Hukum Sastra 1 Siapa dia?

635 188 118
                                    

Hara baru saja keluar dari dalam kelasnya, hari ini adalah hari pertama dia menjadi Mahasiswi di kampus ternama yang ada di kota Jakarta. Tentu saja dengan jurusan impiannya, Sastra Indonesia.

Hara melangkahkan kakinya menuju ke arah kantin yang sangat berdekatan dengan fakultasnya. Dengan tumpukan buku di tangannya Hara berjalan menuju ke tempat yang ia tuju. Hara bahkan tersenyum pada setiap orang yang ditemuinya. Meskipun Hara tidak mengenal mereka tapi prinsipnya adalah selalu sopan di mana pun ia berada.

Pada saat Hara berjalan  tanpa sengaja bahunya bertubrukan dengan seorang laki laki yang memakai Almamater biru. Aksi pandang pandangan pun tidak bisa dihindari lagi. Mata bulat Hara menatap lekat pada wajah yang saat ini menatapnya dengan kesal.

"Kalau lagi jalan usahakan matanya liat ke depan, jangan ke buku," ketus laki laki tersebut pada Hara. Sebab yang ia lihat tadi Hara hanya fokus membaca bukunya dan tidak melihat jalan.

Hara mengerjapkan matanya beberapa kali. Langsung ia tundukkan kepalanya ketika melihat pelototan laki laki yang mempunyai name tag Albera Gehan Aksawijaya.

"Maaf kak, aku tidak sengaja. Lain kali aku tidak akan mengulanginya lagi." Jawab Hara dengan cepat. Ada debaran yang kencang di dadanya saat ia merasakan parfum Gehan yang menyengat di hidungnya. Hara bisa merasakannya karena jaraknya dengan kakak tingkatnya itu sangat berdekatan sekali.

Gehan hanya mendengus sambil memperhatikan Hara dari atas sampai bawah. Rasanya dia belum pernah melihat gadis itu sama sekali. Padahal Gehan cukup sering menginjakkan kakinya di Fakultas pendidikan untuk bertemu temannya.

"Lo Mahasiswi baru?" tanyanya pada akhirnya.

Hara mengangkat kepalanya dan memberanikan diri melihat wajah Gehan. Melihat wajah Gehan yang sedikit melunak membuat Hara menjadi sedikit lebih tenang.

"Iya kak, aku masih Mahasiswi baru. Baru seminggu lalu selesai ospek. Dan sekarang hari pertama aku kuliah sebagai Mahasiswi pendidikan bahasa dan Sastra indonesia. Aku itu masuk.... "

Hara membulatkan matanya saat jari telunjuk Gehan menempel di bibirnya.
Gehan sedikit menunduk dan mendekatkan wajahnya pada wajah Hara. Mereka berdua saling memandang satu sama lain. Hara dengan debaran di dadanya dan Gehan dengan ekspresi yang tidak dapat diartikan.

"Anak Sastra dengan segala kecerewetannya. Bibirnya selalu tidak lepas dengan rangkaian kata kata. Termasuk pada orang yang tidak dikenalnya," ucapnya dengan penuh penekanan. Gehan menurunkan kembali jarinya dari bibir Hara. Tanpa berkata apa pun lagi Gehan langsung meninggalkan Hara yang saat ini penuh tanda tanya di kepalanya.

Selepas kepergian Gehan, Hara meletakkan tangan kanannya di dadanya. Jantungnya berdetak dengan sangat kencang. Baru kali ini ia merasakan hal seperti itu. Hara menoleh ke belakang dan melihat langkah Gehan yang semakin menjauh dari pandangannya.

"Menurut novel yang aku baca kalau jantung berdebar dengan kencang saat bersama cowok itu tandanya jatuh cinta. Mungkinkah ini cinta pertama Hara?"

Hara terkekeh sambil tersenyum malu malu. Dia melanjutkan perjalanannya sambil senyum senyum sendiri.
.
.
.
Albera Gehan Aksawijaya, Laki laki bertubuh tinggi dengan wajah yang sungguh mempesona. Pahatan wajahnya begitu sempurna bagi kaum hawa. Hidung mancung, alis tebal, dan kumis tipisnya yang membuatnya semakin terlihat manis saat tersenyum.

Dia juga Mahasiswa Hukum semester akhir. Saat ini Gehan sedang sibuk  mengurus skripsinya yang belum tuntas juga. Umurnya yang saat ini menginjak 22 tahun membuatnya ingin semakin cepat lulus dan mengejar cita citanya.

Gehan baru saja keluar dari lingkungan Fakultas pendidikan, ia berjalan ke arah Fakultasnya sendiri dan menuju ke parkiran. Gehan tersenyum saat melihat siapa yang kini menyambutnya di parkiran Fakultasnya, Fakultas Hukum.

"Udah lama nunggu?" tanya Gehan dengan lembut pada seseorang yang saat ini duduk di motornya.

"Baru aja kok Ge, urusan kamu udah selesai?"

Gehan mengangguk. Sambil lalu dia mendekati gadis itu dan memeluknya dari arah belakang. Gehan menenggelamkan kepalanya di ceruk leher gadis yang notabene adalah kekasihnya. Tidak ada yang pernah melihat kelembutan Gehan kecuali Vilya, kekasih Gehan yang juga Mahasiswi Hukum semester akhir sama seperti Gehan.

"Capek Hil, skripsi belum kelar kelar juga. Aku pengen cepet lulus dan ngelamar kamu. Kalau gini caranya kita gak akan bisa lulus bareng."

Vilya menggengam tangan Gehan yang berada di pinggangnya. "Semangat dong Ge, masa gitu aja nyerah. Lagian meskipun kita gak bisa lulus bareng aku masih bisa kok nunggu kamu"

Vilya melepaskan tangan Gehan dari pinggangnya kemudian berbalik dan menghadap ke arah Gehan. Vilya mengangkat tangannya dan menangkup wajah Gehan dengan tangannya. Vilya merapikan rambut Gehan yang hari ini sedikit lebih berantakan. Sepertinya laki laki itu benar benar putus asa sampai tidak memperhatikan penampilannya sendiri.

"Jadi apa pun yang terjadi Gehanku harus tetap semangat" Vilya tersenyum yang dibalas senyuman juga oleh Gehan.

"Cium pipi dong biar semangat" Jawab Gehan sambil tertawa kecil. Bebannya sedikit berkurang ketika ia bersama kekasihnya. Itulah sebabnya Gehan sangat menyanyangi Vilya. Karena hanya Vilya yang bisa mengerti dengan kondisinya.

Saat Vilya akan mencium pipi Gehan, suara ringisan mengalihkan mereka berdua. Gehan memicingkan matanya saat melihat siapa orang itu. Dia adalah gadis yang tadi ditemuinya di prodi Sastra, Fakultas pendidikan.

"Duh kakak, kalau jalan tuh lihat lihat dong. Kan kening Hara jadi sakit"

Gehan mengernyitkan keningnya ketika melihat Hara yang mengomel pada temannya dengan tidak sopan. Gehan sangat tidak suka jika melihat adik tingkatnya bersikap semena mena dengan yang lebih tua. Bukan karena ingin bersikap senioritas tapi Gehan hanya ingin mengajarkan sopan santun pada mereka agar bisa menghormati yang lebih tua.

"Ya sudah kalau gitu aku mau ngumpul bareng temenku. Nanti kalau kamu udah pulang kabarin ya Ge" Ucap Vilya pada Gehan yang masih menatap lurus ke arah Hara.

"Iya sayang" jawab Gehan dengan tidak memandang Vilya sama sekali. Vilya hanya mengangkat bahunya dan pergi begitu saja.
.
.
.
.
"Ya lagian kamu Dek, jalan itu jangan sambil baca novel. Kebiasaan kamu selalu aja gitu. " Jawab laki laki yang ditabrak Hara tadi.

Hara memanyunkan bibirnya ia pun menutup novelnya dengan kesal. "Ish, kan aku emang suka gitu kak"

Gehan yang melihat itu perlahan menghampiri mereka. Dengan tangan yang dimasuki ke dalam saku Almamaternya.

"Kenapa Yon?" tanya Gehan langsung pada Diyon yang saat ini sedang bersama dengan Hara. Gehan bisa mengenal Diyon karena Diyon adalah teman satu tongkrongan sekaligus satu jurusan dengannya. Mereka berdua sama sama mengambil jurusan hukum di universitas yang sama. Dan sejak itulah pertemanan mereka dimulai.

Hara terkejut ketika ia bertemu lagi dengan orang yang tadi ditabraknya. Dia sebisa mungkin bersikap seolah tidak mengenalnya. Meskipun tidak bisa dipungkiri ada rasa penasaran dalam hatinya mengenai namanya.

Diyon yang namanya disebut langsung menoleh dan menjawab. "Hanya masalah kecil, dia gak sengaja nabrak gue tadi" jawab Diyon sambil menunjuk ke arah Hara.

Gehan mengalihkan pandangannya dari Diyon ke arah Hara. Gadis di hadapannya ini benar benar membuatnya kesal. "Dek, lo yang nabrak teman gue tapi lo yang ngomel. Lo pikir sopan kayak gitu? Tadi juga lo nabrak gue kenapa diem? Usahakan ya dek kalau salah itu minta maaf bukan malah ngomel. Disini lo yang salah. Lo yang nabrak temen gue"

"Han, lo salah paham... "

"Diam dulu Yon, Adek tingkat kayak gini nih harus dikasih nasehat. Biar dia tau gimana caranya bersikap sama yang lebih tua dari dia." Mata Gehan masih menghunus tajam ke arah Hara. Membuat nyali Hara menciut seketika. Hara kemudian langsung bersembunyi di balik punggung Diyon. Sehingga Diyon menghela nafasnya dan menatap ke arah Gehan.

"Gehan, ini Hara adek Gue. Lo salah paham. Dia ke Fakultas hukum mau nemuin gue. "

"Maksud lo? " Gehan benar benar tidak mengerti.

"Gue kan pernah cerita sama lo, gue punya adik yang nanti bakal kuliah disini juga. Dan ini lah adek gue. Namanya Hara, dia emang kebiasaan jalan sambil baca buku. Jadi dia ngomel ke gue tadi sebagai adek bukan sebagai adek tingkat."

"Jadi dia adek lo?"

Hukum SastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang