Part 8

1.1K 103 40
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Sementara di lain tempat, Jihyo berjalan di dalam gedung apartemennya. Langkahnya terhenti sejenak saat melihat Rose sedang berada di depan pintu apartemennya bersama dengan Jaehyun. Saat itulah, air mata Jihyo mengalir menuruni pipinya.

Dia mempercepat langkahnya, dan berhamburan memeluk Rose. "Hiks... Rose..." Isaknya.

"Jihyo? Kenapa menangis?" tanya Rose sambil membalas pelukan Jihyo dan mengusap punggungnya.

"Kakek Jeon. Dia sakit parah. Hiks..."

"Hah? Kenapa bisa?"

"Aku tidak tahu, dia sakit jantung saat 3 bulan yang lalu."

"Ah, seperti itu rupanya. yasudah, kita bicarakan di dalam." Ujar Rose santai, dan masuk ke dalam sambil masih memeluk Jihyo, tidak mengacuhkan Jaehyun seolah Jaehyun tadinya tidak berada di sana.

Rose mendudukkan Jihyo di atas kasur dan Rose duduk di sampingnya. "Coba ceritakan perlahan. Kakek Jeon sakit apa?"

Jihyo sudah sesegukan di tempatnya. Ia menatap kesal pada Rose. "Kau tidak mendengarkan? Dia sakit jantung, Rose. Aku harus bagaimana?" tanyanya sambil kembali terisak. "Aku tidak mau kehilangan lagi, Rose. Tidak sekarang. Tidak kakek Jeon."

Rose kembali memeluk tubuh Jihyo yang bergetar. Dia mengusap pelan punggung Jihyo. "Tenangkan dirimu, Jihyo. Jangan berpikir kemana-mana."

"Aku tidak bisa tenang, Rose. Kakek Jeon, dia satu-satunya orang yang benar-benar menyayangiku selain ibu panti dan kau. Kau tahu kan, seberapa berartinya kakek Jeon untukku? Jika kakek Jeon meninggalkanku, aku benar-benar akan kehilangan segalanya. Aku akan hancur." Isak Jihyo dengan histeris.

"Aku harus bagaimana, Rose? Aku tidak ingin... Kakek Jeon..." Jihyo tidak dapat meneruskan ucapannya membayangi kakek Jeon meninggalkannya.

Jihyo teringat dengan pertemuannya bersama kakek Jeon. Hanya kakek Jeon yang benar-benar menyayangi Jihyo tanpa pamrih. Hanya kakek Jeon yang menerima Jihyo apa adanya. Hanya kakek Jeon yang bisa membuat Jihyo menemukan sebuah keluarga.

Tangis Jihyo menguat. Dia memeluk Rose dengan eratnya. "Aku tidak bisa kehilangan kakek Jeon, Rose. Aku tidak ingin kehilangan keluargaku satu-satunya." Ujarnya, kemudian terisak kencang. "Aku menyayanginya, Rose. Tuhan, jangan kakek Jeon. Jangan ambil dia dariku. Ambil aku saja, jangan dia." Tangisnya.

"Ya Tuhan Jihyo, berhentilah ketakutan seperti ini!" Rose melepaskan pelukannya dan menangkup pipi Jihyo. Sedangkan Jihyo tetap menangis sesegukan. "Dengar, selalu ada jalan dalam setiap masalah. Kakek Jeon bisa mengatasinya dengan segala yang dia punya, Jihyo. Kau jangan berpikiran buruk terlebih dahulu. Jangan biarkan ketakutanmu ini membuatmu sedih berlarutlarut. Kau anggap aku ini apa, Ji? Aku sahabatmu. Tega-teganya kau mengucapkan doa seperti itu di hadapanku."

"Kau tidak mengerti, Rose." Isak Jihyo kencang.

"Dia, dia satu-satunya yang menginginkanku dengan tulus dan tanpa memanfaatkanku. Di saat semua orangtua yang datang ke panti memilih yang masih kecil dan lucu, di saat aku diangkat oleh pasangan tua yang hanya menginginkanku untuk mengasuh mereka, di saat ibu panti bahkan memanfaatkanku, hanya dia yang tulus padaku, Rose. Hanya dia yang mengobati lukaku saat aku jatuh, hanya dia yang memanjakanku seolah aku ini anaknya, hanya dia yang mengajakku jalan-jalan ke taman bermain, hanya dia yang mengajakku mengunjungi kebun binatang. Hanya dia, Rose. Hanya dia yang menganggapku keluarganya. Hanya dia keluargaku satu-satunya. Aku tidak bisa kehilangan dia. Tidak bisa." Jelasnya panjang lebar, dan menangis keras.

Ma Boss Is A Devil ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang