"Mau sampai kapan kamu ada di sini?" Aku menggosok pintu kaca minimarket sedangkan Haru duduk di kursi yang disediakan paman untuk orang yang ingin duduk di dalam minimarket.
Ada 2 kursi satu meja panjang yang posisinya disebelah pintu masuk dan menghadap keluar. Paman minimarket membuat banyak tempat untuk duduk bersantai di minimarket, empat kursi dua meja bundar diluar dan di dalam ada 2 kursi dengan meja panjang. Paman suka keramaian, namun desa ini cukup jauh dari kota dan sangat sedikit orang yang mampir untuk berbelanja di sini. Jadi Beliau membuat tempat tempatnya nyaman untuk para pelanggan jauh yang ingin beristirahat sejenak. Beliau suka berbicara dengan pelanggan, sangat ramah dan itulah juga yang membuat rentetan informasi pribadiku yang tidak seberapa penting itu dia sampaikan ke Haru.
"Sudah jam 8 tapi belum ada satu pun yang masuk,"
"Ini bukan di kota, hanya saat musim liburan saja yang ramai," sahutku santai sambil terus menggosok kaca pintu.
"Ada tempat wisata kah?"
"Jika kamu mengikuti jalan ini, ada pantai dan beberapa tempat wisata."
Haru mengangguk dan menyesap kopinya.
"Jangan mengalihkan pembicaraan. Mau sampai kapan kamu di sini?"
"Mungkin 30 menit lagi," dia mengangkat segelas kopi yang dia beli di sini.
Aku menghela nafas panjang lantas melanjutkan menggosok kaca pintu yang lain. Bukannya kenapa, tapi sudah satu jam Haru duduk sini dan setiap aku menatap ke arahnya, dia akan tersenyum. Yah, mungkin lebih tepatnya setelah aku dengan sintingnya melamar si tuan muda. Dia bahagia karena akan pergi liburan sedangkan aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku kedepannya.
"Jadi kamu benar-benar mendapat liburan ke Hawaii?"
"Tentu saja nona," dia menyesap kopinya lagi, "terimakasih banyak nona,"
"Sudah aku bilang, jangan memanggilku nona. Ini bukan inggris di abad ke-20"
Dia tertawa, "Lalu bagaimana saya harus memanggil anda?"
"Athana," aku membalik badan dan menghadap ke arahnya, "jujur saja aku penasaran, aku sedikit bingung bagaiman aku memanggilmu, wajahmu lebih muda dari ku namun tidak mungkin perusahan sebesar Artemis memperkejakan anak di bawah umur," aku menarik napas, "aku bahkan bingung mana yang harus aku gunakan antara 'kau' 'kamu' dan 'anda' saat berbicara,"
Dia kembali tertawa, padahal aku tidak sedang bercanda. Aku benar-benar bingung, tidakkah dia merasa bagaimana tidak konsistennya aku memanggil dia saat berbicara dengannya.
"Saya 3 tahun lebih tua dari anda, namun saya lebih suka anda menganggap saya seumuran dengan anda," dia menyesap kopinya lagi, "panggil saja sesuka anda,"
"Apa kamu selalu sekaku ini?" tanyaku.
"Hanya saat-saat tertentu saja," sahutnya santai.
"Ah iya... Aku jadi ingat bagaimana kamu memberi nama orang yang kamu sebut 'tuan muda' di handphone mu"
Dia hampir tersedak kopinya.
"Saya harap, anda tidak membicarakan itu saat bertemu tuan," pintanya.
"Kamu hanya memanggil dia tuan muda saat bersamaku saja kan?"
Dia kembali menatapku, "Bagaimana anda tahu?"
"Hanya asal menebak saja," sahutku.
Haru kembali tersenyum, "Anda benar-benar sangat menarik," dia berdiri saat aku mulai membersihkan meja di sampingnya, "Tapi selain di sini, saya juga kadang memanggil dia 'tuan muda' di depannya di saat-saat tertentu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Words
RomanceAthana, gadis yang sudah menghabiskan 8 tahun hidup terpisah dengan keluarganya. Dia bekerja keras untuk menghidupi dirinya sejak lulus SMP. Menjaga minimarket, pengantar koran, pelayan cafe, penyebar selebaran bahkan supir pengganti. Sifatnya blak...