Launching

2.1K 221 42
                                    

Launching.

Jam menunjukkan angka dua belas malam lebih lima menit, namun angka itu tak membuat seseorang yang berada di tempat tidur memejamkan matanya. Justru matanya terasa segar tak merasa ngantuk sama sekali. Perutnya yang sudah membesar membuatnya mulai kesusahan memposisikan tubuhnya agar terbaring dengan nyaman.

Pilihannya kini berbaring miring dengan pemandangan wajah terlelap suaminya. Seseorang itu adalah Salvio, yang kini mulai memainkan jarinya di hidung sang suami, Sagara. Tangan satunya dia gunakan untuk mengelus perut buncitnya.

"Baby, nanti kalau udah lahir ikut gen tampannya Papa aja ya. Lihat nih, hidung papamu mancung banget. Rahangnya juga keliatan tegas gitu. Alisnya tebal dan bibirnya.."

Tangan Salvio berhenti di bibir Sagara. Matanya fokus ke belahan bibir merah muda itu.

"Bibirku kenapa?" Salvio berjengit saat mendengar suara keluar dari belah bibir yang sedang dia sentuh. Baru saja tangannya akan dia tarik, namun ada tangan yang lain yang menahannya.

Tangan itu milik Sagara, yang saat ini mulai membuka matanya.

"Kenapa belum tidur, hm?" Sagara mengecup jari-jari Salvio lembut.

Salvio sedikit salah tingkah karena aksinya mengagumi ketampanan Sagara ketauan.

"A–aku belum ngantuk." Salvio mencoba melepaskan genggaman Sagara namun suaminya itu malah menarik tangannya untuk di bawa ke belakang leher Sagara. Jadi kini tangan Salvio terlihat seperti memeluk Sagara, ya walaupun sebenarnya memang seperti itu yang terlihat.

"Apa Baby rewel?" Tangan Sagara mengelus perut Salvio, menghantarkan rasa nyaman di perut Salvio.

Sebenarnya memang bukan hanya belum mengantuk yang jadi alasan Salvio belum bisa memejamkan mata. Namun karena bayinya yang semakin hari semakin aktif pergerakannya. Itu terkadang membuatnya sedikit kesakitan karena tendangan bayi di perutnya.

"Hmm sedikit. Baby sepertinya pengen ngajak ibun nya begadang." Salvio mulai mengarahkan tangan Sagara ke tempat dimana bayinya menendang.

Walau ini bukan kali pertama Sagara merasakan pergerakan bayinya di perut Salvio, namun dirinya masih saja merasa antusias saat merasakan tendangan-tendangan kecil dari bayinya.

Sagara berganti posisi. Kini dirinya merendahkan badannya hingga kini posisi wajahnya berada tepat di depan perut Salvio. Sagara mencoba mengajak bayinya berbicara, membuat Salvio merasa tersentuh saat bagaimana dengan lembutnya suara Sagara saat berbicara dengan bayinya. Tak lupa dengan dibarengi kecupan-kecupan manis yang membuat Salvio semakin merasa senang.

"Baby, hari ini istirahat dulu ya. Kasihan Ibun belum tidur. Besok pagi Baby bisa main lagi bareng Papa sama Ibun." Sagara mengelus perut Salvio berulang-ulang. Di balik telapak tangannya Sagara mulai merasakan pergerakan bayinya tidak se aktif tadi.

Sagara kembali ke posisi awal, wajahnya kini bertemu dengan wajah Salvio.

"Terima kasih, Papa."

"Sama-sama, Ibun."

Sagara dan Salvio memang sepakat untuk memulai membiasakan memanggil dengan panggilan yang akan mereka ajarkan kepada Baby. Sagara mulai merengkuh Salvio ke dalam pelukannya setelah memastikan perut Salvio dalam keadaan aman. Tangan Salvio bermain di piyama Sagara. Masih ada satu hal yang membuatnya tidak bisa tidur, dan hal itu sepertinya diketahui oleh Sagara.

"Ada yang mengganggu pikiranmu?" Salvio sedikit merutuki Sagara yang terlalu peka.

"Apapun itu yang mengganggu pikiranmu, kamu bisa membaginya denganku. Kamu pasti masih ingat janji yang kita ucapkan bersama saat di altar kan?"

TROUBLE? TROUBLES?! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang