"Eyang, kenapa sih! Della sudah besar, sudah seharusnya Della menjalani hidup sesuai pilihan Della sendiri. Apa itu hal yang salah?" teriak Della meluapkan kekesalannya.
Sudah sedari tadi ia menahan diri di mobil dan mendengar saja seluruh hinaan yang ditunjukan kepada Kakeknya akibat pilihan yang ia ambil.
Sementara orang yang disebut Della sebagai Eyang adalah Kakak perempuan dari Leonard, namanya Fiona Jovanca.
"Keputusan mu untuk bekerja di Cafe dan bergaul dengan berandalan dari keluarga Dealen? Itu yang kamu mau?" cela Fiona tidak mau kalah.
"Apa maksud Eyang? Bekerja adalah hal umum yang bisa dilakukan semua orang kan? mengapa aku tidak bisa melakukan hal yang sama? satu hal lagi, Eden bukan berandalan! dia punya masalah sendiri. Please, Eyang, Don't judge book by the cover."
"Lancang! kamu lupa sama insiden waktu itu? keputusan sembrono dan pilihan bodoh mu itu berakibat fatal! beruntung, Eyang berhasil menenangkan semua orang. Kamu akan belajar dirumah mulai dari sekarang!"
"Eyang, Della tidak mau!" protes Della dengan nada suara yang tinggi.
"Ada apa ini Ema?" Leonar datang terburu-buru saat ia mendengar keributan itu.
"Lihat cucumu, apa saja yang kau ajarkan padanya sehingga dia jadi bodoh begini?"
"Eyang! Eyang sudah--"
"Hentikan, Ema! sebaiknya kamu turuti saja kata Eyang," Leonar menghentikan Della tepat pada waktunya.
"Masuk ke kamarmu!" perintah Fiona dengan tegas.
Della benar-benar kesal tapi ia tidak bisa melakukan apapun yang bisa ia lakukan hanya berlari menuju kamarnya, mengunci pintu lalu menangis sejadi-jadinya.
"Insiden itu bukan kesalahan Della, kenapa eyang harus mengungkit luka lama seperti itu?"
Della berbaring telentang dengan air mata yang masih menghiasi wajahnya, teringat dengan jelas insiden yang membuat nya diterpa gosip miring.
Waktu itu, Della hanyalah anak sekolah biasa sama seperti anak kebanyakan, ia loyal dan berteman dengan siapa saja terlebih ia putri keluarga Jovanca, banyak orang yang ingin berteman dengannya bahkan para guru memperlakukan nya secara istimewa.
Della menyadari ia terbuai dengan perbuatan manis mereka, ia melakukan segala hal yang dilakukan remaja pada umumnya saat ia mendapatkan keistimewaan seperti itu. Ia bertingkah bagai boss, membeli banyak hadiah untuk teman-teman dan gurunya, ia bahkan tidak perlu repot-repot belajar. Della tinggal membayarkan sejumlah uang kepada guru-gurunya ia pasti akan mendapat nilai bagus. Della sebenarnya tahu kalau teman-temannya adalah penjilat yang tergiur dengan uang yang dimilikinya, tetapi Della memilih untuk menutup mata akan hal itu.
Suatu ketika Della dan kawan-kawan sedang bosan, mereka pun tidak tahu ingin bermain apa, Della walau senang berbuat seenaknya ia tidak suka membully orang lain karena ia berpikir hal itu tidak lah berguna dan hanya dilakukan orang-orang lemah saja, menurut Della hal itu tidak menantang karena orang-orang sudah tunduk padanya tanpa ia harus melakukan kekerasan.
Tapi, Della tidak tahu kalau dibelakang nya teman-temannya itu membully orang lain dan mereka sering mengancam orang dengan bersembunyi dibalik nama keluarga Della.
"Gimana kalau kita maen ToD?" tanya salah satu temannya waktu itu.
"Wih boleh juga tuh." Sahut Della senang.
Mereka mulai bermain permainan itu dengan cara memutar bolpen karena dikelas mereka tidak punya botol kaca, lagian cukup aneh kalau anak sekolah seperti mereka membawa botol kaca yang berbahaya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nona Pudel dan Tuan Eden (Tamat)
Teen Fiction(Fluffy Romance, Drama) Fredella Gema Jovanca murid pindahan dengan terpaan kabar miring akibat insiden masa lalu disekolah lamanya, Ia bertemu dengan Eden Jester Dealen seorang siswa yang selalu berbuat seenaknya di sekolah hanya karena ia merupaka...