New Hair

2.9K 311 20
                                    

"Kangen Aga..."

Belum ada lima belas menit ditinggalkan, Salvio sudah merasa rindu dengan suaminya. Dirinya mengetukkan jarinya di pinggiran jendela dengan bosan.

Riki yang mendengarnya mulai mendesah lelah. Sudah sepuluh kali dia mendengar keluhan Salvio tentang dirinya yang merasa rindu dengan suaminya. Riki mulai menyesal memilih menemani Salvio daripada ikut rapat yang sedang Saga pimpin.

Iya. Salvio sedang berada di ruangan Saga, sedangkan Saga sedang rapat dengan bagian keuangan.

"Gue pesenin makanan aja gimana? Lo mau makan apa Sa?"

Riki mencoba mengalihkan perhatian Salvio dengan menawarkan untuk membelikan pemuda itu makanan. Namun Salvio menggeleng. Dirinya saat ini ingin Saga, bukan makanan.

"Mau Aga aja.." bibir Salvio melengkung ke bawah. Siap untuk menangis. Riki yang melihatnya langsung panik.

Bonusnya akan terancam jika Saga tau kesayangannya saat ini menangis.

"E-eh jangan nangis Sa.. ehmm-ah mending sekarang kita nonton pororo yuk.. sebentar gue cari dulu di youtube ya.." Riki dengan cepat langsung mengotak-atik laptop Saga. "Nah ayo Sa kita nonton pororo yang episode i-ni..."

Riki meneguk ludahnya susah payah saat melihat Salvio kini mendelik ke arahnya. "Emangnya gue anak kecil diajak nonton pororo?!?!"

Riki menutup telinganya saat mendengar pekikan Salvio yang nyaring.

"Trus lo maunya apa?"

"Kan tadi udah bilang gue maunya Aga!"

"Tapi suami lo lagi kerja Sa. Lo mau gangguin kerjaan suami lo? Nanti kalau Saga marah gimana?"

Salvio terdiam. Benar juga apa yang dikatakan Riki. Kalau Salvio gangguin Saga kerja, kemungkinan suaminya itu akan merasa kesal dan marah kepadanya. Salvio yang cuma nonton televisi terus diganggu aja kesal, apalagi Saga yang sedang melakukan kerjaan penting.

Bisa ngamuk dia.

"Tapi gue bosen Iki.." Salvio berpindah ke sofa, mendekap bantal dengan kaki yang dia angkat.

"Mau kelu-"

Brakk!!

Belum selesai Riki berbicara, terdengar suara pintu terbuka kencang.

"Salvio main yuk!!"

Riki melongo, sedangkan Salvio langsung mencampakkan bantalnya dan berlari ke arah seseorang yang tadi memanggilnya. Keduanya berpelukan dengan sedikit melompat-lompat. Hal itu membuat Riki sadar dan langsung memekik panik.

"Salvio lo lagi hamil jangan loncat-loncat!"

Dan teriakan Riki membuat Salvio dan juga Julian berhenti melompat dan melepaskan diri.

Iya. Orang yang tadi membuka pintu tanpa permisi adalah Julian, pasangan Jeffrey sahabatnya Saga.

"Ah iya lupa. Maaf ya baby..." Salvio mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit di balik sweater kebesarannya.

Riki menghela nafas lega saat Salvio baik-baik saja. Julian yang melihat Salvio mengelus perutnya sendiri terkekeh gemas.

"Aigoo bayi udah mau punya bayi.. duh gemasnya.." Julian tak tahan untuk tak mencubit pipi Salvio yang semakin berisi. Yang punya pipi hanya pasrah saja.

"Tuan Julian ada perlu apa kemari?" Riki bertanya sopan.

Julian melepaskan pipi Salvio, "ah gue cuma mau ngajak Salvio jalan-jalan. Kebetulan tadi gue abis ketemu klien di dekat sini."

TROUBLE? TROUBLES?! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang