. (01)
BRAK!
Terdengar suara pintu yang di dobrak paksa dengan keras sampai membangunkan seorang anak manis yang kini terduduk sembari memeluk lututnya dengan raut wajah penuh ketakutan, melihat seseorang dengan perawakan besar menyalang di hadapannya. Tubuhnya ketakutan sampai tidak berani menatap dengan bahu bergetar dia mencoba mengatur nafasnya yang sedikit tercekat, tidak lama setelah orang itu masuk anak itu semakin memundurkan badannya ke headboard ranjang kecil tempatnya tidur
"Kemari kau bocah sialan, aku sangat ingin menghancurkan mu atas apa yang terjadi pagi ini."
Pria bertubuh besar itu menjambak rambut anak yang kini tersungkur jatuh dari tempat tidurnya, menyisakan celana pendek sepaha yang di pakai bekas semalam. Kulit putihnya menampakan beberapa luka memar dan lebam keunguan, sepertinya dia habis mengalami penyiksaan dan belum sembuh
"Ampun.. hiks jangan, t-tolong hiks jangan."
Sambil terisak anak itu terus memohon agar pagi ini dia di bebaskan dari hukuman atas apa yang tidak dia lakukan sama sekali, pria itu terus menjambak serta menyeret tubuh kecil anak manis itu sampai di pekarangan belakang rumah mereka. Tangan besar berotot pria itu kini mencekik leher lalu menariknya sampai anak itu berdiri dengan kaki yang gemetar, nafasnya sudah terengah akibat menangis karena memohon ampun namun tidak di gubris sama sekali
Plak!
Satu tamparan panas mendarat di pipi anak itu membuatnya tersentak dan hidungnya kini mengeluarkan darah yang lumayan
"Hiks ampun ayah.. a-ampun hiks ampun t-tolong jangan hiks.."
"Kau sama sekali tidak ada hak apapun di rumah ini, bahkan untuk meminta sekalipun karena aku tidak akan pernah membiarkanmu hidup dengan tenang." Ucapnya sembari meludahi wajah anak itu, tatapannya seolah penuh dengan kebencian dan rasa ingin membunuh. Sementara anak itu masih berusaha memohon ampunan dengan menangkup harap pada kedua tangannya, namun sayang pria itu justru menghempaskan tubuh kecilnya ke tanah yang penuh dengan batu
"Akh!." Anak itu meringis nyeri melihat tangannya yang berarah sebab terkena batu yang menangkap tubuhnya, hanya bisa pasrah dan terus menggeleng tanpa suara karena dia tidak mau menerima hukuman lebih dari ini apalagi setelah pria itu berkata bahwa dia tidak mempunya hak untuk meminta, termasuk memohon sekalipun
Kini pria itu semakin mendekat kearah anak yang sudah terpojok di pohon apel yang sedang berbuah, tubuhnya semakin bergetar saat melihat pria di hadapannya mengeluarkan pistol berukuran kecil lalu mengarahkan kepadanya. Sang anak hanya bisa menangis dan menghalangi wajah dan tubuhnya dengan tangan ringkih gemetaran walau tidak mungkin ia dapat menghalau panasnya peluru jika di lepaskan untuk membunuhnya sekalipun
"K-ku mohon, j-jangan.. j-jangan hiks jangan.. biarkan aku h-hidup tolong." Ucapnya dengan suara begitu lirih
Sementara pria itu sudah setia berada di hadapannya dengan pistol yang di arahkan ke kepala anak itu, tanpa rasa iba dan kasihan pria itu malah sengaja menarik pelatuk pistolnya yang di dengar oleh si anak dan semakin membuatnya ketakutan. Wajah anak itu sudah sangat basah dengan keringat dan air mata yang bercampur karena saking takutnya apalagi kini pria itu berjongkok tepat di hadapannya dan langsung memasukan ujung pistol kedalam mulut kecilnya
Anak itu hanya bisa menggeleng dan terus mengakup harap pada kedua tangannya agar pria ini tidak membunuhnya terlalu cepat, di rasa ujung pistol itu sudah mengenai rongga mulutnya lebih dalam dia hanya bisa pasrah jikapun harus mati di tangan ayahnya sendiri kali ini
"Bajingan kecil seharusnya kau tidak lahir dari rahim istriku, memalukan aku bahkan sangat jiji melihatmu kau tau. Aku sangat ingin kau mati dengan tersiksa, dan akan ku buat kau menyesali pilihanmu untuk tetap hidup." Ucapnya sembari mendorong pistol itu lebih dalam lagi di mulutnya
"Uhuk! hnghh.. ughh." Kini air mata itu semakin membanjiri wajahnya, disaat dia menatap kemarahan di mata sang ayah dan mendengar perkataan yang cukup menyakiti hatinya
Tapi tiba2 pria itu menarik keluar pistolnya dan memukul ujung pistol ke kepala anak itu dengan keras sampai badannya yang kecil ikut tersungkur ke tanah, rasanya nyeri panas dan pusing menjadi satu saat ia lihat darah mengalir dari sudut matanya. Tubuhnya lemas masih bergetar walau tidak seperti tadi, nafasnya habis karena menahan rasa takut yang baru saja dirasakannya, sementara sang ayah melengang pergi begitu saja tanpa melihat kearah tempat anaknya tergeletak tanpa tenaga
Dia tidak tau kenapa ayahnya sangat membencinya bahkan sangat ingin dia mati dengan keadaan tersiksa, apa salahnya? apa yang sudah dia perbuat? entahlah hanya keluarganya yang tau
Tunggu, keluarga?
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak 🙆
KAMU SEDANG MEMBACA
Give me alive 21+ [ TAEKOOK] 🔞
FantasyMature Area 21+ "Tidak ada seorangpun pun di dunia ini yang memiliki harga diri, mereka hanya menjual diri demi sebuah atensi." Benarkah kehidupan itu nyata atau hanya skenario yang sudah di buat oleh seseorang berkuasa? Tidak kah hologram memiliki...