Bagian Dua; Parade

517 68 16
                                    

Warn! Typo
Enjoy^^

•••

Zoro; si pendekar pedang mugiwara itu kali ini menggunakan kimono putih dengan jubah hijau. Di pinggangnya dengan setia membawakan tiga katana khasnya, Zoro menyamar sebagai samurai Negeri Wano.

Matanya meliar mencari penjual sake, kerumunan didepan jalan menarik minat si pendekar pedang itu. Suara para warga di sekitarnya menarik untuk di dengar.

"Sanatsu-sama!!"

Beberapa teriakan menyambut gerombolan oiran yang sedang berjalan, Zoro hanya menatap aneh pada mereka. Beberapa pengawal meminta warga tenang dan mundur untuk tidak membuat keributan.

Para warga wano sangat menyanjung dan menghormati sanatsu, kepribadiannya yang hangat dan lembut membuat semua orang jatuh cinta.

Sanatsu, adalah nama oiran dari Sanji. Hari ini dia memakai kimono putih dengan corak bunga memenuhi seluruh kimononya, hiasan di atas surai pirangnya berayun pelan mengikuti irama langkahnya.

Tama dan Toko berjalan di depannya, di belakang berdiri beberapa pria membawa payung kertas. Senyum manis senan tiasa terlukis di bibir berpoles lipstik pink itu.

"Dia Oiran nomor satu di sini, sebelum festival api biasanya para Shogun akan mengadakan penjamuan besar dan mengundang oiran"

Nami berdiri di sampinya, sedikit terperanjat kaget saat suaranya tiba tiba terdengar. Zoro hanya diam memperhatikan si surai pirang itu, wajahnya seperti bercahaya di tengah pancaran bulan malam. Guguran kelopak bunga sakura seakan menambahkan kesan dramatis dengan alami pada dirinya.

Mata biru dengan surai pirang sangat cocok untuknya.

Cantik dan indah, kata itu tiba tiba terdengar dihatinya.

"Meskipun dia lelaki tapi ku akui memang sangat cantik dengan kulit mulus dan rambut pirangnya itu" Kalimat dari nami membawa kesadaran Zoro.

Tepukan di bahunya mengalihkan pandangannya "aku dan ussop akan pergi bersama, kalo begitu sampai nanti Zoro dan ingat jangan buat keributan" Nami mengusap bahunya dengan kasar senyum manis di bibirnya tidak cocok dengan mata tajam mengancamnya itu. Mereka melambaikan tangan padanya pergi menjauh dari pandangannya.

Zoro melirik sekali lagi pada rombongan oiran itu, mata biru dan kelabu beradu tatap. Zoro tertegun melihat yang lain memberikan senyum padanya. Pandangannya terputus saat seseorang didepannya menghalangi jalur pandangannya, berdecak sebentar sebelum memutuskan pergi mencari penjual sake yang menjadi tujuan utamanya.

•••

Kawasan kastil Shogun mulai terlihat, para petinggi dan pemimpin besar datang memenuhi penjamuan tersebut. Suara pintu shoji dibuka mengalihkan atensi para pentinggi itu pada Sanji yang berjalan masuk dengan anggun.

Sanatsu atau Sanji berjalan perlahan menuju sang Shogun tertinggi. Dengan anggunnya meminta ijin untuk duduk di samping sang Shogun.

"Maafkan kelancangan saya Shogun-sama" Lengan kekar itu hanya menarik tangannya untuk duduk disamping sang Shogun. Sanji tersenyum manis dan duduk dengan anggun mendengarkan percakapan mereka.

"Indah dan cantik, semuanya sangat cocok untuk mu" Crocodile sang Shogun menarik dagu Sanji memintanya untuk memulai. Mata biru itu bertemu dengan hitamnya.

"Surai pirangmu selalu bersinar indah" Lengannya memainkan hiasan bunga di rambutnya, tangannya merambat menuju dagu membawa bibir mereka saling bertemu.

"Shogun-sama anda terlalu berlebihan" Sanji memberikan senyum menawan, pipinya bersemu lucu saat mendengar semua pujian yang diberikan sang Shogun.

"Semua kata dan kalimat indah di dunia ini tidak cukup untuk mendeskripsikan betapa cantiknya dirimu"

Sanji hanya tersenyum dan memperdalam pangutan mereka.

•••

Tangannya menyalakan lampu minyak di atas meja rias, dengan lihai menghapus semua riasan yang terlukis di atas wajah manis itu. Melepaskan semua hiasan di atas rambutnya dan mengganti baju dengan kimono tidur.

Matanya menyiratkan amarah saat melihat tanda merah di leher, kabut asap penuh amarah dan sedih terpancar di mata biru itu. Dengan kasar mencoba menghapus tanda yang diciptakan Crocodile.

Isakan pilu terdengar samar memenuhi ruangan dengan nuansa tradisional khas Negeri Wano. Angin malam tertiup dari jendela kecil yang terbuka di samping tempat tidurnya, membawa mata biru itu pada haluan tentang Dunia luar jauh dari segala tentang oiran dan Negeri wano.

Tangannya membawa buku bersampul biru dan gambar laut, buku yang dia dapat dari momonosuke, kakak hiyori. Buku yang membawa mimpinya pada kebebasan dari jeratan takdir menjadi oiran.

Besar di distrik tempat oiran tinggal membuatnya dituntut untuk menjadi oiran yang sempurna, tidak ada pilih selain mengikuti apa yang di pinta oleh keluarganya. Sebelum lahir pun dirinya telah dijodohkan menjadi simpanan Tuan Crocodile, Sanji hanya harus mengikuti alur takdir yang telah dibuat untuknya.

Suara langkah terdengar di lorong menuju kamarnya, tangannya buru buru menghapus jejak air mata di pipi. Tersenyum kalau netranya menangkap figur hiyori. "Ah Sanji, tidak ingin bergabung diluar?" Kepala hiyori muncul di antara pintu Shoji yang tebuka sedikit.

Wanita manis itu satu satunya teman yang sangat dekat dengannya. Mereka dari kecil tumbuh bersama di distrik oiran, dengan figur momonosuke sebagai kaka laki laki yang mengajarkan mereka tentang pengetahuan Dunia luar Wano.

"Baik tunggu di sana hiyori, membereskan ini dulu" Suara oke persetujuan keluar dari wanita bersurai biru panjang itu.

Mereka berkumpul menghabiskan waktu malam dengan mengobrol, lady penjaga membagikan kabar bahwa mereka memiliki waktu bebas seminggu sebelum festival api dimulai.

Seruan senang terdengar dari mereka, perasaan senang membuncah dari hati Sanji saat dirinya bebas dari dekapan sang Shogun walaupun hanya beberapa hari.

-tbc-

Aku bingung siapa yang jadi pasangan oiran nya Sanji jadi ku bikin crocodile aja haha.
/meminta maaf

Our Oiran [zosan] [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang