Dirinya baru saja mendengar pengakuan sahabatnya yang memilih menolong orang asing daripada Salvio yang sudah bersama dengannya dari kecil.

Salvio kini dapat merasakan apa yang dirasakan Saga waktu itu.

Dikhianati oleh sahabat sendiri.

TROUBLE? TROUBLES?! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang