Albera Gehan Aksa Wijaya
Semua orang pasti pernah merasakan sebuah rasa. Baik itu rasa cinta, rasa benci, rasa sakit atau bahkan rasa ingin memiliki. Tapi tidak semua orang berhasil mengendalikan perasaannya sendiri.Hara
Jangan sampai bocor ya rahasiaku. Ini rahasia yang aku simpan selama berhari hari. Pokoknya kamu harus tutup mulut dan jangan bocor.Gehan hanya menggelengkan kepalanya. Pantas saja Diyon benar benar sayang pada Hara, rupanya gadis itu memiliki sebuah keunikan yang dirinya baru saja mengetahuinya. Hara sangat ceplas ceplos. Tanpa membiarkan Hara menunggu lebih lama, Gehan segera mengetikkan balasannya.
Gehan
Iya bawell.Satu menit
Dua menit
Lima menit
Hingga sepuluh menit Gehan menunggu pesan dari Hara yang belum muncul juga di ponselnya. Gehan bahkan sampai tertidur karena asik menunggu pesan itu.Tring
Hara
Maaf ya tadi aku lagi beli pampers buat kucingku, makanya aku lama bales. Oh iya aku juga gak jadi cerita, tadi udah curhat sama pisyi. Udah lega hehe.Gehan benar benar pulas tidurnya. Dia seperti tak pernah tidur berhari hari. Cowok berkumis tipis itu tertidur dengan ponsel di atas dadanya. Seandainya orang orang tahu Gehan yang mereka kenal tidak sekuat yang mereka lihat. Gehan selalu merindukan keluarganya, tapi Gehan masih membenci kedua orang tuanya. Bukan tanpa alasan Gehan membenci keduanya. Gehan bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang mereka lagi sejak memiki keluarga baru. Itulah sebabnya Gehan sering melamun saat sendirian
Gehan mengerjapkan matanya saat adzan magrib sudah mulai berkumandang. Sedikit demi sedikit Gehan mulai membuka matanya meskipun wajahnya sangat mengantuk. Dengan mata yang masih setengah terpejam Gehan membuka pesan terbaru dari Hara.
Gehan berdecak kesal setelah mengetahui isinya. "Bisa bisanya gue ketiduran karena nungguin balesin si bocil." ucap Gehan pada dirinya sendiri. Ia melemparkan ponselnya ke sampingnya dan beranjak bangun turun dari kasur untuk mandi. Gehan tidak mau melewatkan shalat magrib.
Gehan membuka kaosnya di kamar mandi sehingga hanya menyisakan boxer yang sengaja tidak ia lepas. Dia mulai menyalakan shower dan membersihkan dirinya dengan itu. Gehan memejamkan matanya sambil menggosok rambutnya dengan sampo. Tangannya bergerak secara teratur.
"Gehan, cepat mandi. Udah pagi sayang, kamu harus sekolah."
"Ayo, Gehan mandi sama Papa dulu ya. Mama lagi istirahat jadi sekarang papa yang akan mandiin Gehan."
"Gehan, kalau mandi jangan main air. Cepat pakai handuknya kalau udah selesai. Mama udah nyiapin bajunya di kasur ya".
"Gehan..."
"Gehan... "
"Gehan... "
Saat usia Gehan sudah memasuki umur tujuh tahun. Tidak ada lagi kata kata lembut yang Gehan dengar. Gehan sudah menyadarinya itu.
"GEHAN, CEPAT KESINI KAMU!!!"
"DASAR ANAK TIDAK BERGUNA. APA BEGINI CARA KAMU MEMBALAS ORANG TUA KAMU. NILAI KAMU DI SEKOLAH BENAR BENAR HANCUR. KAMU BIKIN MALU MAMA SAMA PAPA!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hukum Sastra
Fiksi UmumSahara Ayunia Alifta, seorang gadis yang sangat tergila gila dengan dunia sastra. Baginya sastra adalah bagian dari hidupnya. Berawal dari membaca sebuah novel di Wattpad, Hara jadi tertarik untuk mempelajari semua hal yang berkaitan dengan sastra...