***
Demas tidak bisa berbuat banyak, pemuda itu menyalahkan semuanya kepada Radit. Karena semua ucapan Radit Demas tidak bisa lagi menghadapi Naira yang sudah mantap untuk tidak ikut Demas pindah.
Meski berulang kali Demas meyakinkan Naira jika niatnya pindah dari rumah ini bukan karena gadis itu akan tetapi Naira tetap pada pendiriannya.
Demas dengan berat hati menghargai keputusan gadis yang dihantui rasa bersalah itu.Dan setelah beradu argumen untuk menemukan jalan terbaik, akhirnya Demas mengalah untuk tidak jadi pergi dari rumah ini, hanya Naira yang akan pergi.
Jika Naira tetap pada pendiriannya, maka Demas juga tidak mau kalah untuk memenangkan argumennya.Dan disinilah mereka berdua. Di depan rumah sederhana dengan halaman luas yang berada di ujung pemukiman padat penduduk ibukota.
Naira yang menatap Demas penuh tanya, dihiraukannya oleh pemuda yang sedang menahan emosional sejak keberangkatan mereka ke tempat ini.
"Demas, ini rumah siapa? Rumah orang tua Lo ya?"
tanya Naira penasaran.Naira yang tidak tahan di diamkan akhirnya merasa kesal
" gue pulang aja deh Dem...."
Belum selesai Naira berkalimat lengan gadis itu dicekal lembut oleh Demas ketika ekor mata pemuda itu menangkap gestur gelisah Naira yang henda beranjak dari tempatnya sambil membawa tas ransel miliknya.
"Demas? Gue gak mau kalau di rumah orang tua Lo, gue takut mereka salah paham sama kita!" suara Naira meninggi.
"Terus kalau mau pulang, Lo mau pulang kemana? Ke rumah orang tua Lo? Udah yakin? Kalau udah biar gue anter sekarang."
Demas yang kali ini beranjak, melangkah berlawanan arah kembali ke kendaraannya berada, mengajak gadis itu pergi.
Naira terdiam, semua ucapan Demas tak bisa Naira bantah yang justru membuat hati gadis itu semakin gelisah, belum lagi suara rendah dengan nada dingin disetiap kata yang keluar dari mulut pemuda itu.
Ragu-ragu Naira menggelengkan kepalanya tidak yakin.Demas yang merasa tak ada pergerakan dari gadis itu berhenti dan berbalik melihat Naira dengan tatapan kosong penuh ketakutan. Entah apa yang gadis itu alami di rumah tapi begitu jelas Demas lihat bahwa Naira ragu-ragu untuk kembali ke rumahnya
"Tenang aja Nai Ini bukan rumah siapa-siapa ko, percaya sama gue ini rumahnya orang baik, jangan khawatir. Lo bakal aman sama dia"
Demas membuka gerbang melalui celah lubang agar bisa menarik pengait dari dalam gerbang yang rupanya tidak dikunci itu. Seolah hafal bagaimana keadaan rumah itu.
Setelah gerbang terbuka, gesture tubuh Demas memberi isyarat untuk Naira masuk terlebih dahulu. Dan Naira yang gelisah, ragu-ragu melangkah Naira mengeratkan pelukannya ke tas ransel yang sejak tadi di bawanya.
"Demas, gue takut ini rumah siapa si?"
"Psttt, sini Nai deket gue"
perintah Demas yang tanpa gadis itu sadari tubuhnya menurut untuk berada di dekat Demas lebih tepatnya di belakang Demas.Demas tiga kali memencet bel, setelah menunggu beberapa saat adanya respon dari sang pemilik rumah. Sambil menunggu sang empunya rumah Demas yang menoleh ke arah Naira, dilihatnya mata gadis itu sedang menatap sekeliling rumah penuh kegelisahan.
Ekspresi yang jarang dilihatnya itu membuat sudut bibir Demas sedikit tertarik keatas. Emosionalnya perlahan memudar. Mungkin ini pilihan yang tepat juga untuk mereka berdua. Demas yang berusaha memahami situasi, sedang mengira -ngira soal Naira yang pastinya merasa tidak nyaman jika terus-menerus tinggal bersama Demas yang statusnya bukan siapa-siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nice To Meet You (END)
Ficção AdolescenteKetua BEM yang kembali dipertemukan dengan mantan crush dengan segala permasalahannya. Naira Adelaine, gadis cantik yang harus mengalami nasib malang. Begitu juga dengan keluarga, tak ada dukungan ataupun belaskasih, Naira harus menerima kenyataan...