24. Membangun Benteng

117 11 3
                                    

Kepala Demas yang berat membuat pemuda itu terasa sulit untuk mengangkat dan membuka matanya, saat pendengaran Demas mulai menangkap suara-suara yang sudah dihafalnya itu. Belum lagi dirinya yang sedang perang dingin dengan Radit soal peristiwa kemarin, membuat Demas begitu malas untuk terjaga.

Tidak tahan, rupanya itulah yang dirasakan Demas ketik matanya semakin perih dan suhu badan yang dirasakannya semakin tinggi belum lagi rasa menggigil Demas yang semakin parah. Demas jadi takut jika ini adalah hukuman Tuhan karena telah melanggar kata-kata Shalimar kemarin yang sudah memperingatkannya untuk bertahan menunggu hujan reda. Demas mendapatkan Azab instan.
Tapi kemarin emosi Demas tidak begitu baik, hati pemuda itu kembali terluka ketika harus menerima kekalahan lagi dan lagi.

"Jadi, Niko masih pemenangnya Nai. Bahkan dia yang sudah ngehancurin lo sebegitunya masih lo sisain tempat. lo mengartikan gue apa Nai? Badut, kalau aja gue bisa mencintai yang lain gue gak bakalan melakukan sesuatu sampai sejauh ini. Lo sadar gak si gue masih cinta sama Lo Naira Adelaine."

Dideru derasnya hujan saat perjalanan menuju rumah kontrakan, Demas terus berbicara dalam gumamanya sendiri. Rasa gemas sekaligus geregetan yang memuncak membuat pemuda itu membelokan kendaraan roda duanya untuk memasuki kawasan taman yang sepi. Sengaja membiarkan wajah dan tubuhnya basah Demas melangkah  gusar kearah danau disana Demas melepas helm juga membantingnya. Hatinya yang bergemuruh membuat pemuda itu tidak bisa lagi untuk menahan teriakannya.

"GUE BENCI SAMA LO NAI!!!."

"DASAR BRENGSEK...ARGHH."

Kenyataan pahitnya adalah Demas telah melupakan satu hal penting. Pemuda itu hanya fokus dengan respon Naira atas semua sikap, perilaku dan segalanya yang telah Demas beri, tetapi melupakan bagaimana perasaan Naira. Demas tertawa sumbang, tawanya terdengar begitu keras dan terbahak-bahak namun juga terdengar begitu menyesakkan dada. Benar kata Shalimar, jelas saja Naira menyikapi Demas dengan begitu karena hanya Demas satu-satunya yang menawarkan perlindungan ketika gadis itu ditinggalkan oleh semua orang.

"SIALAN, GOBLOK LO DEMAS."

Begitulah otak, hati dan pikiran Demas yang sedang tidak sejalan, mengartikan pesan Shalimar dengan salah.

Demas menyerah, akhirnya dia sengaja terbangun. Dengan mata merah dan wajah khas bangun tidur pandanganya menyapu seluruh ruangan yang sudah sesak dengan beberapa manusia tercampur barang-barang keperluan Festival besok.

"Demas, jadi rapat gak hari ini?"

"Astaga" kaget Demas ketika ada suara yang begitu dekat dengannya.

melihat kearah bawah dekat meja tempatnya bertumpu disana sudah terdapat Dara yang sedang sibuk dengan laptopnya. Belum dijawab pertanyaan dari Dara, Demas sudah dicecar oleh anggota yang lain.

Jalannya rapat siang ini membahas persiapan Festival yang akan berlangsung selama empat hari. Demas yang biasanya akan banyak berkomentar dan menilai di rapat kali ini lebih banyak diam dan menjadi pendengar. Radit yang sudah mulai terbiasa memimpin membuat Demas merasa takjub, perubahan yang sangat signifikan pada sahabatnya itu membuat Demas sangat bangga. Tapi kali ini dia tidak bisa menunjukkannya, pemuda itu seolah sedang menghindari berbicara dengan Demas.

Demas tidak menyangka kalau Radit akan semarah ini dengannya soal kemarin. Radit pasti sudah dikecewakan oleh sikap Demas kemarin belum lagi setelah merepotkan Radit untuk datang Demas mengusirnya dengan kasar.

"Gimana pak ketua, tanggapannya atau mau nambahin? ucap Radit, menoleh.

Demas terperanjat, lamunannya buyar semua yang ada disana menunggu jawaban yang akan keluar dari mulutnya.

Demas menghela nafas, lalu mengangguk setuju, "Iya setuju aja gue, persiapan udah 90% tinggal kita maksimalin lagi, tambahannya kalian semua jaga kesehatan kita udah sejauh ini jangan sampe besok hari-H ada yang sakit dan ini juga hari penting kita wajah kampus ada di tangan kita sebagai panitian pelaksana jadi jangan ceroboh dan selalu jaga baik diri masing-masing dan nama kampus, udah itu aja."

Nice To Meet You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang