Hukum Sastra 2 Bertemu lagi

277 171 42
                                    

"Gue kan pernah cerita sama lo, gue punya adek yang nanti bakal kuliah disini juga. Dan ini lah adek gue. Namanya Hara, dia emang kebiasaan jalan sambil baca buku. Jadi dia ngomel ke gue tadi sebagai adek bukan sebagai adik tingkat."

"Jadi dia adek lo?" 

Diyon mengangguk dan menoleh ke belakang. "Kamu kenapa ngumpet Dek?" tanyanya pada Hara yang saat ini menyembunyikan wajahnya di belakang punggungnya.

Hara menggelengkan kepalanya sambil cengengesan. Berbeda dengan Gehan yang tampak canggung karena kesalahpahaman tersebut.

"Hara tadi gak sengaja nabrak kakak itu kak. Tapi Hara beneran gak sengaja kok. "Jawab Hara dengan mengangkat kedua tangannya dengan wajah yang dibuat Speechless. Diyon tersenyum kecil sambil mengacak acak rambut Hara dengan gemas. Dia sudah sangat hafal dengan kelakuan adiknya itu. Ini bukan pertama kalinya Hara menabrak seseorang ketika berjalan.

"Sini di samping kakak aja, ngapain pake ngumpet segala" Lanjut Diyon sambil menarik Hara agar berada di sampingnya. Pada akhirnya dengan wajah yang sedikit tertunduk Hara berdiri tepat di samping Diyon dan di hadapan Gehan. Kali ini pandangan Diyon kembali lagi pada Gehan.

"Sorry ya Bro, adek gue emang gitu. Dia selalu jalan sambil baca novel. Jadi gue mewakili dia untuk minta maaf sama lo"

Gehan hanya mengangguk dengan canggung. "Kalau gitu gue duluan Yon, jangan lupa nanti malam ngumpul sama yang lain di tempat biasa" ujar Gehan sambil menepuk pundak Diyon dengan sebelah tangannya. Diyon mengiyakan dan mereka pun bersalaman ala laki laki yang tidak Hara mengerti.

Hara diam diam mengangkat wajahnya dan melihat wajah Gehan dengan sedikit terpesona. Kali ini dia bisa melihatnya dengan jelas karena sebelumnya Hara tidak benar benar memperhatikan. Dia baru sadar, Gehan memiliki bulu bulu tipis di atas bibirnya. "Manis banget sumpah, jantung Hara meleleh mas. Gantengnya melebihi cowok fiksi Hara" gumam Hara dalam hati.

Tanpa sengaja Gehan juga melihat ke arah Hara, Hara pun kembali menundukkan kepalanya. Gehan hanya menatapnya dengan aneh. Setelah berpamitan dengan Diyon, Gehan langsung pergi kembali ke tempat parkiran motornya tadi.

Diyon melirik ke Hara yang terus memandangi Gehan yang menyugar rambutnya dan memakai helm. "Kenapa sih Dek, liatnya gitu amat. Jangan bilang kamu suka sama dia? " tebak Diyon langsung.

Hara menatap Diyon dengan kesal. "Apa sih Kak, Hara cuma liat aja kok bukan berarti suka."

Diyon mengangguk sambil menatap Hara. "Baguslah kalau gitu, soalnya dia juga udah punya pacar. Jadi kalau pun kamu suka sama dia percuma, Gehan sudah punya pacar."

"Gehan siapa kak? " Hara mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Diyon yang lebih tinggi darinya.

"Ya dia Dek, itu yang tadi tuh namanya Gehan. Dia temen kakak, kan sering ke rumah juga. Masa kamu gak tau?" Heran Diyon pada Hara.

"Oh iya lupa, gimana kamu bisa tau kan kerjaan kamu kalau ada temen kakak pasti ngedekam di kamar gak keluaran" lanjut Diyon lagi dengan wajah yang dibuat meledek.

Hara memberengut dan mencubit pinggang Diyon dengan keras. "Kan Hara di kamar itu lagi ngebucin sama ayang."

"Ayang Fiksi, ayang kertas" Ledek Diyon lagi.

"Udah ih jangan ngeledek mulu, daripada ngeledek Hara mendingan kakak temenin Hara buat ke gramedia. Ada novel baru yang harus Hara beli. "

"Yaudah ayo" jawab Diyon kemudian.

*****

Gehan baru saja tiba di kost nya. Perjalanan dari kampus menuju ke kost  lumayan jauh sehingga membuatnya terlihat begitu lelah. Sebenarnya rumahnya sangat dekat dengan kampus tapi Gehan memilih untuk tinggal di kost karena perceraian kedua orang tuanya. Gehan masih belum bisa menerima jika saat ini kedua orang tuanya sudah mempunyai keluarga baru lagi.

Gehan melemparkan tasnya sembarang arah dan merebahkan dirinya di kasur. Dia juga mengambil ponselnya di kantong celananya dan membuka aplikasi chatting untik mengirimkan pesan pada kekasihnya.

Gehan
Sayang, aku udah pulang. Aku kangen banget sama kamu. Bisa video call gak?"

Gehan memejamkan matanya sambil menunggu balasan dari Vilya. Hari ini dia begitu melelahkan, mengurus skripsi dan mengejar ngejar dosen pembimbing yang sangat sulit ditemuinya. Padahal Gehan ingin cepat menyelesaikan skripsinya.

Notif di ponselnya membuat Gehan kembali membuka mata dan memeriksanya.


Boo 👻
Aku masih ngumpul Ge, gak enak kalau harus video call. Chat aja dulu gpp ya?

Gehan menghela nafasnya, selalu saja seperti ini. Setiap kali Vilya berkumpul dengan teman temannya dia pasti akan selalu menolak Video call an.

Gehan
Yaudah deh kalau gitu lanjutin aja. Sorry kalau aku ganggu kesenangan kamu

Setelah membalas pesan terakhir itu Gehan mematikan ponselnya dan membaringkan tubuhnya di kasur.

"Aku ingin terbang ke angkasa, di mana aku bisa melihat dunia dengan sekali kedipan. Melihat bagaimana hukum alam bekerja dan hukum dunia yang tetap diabadikan."

Gehan tersenyum tipis, matanya memandang ke langit langit kamarnya. Dia sangat merindukan keluarganya. Keluarga yang dulu masih sangat menyanyanginya.

Flashback

"Gehan kalau udah gede mau jadi apa?"

Pertanyaan dari sang ayah membuat anak kecil berusia tujuh tahun itu berpikir keras. Sampai akhirnya satu kata terlintas dalam pikirannya.

"Gehan mau jadi penegak hukum, Papa. Gehan akan menghukum siapa pun yang bersalah. Gehan juga berjanji akan selalu membela kebenaran dan memperjuangkan orang orang yang tidak bersalah di dunia hukum"

"Jadi Gehan mau jadi polisi? "

"Enggak"

Pria paruh baya tersebut mengernyitkan keningnya ketika mendapat gelengan dari putranya.

"Polisi kan juga menghukum orang yang bersalah nak?"

"Gehan ingin menjadi seperti di film film itu pa, peng.. a... cala..."

Kendrick, Ayah dari Gehan tertawa mendengar jawaban Gehan. "Bukan pengacala Nak, tapi pengacara. Tugas pengacara itu tidak mudah. Pengacara harus mendampingi kliennya dan memperjuangkan hak hak nya. Selain itu pengacara juga menjadi penasehat hukum bagi seseorang. Gehan mengerti tidak?"  tanya Kendrick sambil menatap Gehan kecil yang saat ini duduk di sampingnya.

"Gehan masih kecil jadi Gehan masih belum mengerti," Jawab Gehan dengan menggelengkan kepalanya dan tersenyum memamerkan gigi putihnya.

Kendrick mengelus rambut Gehan dan menciumnya dengan penuh kasih sayang.

"Tidak apa apa, suatu saat papa akan menyekolahkan Gehan supaya Gehan bisa menjadi apa yang Gehan mau. Gehan harus berjanji sama papa? Gehan harus mengejar impian Gehan dengan baik. Janji?"

Kendrick menyodorkan jari kelingkingnya pada Gehan kecil.

"Gehan janji, Gehan akan membuat papa bangga nanti"

Kendrick tersenyum

Flashback off

Catatan Gehan 21 Oktober 2022

Jangan pernah menoleh ke belakang selama kamu belum siap untuk menerima semuanya. Menoleh ke belakang hanya akan membuat kita mengingat masa masa kelam itu. Aku tau terkadang kita perlu menoleh ke belakang untuk mengingat suatu momen. Aku tidak suka menoleh ke belakang tapi aku suka ketika ada kamu di belakangku. Aku hanya akan menoleh ke belakang jika kamu ada.

Albera Gehan Aksa wijaya


Hukum SastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang