PROLOG

29 2 0
                                    

"Ayah, aku akan menikah," aku sudah mengulang kata ini sebanyak 3 kali.

"Oke," jawabnya singkat.

Aku melihat kearah laki-laki yang tengah sibuk menghitung tumpukan uang di depannya, dia Ayahku. Dan ada satu laki-laki lain yang duduk sangat formal tepat didepanku, dia tersenyum setiap mataku menatap kerahnya. Jujur saja, aku tidak nyaman dengan senyumnya.

"Adik-adikmu pasti bangga punya kakak seperti mu,"

"Mereka bahkan tidak tahu jika aku adalah kakaknya," sahutku.

"Bagaimana bisa kau berbicara seperti itu Athana!"

Ah, syukurlah dia masih ingat namaku walau sekarang dia seperti menukar anaknya sendiri dengan sekoper uang.

Aku mendengus, "Sudahlah.. aku malas berdebat." Menarik selembar surat yang sudah aku baca dan aku tambahi beberapa poin, "tanda tangan di sini kan?"

Laki-laki dengan senyum palsu itu menyodorkan kembali penanya, "Iya nona,"

"Aku akan melakukan apa yang sudah tertulis di sini dan dia pasti melakukan apa yang sudah tertulis di sini," aku ulang kembali, "Jika dia melanggarnya, kontrak ini akan berakhir,"

Aku membubuhkan tanda tangan dan sekarang aku sudah menjadi istri orang yang bahkan tidak aku ketahui wajah bahkan suaranya.

Tapi setidaknya dia tidak akan membiarkan aku terjebak di kantor polisi. Jadi mari kita lihat segila dan sekacau apa pilihanku kali ini.

Without WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang