BAB 10 Bolehkan Aku Bertepuk Tangan?

4 1 0
                                        

Aku mengelus pipi kanan ku.

Paman Lee menggila saat aku mengatakan akan menikah dengan Oliver, dia mencubit pipi kananku dan memaksaku berbicara jika aku tidak melakukannya. Mengira aku sedang bercanda. Aku juga berharap aku sedang bercanda, namun kenyataannya adalah aku benar-benar sudah melamar Oliver.

Syukurlah saat itu telpon Paman Lee berbunyi dan aku mendengar suara Bibi pemilik kedai rumah makan salah satu langganan Paman. Lokasinya cukup dekat dari sini, kira-kira hanya 10 menit jika berjalan kaki. Beliau menyebut namaku dan berkata bahwa salah satu pelanggannya mencari jasa sopir pengganti. Paman sempat menolaknya sambil terus mencubit pipiku, namun aku langsung menarik telponnya dan menyanggupi. Aku harus segera kabur sebelum pipiku semakin melar.

Lalu sebelum Paman Lee berpidato, aku berkata, "Tempatnya dekat dan tujuannya di sebelah apartemenku, sebentar lagi akan hujan. Apa paman ingin aku kehujanan lagi?" dan setelah aku berjanji akan menjelaskannya, dia melepaskanku dengan ekspresi sangat frustasi.

Dan setelah aku berlari ria selama kurang dari 8 menit, disinilah sekarang aku berada. Di kursi kemudi sebuah mobil mewah, menunggu pemilik mobil ini sambil mengusap pipiku yang panas.

Sebelumnya, Bibi pemilik kedai mengantarkan aku ke mobil milik pelanggannya dan memberikan kunci mobil. Menyuruhku menunggu sebentar karena si pemilik sedang ke kamar mandi. Jujur saja, walau terkesan sangat aneh tapi ketika aku membuka pintu mobil ini, aku merasa aroma yang tidak asing. Sudah 5 menit aku mencoba mengingat-ingat namun aku yakin baru kali ini aku mendapat penyewa dengan mobil semewah ini, tapi kenapa aroma ini terasa tidak asing?

Terdengar ketukan dari kaca pintu mobil, aku menoleh dan memicingkan mata. Pencahayaan di luar tidak terang namun dari dalam mobil aku bisa melihat seseorang lelaki mengenakan jaket, topi baseball dan masker berwarna hitam. Aku melihat dibelakangnya berdiri Bibi pemilik kedai yang tersenyum sambil menunjuk ke lelaki di depannya. Aku segera membuka kunci pintu mobil dan lelaki itu segera masuk. Biasanya para penyewa akan duduk di kursi belakang dan beristirahat bahkan tidur, namun lelaki ini malah membuka pintu samping dan duduk di kursi depan, di sebelahku.

"Hati-hati di jalan nak," Bibi tersenyum ke arahku. Dan aku membalasnya dengan terima kasih dan berpamitan.

15 menit aku mengemudi dengan hening, lelaki di sebelahku sepertinya sudah tertidur. Aku lebih suka seperti ini, karena aku adalah manusia yang paling susah basa-basi dengan orang asing. Lokasi tujuannya kebetulan berada dekat apartemenku, jadi anggap saja aku mendapatan tumpangan VVIP malam ini.

Mobil berhenti di lampu merah dan dari posisi ini aku bisa melihat pagar apartemenku yang jaraknya kurang dari 12 meter. Dan entah jenis keberuntungan atau kebetulan yang sangat tak terduga, sekarang aku dengan jelas melihat nyonya kipas merah. Wanita itu mengenakan setelan merah cerah dari atas hingga bawah, sangat mencolok di malam hari. Beliau sedang melempar sesuatu ke tumpukan sampah di samping gerbang apartemen.

Walau sudah malam, namun letak tempat sampah itu tepat dibawah lampu jalan dan aku yakin sekali jika barang yang di lempar tadi adalah sepatuku. Aku kenal betul dengan bentuk dan warnanya yang hampir semencolok setelan Nyonya, lalu Nyonya kembali berjalan masuk ke apartemen. Aku harus segera kembali atau semua barang-barangku yang tidak seberapa itu akan berakhir di tumpukan tempat sampah.

Memutar balik mobil dan memarkirkannya di depan apartemen. Namun ketika aku melepas sabuk pengaman, pemilik mobil itu tengah melihat kearahku. Entah sejak kapan dia terbangun, namun alih-alih bertanya dia malah terdiam, tidak berkata apapun. Apa aku memutar balik mobilnya terlalu keras hingga membuatnya terbangun?

"Maaf tuan, saya harus menyelesaikan sedikit urusan, " aku membuka pintu mobil, "hanya 5 menit, anda boleh membayar setengah tarif," lalu menutup pintu mobil tanpa menunggu jawaban dan berlari naik ke lantai 3.

***

Saat aku sudah sampai di lantai 3, yang aku temukan adalah buku-buku ku sudah berceceran tepat di samping pintu apartemen. Nyonya sudah menggembok pintu apartemenku lagi.

"Kenapa anda membuang barang-barang saya?" aku mengatur nafasku. Berlari menaiki tangga dengan perut kosong itu melelahkan. Seharian ini aku hanya sempat memakan roti nanas. Andai saja tidak ada insiden cubit pipi dari Paman Lee, mengkin aku bisa mencomot satu atau dua potong ubi sebelum kabur.

"Tidak usah sok bertampang bodoh!" dia berkacak pinggang.

"Saya akan membayarnya sekarang, jadi tolong berikan kuncinya,"

Dia tertawa, "denda 30%"

"Tidak ada perjanjian seperti itu,"

"Aku pemilik bangunan ini, jadi terserah aku!" dia menunjukku dengan kipasnya."Bayar dengan denda atau kau tidak akan mendapatkan kuncinya,"

Membalasnya tidak akan membuatku mendapatkan kuncinya jadi aku membungkuk untuk mengambil buku-bukuku.

"Ckckck... selain miskin, ternyata kau wanita murahan ya,"

Aku melihat kearah Nyonya pemilik apartemen dan wanita itu menyeringai menatap ke belakangku.

"Membawa lelaki ke apartemen, benar-benar murahan," tambahnya.

Aku menoleh kebelakang dan melihat lelaki yang harusnya ada di bawah dan menungguku di dalam mobil sekarang berdiri tepat di belakangku. Jangan bilang kalau aku merusakkan mobilnya saat berputar balik atau aku terlalu keras menutup pintu mobil hingga membuatnya rusak. Apa mungkin mobil mewah serapuh itu? Tapi kekuatan tanganku memang sedikit lebih berbeda.

Mari kita selesaikan masalah ini satu-satu, aku menoleh ke Nyonya kipas, masalahnya hanya denganku, kenapa dia malah memperkeruh dengan menyertakan lelaki ini dalam pikiran dramanya, "Sebaiknya jaga omongan anda nyonya,"

Nyonya tertawa, aku dapat merasakan dia sedikit takut namun dia tahu bahwa aku tidak mungkin bisa memukulnya saat ini. Dan itu benar.

Aku tidak tahu sejak kapan lelaki itu sudah ada di belakangku, mungkin karena aku tidak segera kembali. Aku membalik badan, menghadap ke arah lelaki itu lantas membungkukkan diri, "Maaf ada sedikit kesalahpahaman, saya akan segera turun dan mengantarkan anda,"

Namun bukannya turun, lelaki itu menunduk mengamati beberapa buku ku yang berserakan di bawahnya. Dia melihat ke arah buku lain yang ada di tanganku. Aku mendengar dia menghela nafas cukup panjang.

Lalu kejadian itu berjalan sangat cepat.

Lelaki asing itu berjalan kearah Nyonya, mengambil kipas lalu mematahkannya dengan satu tangan dan membuangnya. Lalu menarik tabung pemadam kebakaran yang menggantung di samping pintu apartemenku, menghantamkannya ke arah gembok dan membuatnya terlepas. Dia mencoba menggerakkan handle pintu namun masih terkunci, dia lantas menendang pintunya hingga terbuka.

Aku tercengang namun untung saja aku bisa menahan diri untuk tidak bertepuk tangan.

Nyonya pemilik apartemen terlihat sangat kaget, kedua tangannya memegang kepala, melihat ke arah pintu apartemen yang sudah rusak dengan mulut terbuka. Aku juga lumayan kaget namun aku senang melihat adegan ini. Aku sudah lama ingin melakukan apa yang sudah dilakukan si lelaki asing. Wajah nyonya memerah, sebentar lagi pasti dia akan menyemburkan ocehannya.

Aku langsung berdiri di antara lelaki itu dan dia. Nyonya sudah mendekat ke arahku dan mendongak. Namun belum sempat beliau menjerit, suara orang lain terdengar dari arah tangga,

"Oliver!"

Aku menoleh ke arah sumber suara.

Haru berlari dari ujung koridor menuju ke arahku. Aku menoleh ke arah yang berlawanan, tidak ada orang lain lagi di sana selain aku, nyonya kipas dan lelaki topi baseball. Aku kembali melihat ke arah Haru lalu ke lelaki topi baseball.

"Hah!" Aku melihat ke arah Haru dan menunjuk lelaki di sampingku, "Dia?!"

Tidakbisakah kita berdua bertemu dengan lebih romantis? Kenapa semuanya harusdimulai dengan merusak pintu.

***


nb : setelah sekian bab, baru kali ini Lian ngasi note ya... aku gemes sih.. aku jujur menikmati banget waktu nulis adegan ngerusak pintu.. wkwkwk... dua pasangan ini memang hobi ngerusak pintu, jadi maklumi saja ya.
kalau ada yg pernah baca sampai sini, lian ucapin teima kasih baaaanyak... :D 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Without WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang