Pagi pagi sekali Diyon pergi ke rumah sakit untuk menjemput Hara. Sebelumnya dia sudah menghubungi adiknya tersebut agar menunggunya di depan rumah sakit. Diyon juga sudah mengabari teman teman yang lainnya perihal kecelakaan Gehan. Reaksi mereka tentu saja terkejut. Apalagi mereka baru mengetahui pagi ini. Jevin, Digo, Kai, dan Tian mereka semua berniat menjenguk dalam siang hari. Karena paginya mereka harus ke kampus untuk urusan bersama dosen pembimbing mereka.
Diyon sudah tiba di parkiran rumah sakit, ia mengambil ponselnya dan segera mengabari Hara. Setelah selesai ia kembali mengantongi ponselnya di saku celananya.
Tak lama kemudian, Hara muncul dengan wajah kucelnya. Terlihat sekali dia masih mengantuk. Bagaimana tidak? Diyon menjemputnya tidak tanggung tanggung sekali. Ini masih jam empat subuh tapi Diyon sudah menjemputnya. Harusnya tidak masalah jika Diyon menjemput jam tujuh pagi karena kuliahnya masuk jam 8. Kalau tau begini Hara jadi menyesal mengatakan minta jemput pagi sekali. Sepertinya dia salah menggunakan bahasa. Entah dia yang salah atau Diyon yang kurang menangkap kalimatnya.
"Bawa mobil kak?" tanya Hara secara tiba tiba saat sudah tiba di samping mobil Diyon.
Diyon menoleh dan turun dari mobil. Tanpa berkata apapun dia berputar mengelilingi mobilnya dan membukakan pintu mobil untuk Hara.
"Ayo masuk, Kakak sengaja bawa mobil biar kamu bisa tidur. Kakak tau kamu masih ngantuk."
Hara tersenyum tipis, seharusnya ia bersyukur mempunyai seorang kakak seperti Diyon. Bukannya mengeluh karena dijemput kepagian. Adanya Diyon disini membuktikan bahwa dirinya bertanggung jawab sebagai seorang kakak. Hara tersenyum tipis, dia segera mendekat menghampiri Diyon dan memeluknya dengan erat.
"Kenapa?" tanya Diyon.
"Makasih udah selalu mengerti Hara, maaf kalau selama ini Hara banyak berpikir kakak nyebelin." jawab Hara dengan suaranya yang sedikit serak.
Diyon tersenyum dan mengangguk. Ia membalas pelukan Hara sambil mencium keningnya. "Sudah kakak bilang, bukan kakak yang nyebelin tapi kamu." jawabnya sambil terkekeh.
Hara langsung melepas pelukannya dan menatap Diyon dengan kesal. "Baru aja dipuji langsung kumat lagi nyebelinnya."
"Udah jangan dilanjut, yang ada kita makin gak jelas disini. Ayo masuk Dek."
Hara mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil. Setelah memastikan Hara duduk dengan nyaman, Diyon kembali menutup pintu mobilnya dan kembali ke posisinya. Diyon menjalankan mobilnya meninggalkan rumah sakit.
*****
Gehan terus menatap langit langit ruangannya, ia tidak tau harus melakukan apa sebab tidak ada yang menemaninya di rumah sakit. Dalam kondisi seperti ini harusnya ia ditemani oleh keluarganya. Gehan sadar, sekuat apapun dia menolak kembali bersama orang tuanya ada sisi lain di hatinya yang menginginkan sebaliknya.
Gehan menghela nafasnya dan menoleh ke samping. Dia menemukan secarik kertas yang sudah dilipat dengan rapi. Gehan mengernyitkan keningnya penasaran dengan kertas tersebut. Lalu ia mengambilnya dan membuka lipatan kertas tersebut.
Hai Kak Gehan
Andai kakak sudah sadar kakak baca surat ini ya.
Surat ini aku tulis sebelum aku pulang tadi.
Maaf kalau tulisannya berantakan soalnya aku masih setengah sadar nulisnya heheGehan tersenyum tipis ketika membaca surat itu. Lalu ia kembali membacanya.
Aku sebenarnya cukup kaget ketika melihat kakak semalam. Kondisi kakak yang berlumuran darah seperti itu adalah hal yang paling tidak kuInginkan. Aku harap kakak cepat sembuh ya.
Gehan menggelengkan kepalanya. Dalam pikirannya dia membayangkan ekspresi Hara ketika menulis surat itu. Dia membayangkan wajah Hara yang polos dengan pipi gembulnya sedang menulis surat. Membayangkannya saja sudah membuat Gehan gemas. Gehan sadar, Hara semakin hari terlihat menarik di matanya. Sikap, sifat dan ekspresinya yang membuat Gehan menyukainya. Dia merasa Hara berbeda dengan gadis lainnya.
Gehan kembali menaruh surat itu di meja sampingnya. Kondisinya saat ini belum cukup baik untuk melakukan pergerakan. Gehan terluka cukup parah di bagian kepala dan punggungnya karena kecelakaan itu.
Matanya memandang ke langit langit ruangannya. Dia masih tidak menyangka bahwa dirinya harus berakhir di rumah sakit. Jika Gehan bisa, ingin rasanya dia menyalahkan Kendrick yang datang tiba tiba dan membuatnya emosi.
"Akan ada saatnya gue bakal maafin mereka. Untuk saat ini gue masih belum bisa," batin Gehan.
Gehan menoleh ke kanan untuk mencari ponselnya. Ia bersyukur ketika melihat ponselnya tersimpan rapi di nakas samping kanannya. Dengan sedikit kesusahan Gehan mengambil ponselnya. Dia mengotak atiknya sebentar lalu kembali menaruh ponselnya.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hukum Sastra
General FictionSahara Ayunia Alifta, seorang gadis yang sangat tergila gila dengan dunia sastra. Baginya sastra adalah bagian dari hidupnya. Berawal dari membaca sebuah novel di Wattpad, Hara jadi tertarik untuk mempelajari semua hal yang berkaitan dengan sastra...