2. Jika Ada Pilihan Lain

586 96 59
                                    

***

Memasuki gang kompleks perumahan padat penduduk, Naira dan Demas masih saling diam. Memang Demas sengaja, dia ingin membuat Naira merasa aman terlebih dahulu. Seribu pertanyaan dikepala Demas itu urusan nanti, masih bisa dia tahan.

Demas menghentikan deru motornya tepat didepan rumah kecil nan sederhana yang saling menyambung dengan bangunan sebelahnya. Pemuda itu turun dari motor untuk membuka gerbang, yang diikuti Naira.

"Nai ... ayo" ajak Demas, sambil menuntun motornya masuk kedalam teras.

Naira yang memeluk ranselnya dengan ragu mengikuti langkah Demas. Mata Naira beberapa kali menatap awas lingkungan sekitar yang sudah terlihat sepi di penghujung dinihari.

"Yuk masuk"
Demas mempersilakan Naira masuk. Membuka pintu rumah tersebut.

"Ini kontrakan gue Nay... Sorry ya berantakan"

jawab Demas ketika Naira bertanya dalam tatapan.

"Kalo gak nyaman sama tempat kaya gini apa mau ke hotel atau ke ...?"

"Sorry...eh maksud gue Lo sendirian gitu gue anterin"

ucap Demas salah tingkah. Karena kalimatnya yang ambigu, takut Naira salah mengira

Pemuda itu tiba-tiba saja merasa canggung, memalingkan wajah Demas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Naira masih diam membuat Demas semakin salah tingkah sebab sejauh ini hanya ia saja yang baru bersuara.

"Demas makasih"

Demas tertegun, sebentar dia merasakan atmosfer dinginnya angin malam yang masuk kedalam rumahnya.

"Iya sama-sama Nai, jadi ke hotel?"jawab Demas bingung, tidak paham maksud Naira.

Naira menggeleng kepala, "kamu gak repot kalo aku disini?" ucap gadis itu pasrah.

"Engga, engga sama sekali, lagian disini gue sendirian jadi enak"

Demas hampir membelalakkan matanya bulat sempurna ketika menyadari kalimatnya yang lagi lagi rancu. Seperti tadi, buru-buru dia meralatnya takut kalau Naira salah menangkap kalimat itu, bisa tambah hancur reputasinya didepan Naira.

"Eh engga, ehmm maksudnya enak Lo gak perlu takut dan sungkan sama siapa-siapa gitu dan gak perlu keluar uang ini udah malem juga kan hehe"
kekeh Demas garing, ketar-ketir menunggu jawaban Naira.

Demas beruntung, Naira justru ikut tertawa melihat tingkahnya yang aneh saat kelabakan dengan ucapannya sendiri.

Demas pun kaget, ketika melihat mata sembab Naira berubah nyaris segaris, serta deretan gigi putih yang sedikit terlihat akibat tarikan dari dua sudut bibir itu. Gadis itu menertawainya? Bukannya harus berfikiran buruk tentangnya, bukannya harus menambah daftar pandangan negatif kepadanya?. Bertambah lagi pertanyaan dikepala Demas yang mungkin sudah beranak-pinak menjadi jutaan.

Demas juga kembali tertawa garing, membalas tawa gadis itu untuk meminimalisir adanya kecanggungan.

"Lo tidur dikamar gue aja Nai,.."

"Kamu tidur dimana?"
ucap Naira, memotong kalimat Demas.

"Gampang"

Naira menghentikan langkahnya, merasa tidak enak jika harus membuat Demas tidak nyaman ditempatnya sendiri. Demas yang menyadari hal itu langsung balik badan dan berusaha membuat Naira yakin.

"Gak papa Nai, kamar gue juga jarang dipake jarang tidur disini soalnya" ucap Demas

"Tuh liat paling rapi sendirikan daripada ruangan lain." Naira membenarkan ucapan Demas ketika pemuda itu masuk dan menunjukkan keadaan ruangan yang sejak tadi berada dibalik pintu.

Nice To Meet You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang