32. Suasana Canggung

93 8 2
                                    

"Hallo Dewa...apa kabar?"

Demas kecil yang tidak mengenali wanita sok akrab di depannya mundur beberapa langkah dan berusaha bersembunyi dibelakang pria yang Ia panggil papa itu.

Di rumah sederhana namun bersih dan luas yang sampai sekarang masih menjadi tempat tinggal Shalimar kini Demas berada. Tempat asing yang membuatnya tidak betah dan ingin kembali pulang kepelukan Diana sang mama.

"Dewa kenalin saya Shalimar, mulai hari ini Dewa bisa panggil Ibun Shal ya?"

Demas tidak menjawab dia semakin menciut dan mundur dibelakang ayahnya. Shalimar yang menyaksikan itu tersenyum getir tangannya yang terulur untuk menjabat tangan Demas kecil terabaikan begitu saja.

Argadana, pria yang Demas panggil papa itu berpindah posisi, memisahkan diri dari Demas kecil agar Shalimar bisa melihatnya dengan jelas bocah yang selama ini ingin dia milik.

"Demas, dia juga ibumu ayo sapa dengan sopan."

"Tapi pa aku Demas bukan Dewa, kenapa Tante ini terus memanggilku Dewa."

Sontak kalimat protes Demas kecil membuat Shalimar dan Argadana terkekeh geli secara bersamaan. Dan Shalimar langsung menunduk mensejajarkan diri dengan bocah kecil itu.

"Nama lengkap Demas siapa?"

Dengan wajah penuh cemberut yang menunjukkan sikap ketidaksukaan, Demas menjawab dengan terbata.

"Demas Dewanggana."

Lantas Shalimar yang mendengar suara Demas kecil langsung tersenyum manis penuh sayang dan mengelus kedua pundak bocah itu.

"Boleh gak kalau Ibun Shal panggil Demas, Dewa aja?"

"Kenapa?"

"Enggak kenapa-kenapa itu hanya panggilan sayang Ibun Shal aja untuk Demas, boleh sayang?"

Sebelum menanggapi pertanyaan Shalimar, Demas kecil menatap kearah Argadana yang berdiri disamping Shalimar. Dan pria itu mengangguk seolah memberi jawaban dari pertanyaan yang Demas lontarkan melalui pandangan matanya.

Dan setelah mendapat jawabannya Demas kecil mengangguk patuh, hanya dengan gerakan sederhana itu membuat air mata Shalimar langsung menetes dan refleks dipeluknya tubuh Demas kecil dengan erat.

Tidak menyia-nyiakan kesempatan Shalimar langsung mengajak Demas kecil untuk masuk ke dalam rumahnya yang rapih dan bersih itu. Dan membawa bocah kecil itu ke ruang makan dimana Shalimar sudah menyiapkan berbagai hidangan kesukaan Demas kecil yang Shalimar dapati dari Argadana.

"Dewa sayang, sekarang kita makan siang dulu ya, sini nak duduk disini."

Shalimar dengan semangat dan penuh antusias menggiring Demas kecil untuk duduk di salah satu kursi makan tidak lupa juga menarik kursi ujung untuk Argadana juga.

Demas yang masih belum mengerti semuanya hanya duduk diam memperhatikan papanya yang selalu tersenyum penuh kehangatan setiap kali berbicara dengan Shalimar. Sangat berbeda ketika berbicara dengan mamanya.

Di usianya yang sudah menginjak dua belas tahun untuk anak seumuran Demas sudah mulai mengerti dengan keadaan keluarganya. Tapi apa daya Demas kecil yang tak bisa menanyakan semuanya dan memilih memendamnya sendiri.

Acara makan siang sederhana penuh kecanggungan bagi Demas kecil telah usai. Dan kini dirinya kembali dipeluk sayang oleh wanita yang diminta untuk Ia panggil Ibun.

"Dewa sayang jangan bosan ya main ke rumah Ibun, rumah ini juga rumah Dewa juga."

Dewa hanya mengangguk kaku sebelum dirinya pergi bersama Argadana menggunakan kendaraan roda duanya. Dan lagi gesture yang ditunjukkan dua insan dewasa itu memunculkan seribu pertanyaan di kepa Demas kecil.

Nice To Meet You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang