Pagi datang. Salvio bangun terlebih dahulu dan melakukan ritual paginya, memandangi wajah Saga yang masih tidur.
Entah sejak kapan awalnya Salvio melakukannya. Yang jelas dirinya sangat menyukai memandangi wajah suaminya yang sedang tertidur seperti ini. Adem aja gitu lihatnya.
Mata yang sebelumnya tertutup kini mulai membuka. Salvio tak mengalihkan pandangannya. Dirinya masih saja menatap Saga yang kini sudah terjaga sempurna. Senyum mulai terkembang di wajah Salvio, untuk menyambut suaminya yang sudah bangun.
"Pagi, Sayang." Sapaan pertama yang keluar dari belah bibir Saga. Bukan hanya ucapan, kini badannya pun ikut melakukan sapaan terhadap Salvio.
Bibir Saga mencium dahi Salvio lembut, dengan tangan menarik tubuh Salvio agar masuk ke dalam dekapannya.
"Pagi juga, Aga." Salvio balas sapaan Saga, dengan bonus memberikan Saga kecupan di pipinya.
Setelah dirasa cukup, keduanya kini mulai bangkit dari tempat tidur. Saga mandi terlebih dahulu, sedangkan Salvio membereskan tempat tidur mereka. Salvio lalu beralih keluar menuju dapur, tempatnya untuk menyiapkan sarapan.
Selagi sibuk mempersiapkan makanan, Salvio merasakan pelukan dari belakang tubuhnya. Tak perlu kaget ataupun bingung itu ulah siapa, sudah pasti Saga yang melakukannya.
Saga dengan pakaian yang sudah rapi, memeluk Salvio dengan dagu yang dia tumpu di pundak kiri Salvio.
"Hari ini ikut aku ya?"
Salvio mematikan kompor setelah masakannya matang. Dirinya kini berbalik, membuatnya kini berhadapan langsung dengan Saga.
"Kemana?" Salvio bertanya dengan mata memberikan kode untuk Saga melepaskan pelukan dan menunggunya di meja makan.
Saga menurut. Kini dirinya menunggu Salvio di meja makan. "Aku diminta Papa menggantikannya bertemu klien. Hanya makan siang biasa. Kamu bisa kan, Vio?"
Salvio duduk di depan Saga. "Iya aku bisa Aga. Nanti aku harus ke kantormu dulu atau gimana?"
"Kamu sekarang ikut aku ke kantor aja. Nanti jam makan siang baru kita ketemu kliennya."
Dahi Salvio mengernyit, "trus nanti aku ngapain di kantormu?"
Saga menyeringai. "Menemaniku tentu saja. Atau mungkin kita nanti bisa melanjutkan kegiatan kita tadi malam di kantor."
Ucapan Saga langsung saja mengundang delikan tajam dari Salvio. "Jangan macam-macam ya!"
Saga terkekeh. "Hanya satu macam kok." Saga menaik turunkan sebelah alisnya menggoda Salvio.
Bukannya kesal melihat Saga yang menggodanya, Salvio sekarang ikut menyeringai. Salvio berjalan ke tempat Saga. Saga yang melihatnya hanya menunggu. Menunggu apa yang akan dilakukan suami manisnya yang sekarang sudah duduk di pangkuannya.
"Kenapa harus di kantormu kalau kita bisa melanjutkannya sekarang?" bisik Salvio. Saga menutup matanya saat merasakan bibir Salvio menyentuh telinganya.
"Gima-huwaa!!" Ucapan Salvio tak berhasil dia selesaikan saat tiba-tiba Saga berdiri dengan membawa Salvio ikut serta dalam gendongannya. Salvio dengan cepat mengalungkan tangan dan juga kakinya di tubuh Saga agar dirinya tidak terjatuh.
Salah besar Salvio menggoda Saga sepagi ini. Tak ada waktu untuk Salvio menyesal, karena sekarang dia sudah berada di bawah kungkungan Saga yang menatapnya lapar.
"A-aga sarapannya nanti dingin.." Salvio mencoba menahan Saga yang mulai mengendusi lehernya.
Saga memberikan gigitan di leher Salvio yang membuat Salvio mengeluarkan lenguhannya. Leher adalah kelemahan Salvio, dan Saga tau itu. Mendengar lenguhan Salvio, seringaian Saga kembali muncul. Di dekatinya telinga Salvio lalu membisikkan kata yang membuat wajah Salvio seketika memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE? TROUBLES?! [END]
FanfictionNiat awal Salvio cuma mau nemenin Hamas ketemu teman kencan onlinenya, eh tapi kok Salvio malah ketemu sama cowok aneh yang langsung ngajak dia naik altar. Kalau kalian jadi Salvio apa yang akan kalian lakukan? -boy×boy with local character -sunsun...