➼ Ch 07 ﹄Perubahan dan Rasa ﹃

11 7 0
                                    

Della berkunjung kerumah keluarga Jems karena ketidakhadiraan Heera setelah insiden Della yang menjauh. Della merasa bersalah karena hal itu, padahal ia tahu dengan benar kalau Heera adalah tipe gadis yang mudah terluka karena simpati yang berlebihan tapi Della malah bersikap egois. Karena alasan itulah Della datang untuk menemui Heera sekalian membujuk anak itu agar ia masuk sekolah.

Saat sampai dirumah keluarga Jems, Della disambut oleh Helga dan Lili serta Nyonya Jems yang kebetulan saat itu sedang berada dirumah.

Nyonya Jems sama seperti ibu-ibu lainnya yang hobby mengenakan pakaian santai saat dirumah dengan rambut pendek sebahu dan senyum khas keibuan membuat Della merasa nyaman karena awalnya ia takut datang berkunjung, ia pernah punya pengalaman buruk terkait pertemuan dengan ibu-ibu, jadi, ia takut kejadian yang sama terulang lagi.

"Kamu yang bernama Della? Saya gak nyangka loh kamu bakal langsung datang kesini. Saya juga udah dengar kejadian yang menimpa kamu. Kamu tahu tidak? Heera menangis seharian karena dia bilang kamu menjauhinya.Saya sudah berusaha menghiburnya tapi ia tetap saja bersedih. Hal itu membuat Saya kebingungan, beruntung kamu datang. Ngomong-ngomong, Sayapun tidak ada suka respon bibi-bibimu dimalam itu, mereka bukannya menyimpan aib, malah menyebarkannya, ck, benar-benar perbuatan rakyat jelata yang tak berotak." semburan kata-kata panjang nan pedas itu tidak membuat Della terkejut lagi setidaknya sekarang ia tahu darimana kebawelan Heera berasal.

"Hahahaha, maaf Tante, seharusnya saat itu saya mampu mengontrol emosi."

"Duh, manis, jangan panggil Tante dong jadi berasa tua hahahhaahha. Panggil saja Saya, Bunda atau Mama oke? ngomong-ngomong kamu duduk sebentar disini, Saya kebelakang dulu mau ngambil minuman dan camilan," kata Nyonya Jems sambil tertawa pelan lalu ia pun pergi kedapur meninggalkan Della yang hanya bisa terbengong saja karena Lili dan Helga pun meninggalkan nya untuk memanggil Heera.

"Hmm, jadi, gini rasanya punya ibu. Lumayan enak ya," kata Della dengan getir, walau ia besar dibawah limpahan kasih sayang kakek dan nenek nya, namun tentu saja rasanya berbeda dengan kasih sayang orang tua.

Tetapi, Della bersyukur karena Kakek dan Neneknya menyayanginya dengan tulus bahkan sang Kakek tetap memaafkannya walau dia melakukan banyak sekali kesalahan. Ia pun telah berbicara dengan kakeknya setelah insiden waktu itu dan sang kakek memaafkannya lagi walau ia tetap diberikan peringatan keras agar tidak mengulangi kesalahannya.

Della pun setuju akan hal itu dan sekali lagi berjanji untuk belajar mengontrol emosinya yang kadang-kadang dapat berubah secara tiba-tiba.

"Delllaaaaa," suara berisik dengan nada tinggi itu tentu saja akrab bagi Della, ya, suara itu milik Heera yang sekarang sedang berlari terburu-buru dan memeluk Della dengan erat.

"Lu kenapa jauhin kita sih, Gue nangis beberapa hari ini karena hal itu tahu! lain kali jangan gitu," kata Heera dengan mulut mengerucut lucu.

"Hahahahaha, maaf ya, Heera yang lucu. Gue janji deh gak akan gitu lagi," kata Della sambil membuat tanda peace pertanda ia berjanji tidak akan melakukan hal itu.

"Pokoknya lu harus janji gak gitu lagi!"

"Iya gue janji, tapi lu harus masuk sekolah oke?"

"Hehehe siap."

Setelah berkata seperti itu, mereka pun mengobrol ringan sampai Nyonya Jems datang sambil membawa minuman dan camilan.

"Sudah putuskan mau manggil apa Dell?" tanya Nyonya Jems sambil duduk diantara anak-anaknya.

"Panggil Bunda aja, gapapa kan Bunda?"

"Hahahahaha, anak manis, itu bagus," sahut Nyonya Jems lalu beliau pun melanjutkan. "Bunda gak nyangka keluarga Jovanca tidak akur, apa mereka selalu seperti itu?"

Nona Pudel dan Tuan Eden (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang