Hukum Sastra 14 Cemburu

90 17 8
                                    

Hara mengangguk sambil tersenyum. "Boleh kok kak, oh iya yang lain mana kok kakak sendirian?" tanya Hara ketika melihat Jevin tidak bersama teman temannya.

Jevin langsung mengambil tempat di hadapan Hara dan duduk. "Sibuk masing masing mereka, bentar lagi juga kesini. Nah itu dia.... "

Hara menoleh dan membelalakkan matanya ketika melihat Gehan datang sambil menatap lurus ke arahnya. Banyak Mahasiswi yang lainnya berteriak histeris ketika mengetahui kedatangan Gehan. Bagaimana tidak jika saat ini saja kancing kemeja Gehan terbuka di bagian atas sehingga menunjukkan seberapa bidangnya dadanya. Wajahnya yang berkeringat membuat daya tariknya semakin kuat. Gehan mengelap keringatnya dengan tangannya membuat banyak gadis menghampirinya demi memberikan tisu.

"Gehan, nih lap nya pakai tisu gue aja."

"Lo capek ya? sini gabung sama kita kita aja"

"Gimana hari ini?"

"Gehan, kok lo gak pernah buka DM gue sih! "

Gehan menatap mereka satu persatu sambil memberikan senyum terbaiknya. Hara yang melihatnya pun hanya mengerucutkan bibirnya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Jevin menyadarinya, sedari tadi dia sibuk memperhatikan Hara yang fokus melihat ke arah Gehan. "Cemburu ya Dek?" tanyanya langsung pada Hara.

Hara menggelengkan kepalanya. "Siapa juga yang cemburu!" ketus Hara sambil kembali membuka ponselnya. Jevin hanya terkekeh saja dia mengangkat tangannya untuk mengelus rambut Hara yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. Belum sempat tangannya menyentuh, seseorang menghentikan tangannya sambil menatapnya dengan tajam.

"Jangan pegang pegang tangan lo bau, belum cebok."

Hara yang mengenali suara itu pura pura tidak mendengar saja. Dia menggeser layar ponselnya sambil melihat lihat perut sixpack idol kedayangannya. Dia mengabaikan perdebatan Jevin dan Gehan. Dalam hati dia berharap agar Bela segera datang agar dia tidak canggung menghadapi situasi ini.

"Lo apa apaan sih Han, gue cuma mau ngelus rambutnya aja kok. Lagian tangan gue udah steril, udah cuci tangan gue sebelum kesini." jawab Jevin dengan kesal.

"Tetap aja gak boleh!" kekeh Gehan.

"Kenapa gak boleh? Lo siapanya emang kok berani berani ngelarang gue?" Jevin tersenyum penuh kemenangan saat berhasil membuat Gehan terdiam. Dia hanya ingin mengetahui jawaban Gehan saja. Sebab yang ia lihat ada sedikit rasa tidak terima dalam diri Gehan saat melihat dirinya berduaan dengan Hara di kantin, meskipun itu dilakukan secara tidak sengaja.

Mata Gehan teralihkan ke tempat lain dan malah melihat kemesraan mantan kekasihnya bersama yang lain. Hal itu pun menambah puncak kekesalan di hati Gehan.

Gehan langsung menarik kursi di samping Jevin dengan kasar. Sehingga Hara mau tak mau dia menoleh. "Duduk yang benar Kak! Jangan marah marah. Tadi sama cewek lain senyum senyum, giliran sama teman sendiri malah marah gak jelas." sindir Hara. Jevin menutup mulutnya sambil menahan tawa.

"Siapa juga yang marah marah! Gue cuma lagi kesel aja ngelihat Jevin disini. Padahal tadi udah janji mau nungguin gue di parkiran."

"Ngeless aja lo bro, padahal kita tadi berangkat ke sini barengan. Lo aja yang pamit ke toilet tadi. " sahut Jevin yang berhasil mendapat tendangan di bagian lututnya.

"Udahlah Kak, diem dulu! Hara mau fokus bucin."

"Emang bocil bisa bucin ya?" tanya Gehan sambil tersenyum mengejek pada Hara.

"Jangankan bucin, bocil aja bisa bikin generasi bocil selanjutnya." judes Hara dengan asal bicara.

"Heh mulutnya! Lama lama gue hukum juga tuh mulut."

Hukum SastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang