Hukum Sastra 4 Tongkrongan

213 151 25
                                    

Gehan baru saja tiba di Cafe, semua teman temannya sudah berkumpul dan menunggunya di dalam. Sebenarnya ia juga malas kesini hanya karena kejadian tadi, Gehan datang dengan perasaan yang memburuk. Mau membatalkan juga percuma, Gehan sudah berjanji pada mereka. Jadi mau tidak mau Gehan tetap datang juga dan menyingkirkan masalah pribadinya yang saat ini membuatnya kecewa.

Gehan membuka helm nya dan memperbaiki rambutnya yang berantakan sambil bercermin di kaca spionnya.

"Lo emang ganteng Gehan, gue akui itu. Tapi kalau soal otak, otak lo gak bisa diandalkan. Skripsi aja belum tuntas dan lo masih berharap Vilya bisa nunggu lo" 

Apa yang dikatakan Raka terus terngiang ngiang di kepalanya. Ya, orang yang berselingkuh dengan pacarnya adalah Raka Geovano, salah satu teman terbaik Gehan sebelum menusuk dari belakang. Gehan mengepalkan tangannya dengan kuat, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk membuat kedua orang itu menyesal.

"Gue, Albera Gehan Aksa Wijaya gak akan pernah lemah kehilangan pecundang pecundang seperti mereka" batinnya dalam hati.

Gehan pun turun dari motor dan mencabut kuncinya. Suara teman temannya di dalam sangat terdengar dengan jelas dari luar. Gehan mengatur ekspresi wajahnya terlebih dahulu. Dia tidak mau teman temannya mengetahui masalah ini, meskipun pada akhirnya nanti mereka akan tau juga.
.
.
.
"Kenapa sih lo Yon, punya adek cantik baru dibawa ke tongkrongan. Coba aja dari dulu dibawa pasti kita akan betah nongkrongnya, " ujar Jevin selaku yang paling tertua di antara mereka. Jevin adalah teman dekat Diyon dan Gehan jugga, meskipun mereka tidak satu fakultas tapi mereka saling mengenal dari organisasi yang keduanya ikut.

Diyon memutar bola matanya dengan malas. Saat ini banyak yang menggoda Hara karena hanya dia lah perempuan satu satunya dalam tongkrongan mereka. Jika bukan karena Bundanya mana mau dia mengajak Hara ke tongkrongannya. Tadi Hara sempat merengek untuk ikut bersama Diyon, tapi Diyon melarangnya karena semua teman temannya adalah cowok. Tapi karena perintah dari sang Bunda pada akhirnya Diyon mengiyakan saja.

"Kalian perlu kaca mata kali, adek gue jelek gitu malah dipuji. Lagi pula dia ngeselin... Awwww" Ringis Diyon dan menoleh pada Hara yang mencubitnya sambil tersenyum.

"Jangan sampai Hara buka aib kakak lho disini," bisik Hara dengan pelan hingga tak ada yang bisa mendengarnya selain Diyon.

"Dek, kamu kan masih maba. Gimana ospeknya?" tanya Kai selaku cowok yang paling cool di antara mereka.

"Seru seru aja kok kak, meskipun Hara kena bentak beberapa kali tapi menurut Hara itu adalah pengalaman sekaligus bekal buat Hara selama menjalani kuliah empat tahun ke depan," jawab Hara dengan senyumannya yang manis yang tertuju pada Kai.

"Oh iya, Jurusan apa kamu Dek?"  tanya yang lain.

"Sastra Indonesia, Kak"

"Wih keren, kenapa ngambil Sastra?"

"Hara suka baca novel kak, jadi karena itu juga Hara bertekad untuk belajar sastra. Hara juga punya cita cita jadi penulis makanya Hara ambil sastra"

Obrolan mereka terhenti saat seseorang bergabung dengan mereka. "Gehan, tumben lo yang paling telat malam ini. Biasanya juga lo yang paling rajin. Kemana dulu lo?" cerca Digo saat Gehan datang dan bersalaman dengan yang lain. Gehan masih belum menyadari keberadaan Hara di antara mereka.

"Sorry, tadi gue ada urusan mendadak sebentar, makanya gue telat" jawab Gehan sambil mengambil tempat duduk di samping Hara. Gehan bahkan tidak menyadari ada gadis di sampingnya karena ia hanya fokus pada teman temannya.

 Gehan bahkan tidak menyadari ada gadis di sampingnya karena ia hanya fokus pada teman temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hukum SastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang