Hukum Sastra 11 Mulut yang berbicara

90 31 8
                                    

Rumah Diyon hari ini terlihat lebih ramai karena kehadiran teman temannya. Ada yang bermain game di ponsel, merokok, dan ada juga yang  berkutat dengan laptop sambil mengerjakan skripsi. Sedangkan Diyon, dia hanya menjadi penonton setia bola kesukaannya di televisi. Mereka semua sibuk dengan aktivitasnya masing masing.

Gehan memijit keningnya dengan perlahan, dia tidak mau membuat kesalahan lagi. Kemarin hampir semuanya Gehan mendapat coretan dari dosen karena kesalahan kecil, entah itu di bagian penulisannya atau di bagian materinya.

"Istirahat dulu Han, lo nginep disini aja masih sibuk sama skripsi ya. Rajin amat." komentar Jevin sambil menyemburkan asap rokok dari mulutnya. Gehan tidak menanggapinya dia terus melanjutkan mengetik.

Diyon hanya menggelengkan kepalanya melihat Gehan yang begitu keras kepala.
Sudah dua jam Gehan berkutat dengan laptop tapi tidak menghasilkan apa apa. Bahkan isinya pun tidak ada yang bertambah. "Jangan dipaksain, otak lo tuh butuh istirahat. Mending lo tutup laptopnya sini gabung sama kita."

"Tapi... "

"Ah elah Han, jangan pake tapi tapian. Lihat sekarang hasil ketikan lo mana, gak ada kan? Yang ada lo makin stress kalau mikirin skripsi pas pikiran lelah. Istirahat dulu lah. Skripsi emang penting tapi lo harus utamain, dulu kesehatan lo itu" Nasehat Kai.

"Gue setuju sama Kai." sahut Digo.

Gehan memandangi mereka satu persatu. Pada akhirnya ia pun menuruti saran teman temannya. Gehan menutup laptopnya dan duduk santai bersama mereka.
.
.
.
Hara bersenandung kecil sambil turun ke bawah. Dia begitu bersemangat malam ini karena sesuatu yang sudah lama ia tunggu akhirnya tayang juga. Apalagi kalau bukan drakor. Selain pecinta Novel, Hara juga pecinta Drakor. Semua drakor romantis sudah ia tonton. Itulah sebabnya yang membuat jiwa halu Hara semakin meronta ronta.

Sambil memegang ponsel di tangannya, Hara menuju ke dapur untuk mengambil air minum. Hara masuk ke dapur dan malah melihat Gehan yang juga berada di sana. Ia masih kesal karena tatapan Gehan tapi, jadi dia pun lebih memilih diam saja. Dengan langkah pelan Hara menuju meja makan dan menuangkan air ke dalam gelap. Hal itu tidak lepas dari perhatian Gehan yang duduk di sana.

"Mau minum?" tanya Gehan dengan lembut.

"Nggak, mau makan. Udah jelas Hara megang air sama gelas ya mau minumlah." jawab Hara dengan ketus.

Gehan terkekeh, sudah ia duga sebelumnya, Hara pasti akan kesal dengannya gara gara tadi. Gehan terus memandangi Hara yang sedang menegguk airnya sampai habis. Hara meletakkan gelasnya dan berniat untuk pergi tapi tarikan di tangannya membuatnya hampir jatuh. Hara membulatkan matanya saat menyadari ia duduk dimana.

"Masih kesal sama gue?"

"Lepasin Kak, aku udah gede gak mau dipangku."

"Gak bakal gue lepasin kalau lo masih kesal sama gue."

"Iya gak jadi kesal, awas deh."

Gehan tersenyum penuh kemenangan kemudian ia lepaskan pelukannya di pinggang Hara tadi. Dengan cepat Hara berdiri dan menatap Gehan. "Resletingnya kebuka Kak"

Setelah mengatakan itu Hara langsung pergi sambil tertawa, Gehan menunduk.
"Sialan, bisa bisanya gue lupa nutupnya!" Dengan segera Gehan menutupnya kembali. Kemudian Gehan menyusul Hara keluar.

Hara merebut remote tv dari tangan Diyon, kali ini dia yang menguasai channel Tv. Diyon pun hanya bisa pasrah saat channel bola kesayangannya harus digantikan dua bocah tak ada akhlak itu. Siapa lagi kalau bukan si kembar upin ipin. Jevin, Kai dan Digo malah ikut menikmati menonton itu. Mereka berempat mengabaikan rasa bosan yang Ia rasakan. Mau tidak mau Diyon juga akhirnya ikut menonton.

Tak lama kemudian Gehan datang dari arah dapur. Gehan mengambil tempat duduk di samping Hara sehingga membuat gadis yang fokus menonton itu menolehkan kepalanya. "Bocah banget ya tontonannya, apa gak ada film lain apa?!" komentarnya yang diangguki oleh Diyon.

"Gak ada!"

"Mana sini coba remotnya biar gue yang nyari film?!"

"Gak mau, Hara mau nonton upin ipin"

"Itu kartun gak berfaedah, Mahasiswi itu tontonannya harus berkualitas. Mending lo nonton mata najwa deh sekalian biar nambah ilmu. Manfaatnya juga udah jelas, lo bisa belajar cara publik speaking yang baik dan benar gimana."

"Nonton upin ipin juga bisa belajar bahasa, bahasa melayu. Siapa tau jodoh Hara meerqeen pemeran Firdaus kan boleh juga." Hara tersenyum membayangkan Meerqeen yang wajahnya sangat tampan. Tidak kalah berbeda dengan aktor Korea kesayangannya. Hidungnya yang mancung membuat Hara semakin menyukainya.

"Miskin? Ngapain lo suka sama miskin? "

"Meerqeen kak bukan miskin, nama bagus gitu malah dirubah!"

"Nama apaan itu, jelek amat! Gak kayak nama gue yang keren dari lahir, " tambah Gehan yang semakin membuat Hara kesal. Kai menggelengkan kepalanya, mereka semua hanya melihat perdebatan tersebut. Hara yang fokus menonton sedangkan Gehan terus merecokinya dengan komentar komentar gak jelas.

"Idih, kecil kecil sok pinter banget tuh bocah!"

"Diem!!"

"Apaan tuh, ayam kok bisa julid gitu."

"Namanya juga kartun, ya wajarlah!"

"Kartun paling jelek ya,"

"Upin ipin botak gak tumbuh rambut, tipe idaman lo banget ya haha."

Hara mengambil bantal dan melemparnya sembarang hingga mengenai wajah Kai. "Busettt Dek, yang salah siapa yang kena lemparan siapa." ucapnya pada Hara.

"Sorry Kak, nih teman kakak ngeselin amat sih."

"Biasa Dek, semenjak putus Gehan memang suka gitu. Kurang belaian dia. Coba lo belai dia dek, mana tau dia bisa diem?!" Jevin ikut menimpali sambil tersenyum menggoda pada Gehan. Gehan memutar bola matanya dengan malas.

"Adek gue jangan diajarin belai membelai," Diyon menatap tajam Jevin yang dibalas dengan dua jari tangannya.

"Eh tapi aku pinter banget loh kalau membelai. Buktinya Pisyi suka sama aku kalau aku belai. Tiap hari aku belai si Pisyi, nyenyak bobonya."

"Serius lo jago ngebelai?" tanya Digo dengan random. Hara langsung mengangguk dengan antusias. Dia membuka ponselnya dan menunjukkan video di mana Ia sedang mengelus kucing kesayangannya sampai tertidur.
"Yah kok kucing sih," ucap Digo dengan nada kecewa.

"Ya terus lo maunya apa?"

"Belai punya gue aja mau gak?"

Seketika suara yang lain terdiam saat mendengar perkataan Gehan. Hara bahkan sampai tercengang dibuatnya. "Punya gue juga butuh dibelai. Udah lama sih gak gue belai. Mungkin lo bisa bantu belai gue sih dengan senang hati menerimanya."

"Dasar kak Gehan mesum!"

"Itu geli atau gatal!" julid Diyon.

"Belai pakai garpu mau gak?"

"Sini Bang, dede bantu belai. Tangan Dede halus kok bang."

Berbagai reaksi yang Gehan dapatkan. Memangnya apa salahnya? Dia kan juga ingin dibelai? ? Maksudnya kucing di kostnya. Kalian jangan mikir aneh aneh ya. Gue ganteng tapi gak mesum kok! Suer deh.

"Bukan gue yang dibelai, Kucing di kost gue maksudnya. Lo semua pikirannya kotor amat sih. Habis nonton bokep ya"

"Hah? Bokep? Kak Diyon suka nonton bokep?"

Diyon langsung menutup mulut Hara dengan tangannya sambil menatap tajam Gehan. "Kecil kecil gak boleh ngomong gitu."

"Jadi bener? Wah boleh nih nanti Hara aduin ke bunda. Hara ke kamar dulu ya? Dadah semuanya."

Dengan cepat Hara beranjak dari tempatnya dan pergi ke kamarnya meninggalkan mereka semuanya. Diyon langsung menggeplak mulut Gehan dengan majalah yang di atas meja. "Gara gara lo nih, kalau sampe dia ngadu ke bunda bisa berabe urusannya."

Gehan terkekeh. "Sorry keceplosan."

"Keceplosannya disengaja ya kak" sindir Digo.

"Tau tuh Gehan"

"Mulutnya lemes banget,"

"Bacot lo semua."

Hukum SastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang