"Katakan pada ayah, mereka semua harus sekolah. Apapun yang terjadi, saya akan membantu,"
"Athana..." Suara perempuan dari telpon menyebut namaku dengan lembut, namun aku tetap kaku, "maafkan kami, kami tidak tahu jika Rion mendengarkannya."
"Saya tutup telponnya, terimakasih,"
"Tunggu Athana..."
Aku terdiam, namun tidak menyahut.
"Bagaimana kabarmu? Kamu baik-baik saja kan?"
Aku menarik nafas panjang, "Hmm," aku hanya tak ingin banyak bicara, "baiklah, saya harus bekerja, terimakasih," aku langsung menutupnya.
Aku menyandarkan tubuhku di dinding, mengamati pepohonan di belakang kantin sekolah tanpa tahu pasti apa yang sedang aku lihat. Perasaan ini selalu muncul setiap aku mencoba menghubungi kedua orang tuaku. Hampa dan kadang membuat dadaku sedikit sesak.
Sejauh ini aku selalu berusaha tidak berkomunikasi dengan mereka tapi mau tidak mau aku harus melakukannya jika itu menyangkut adik-adikku. Dahulu, lebih tepatnya saat usiaku mencapai 13 tahun, saat aku baru mengetahui kebenaran jika mereka adalah orangtuaku. Ketika aku mengetahui alasan mereka melemparku ketempat lain, aku marah, membentak dan bahkan memaki setiap bertemu muka. Ayahku biasanya akan mencoba menghentikan mulutku dengan memberikan satu atau dua pukulan.
Namun saat itu aku masih muda dan tidak perduli pada apapun. Aku hanya ingin marah, marah dan marah. Aku akan tetap datang ke rumah mereka dan memulai keributan. Aku biasanya kan berhenti jika adik keduaku Dean yang masih berumur 3 tahun mulai menangis. Aku melakukan pemberontakan itu hampir 4 bulan berturut-turut. Dan sekarang aku lebih memilih untuk diam, tidak banyak berbicara dengan mereka. Kadang terasa menyesakkan namun itu adalah pilihan terbaik jika aku ingin tetap bertemu dengan adik-adikku.
"Nak..." Tangan lembut menepuk pundak kananku, "Jangan melamun di sini, bahaya," beliau tertawa lembut.
"Saya sudah bersahabat dengan mereka bibi,"
"Jangan bercanda, seram nak," Bibi Yuki kembali menepuk punggungku dan membuatku tertawa. Beliau adalah kepala kantin sekolah ini. Beliau sangat penakut jadi sesekali aku sering menggodanya. Beliau sangat baik dan sabar, bahkan beliau tidak melarang ketika aku memberikan jatah makan siangku pada Rion.
"Apakah sudah hampir waktunya bibi?" Aku berdiri dari duduk dan melihat ke arah jam tanganku.
"10 menit lagi nak," beliau melambaikan tangannya menyuruhku masuk dan aku segera berjalan di belakangnya.
Tanganku meraih apron putih yang tergantung di belakang pintu samping loker kantin dan mengenakannya. Lanjut mengambil masker dan topi hitamku, lantas berdiri di belakang meja menu. Biasanya para murid akan masuk lalu mengantri di depanku atau bibi Yuki sambil menyebutkan menu makan siang apa yang ingin mereka makan. Aku melihat pintu masuk kantin, berharap apa yang aku cari akan datang hari ini.
Paman minimarket entah kenapa dengan santainya mengijinkanku mengambil part time kantin lebih dari 1 kali dalam seminggu. Padahal setiap aku pergi part time ke sekolah, aku akan mengurangi 2 jam waktu kerjaku di minimarket. Aku sedikit curiga, jangan-jangan setelah dia datang dari liburan, dia akan menyuruhku melakukan pekerjaan berat. Yang kadang beberapa diantaranya di luar nalar.
Terakhir kali dia baik padaku, ternyata berakhir dengan dia memintaku ke rumahnya sore hari untuk memangkas pohon kesemek di depan rumahnya. Pohon kesemek itu tingginya hampir 5 meter dan tiap ada angin kencang, aku ikut berayun-ayun ria. Paman hanya tertawa cukup lama di teras rumahnya. Kadang aku ingin tanya padanya, apa dia tahu aku ini perempuan?
"Bolehkan aku minta daging cincang tanpa kacang polong?" seorang bocah laki-laki mendongak menatapku, poninya seperti jamur.
"Kamu masih ingin setinggi kakak kan Teo?"'

KAMU SEDANG MEMBACA
Without Words
RomanceAthana, gadis yang sudah menghabiskan 8 tahun hidup terpisah dengan keluarganya. Dia bekerja keras untuk menghidupi dirinya sejak lulus SMP. Menjaga minimarket, pengantar koran, pelayan cafe, penyebar selebaran bahkan supir pengganti. Sifatnya blak...