Semenjak kejadian itu, kesehatan Leonar menurun sehingga ia harus beristirahat dikamar. Setiap harinya Della menunggui sang Kakek dengan rasa bersalah, ia lebih sering merenung dan bahkan tidak membiarkan siapapun menjenguk Kakek nya kecuali dokter pribadi keluarga mereka.
"Opa, please, jangan tinggalin Ema seperti ini. Ema janji bakal janji anak baik," kata Della pelan sambil memegang tangan Leonar.
Leonar membuka matanya pelan, raut kesedihan tampak jelas diwajahnya saat ia melihat cucunya yang rapuh dan terus-menerus menangis selama menjaganya.
"Ema," panggil Leonar dengan lembut.
"Opa, maafin Ema. Ema udah janji sama Oma bakal jagain Opa tapi Ema malah kecewain Opa berulangkali," jawab Della sambil memeluk erat tangan Kakeknya itu.
Leonar mengelus pelan rambut cucu kesayangannya itu dengan tangan kirinya karena tangan kanan nya dipeluk erat oleh Della. penyesalan nya semakin menjadi-jadi saat ia melihat keadaan menyedihkan sang Cucu.
"Opa yang harus nya minta maaf. Banyak hal yang Opa sembunyikan tetapi Opa tidak punya keberanian untuk menceritakan semua itu."
"Tidak masalah Opa, Ema tidak ingin tahu tentang apapun, yang penting bagi Ema ialah Opa kembali sehat dan tetap bersama Ema."
Leonar terdiam dan terus saja mengelus rambut cucu nya itu dengan rasa sayang. Della tidak menyadari betapa besar penyesalan yang Kakeknya sembunyikan, insiden masa lalu yang memalukan dan tidak termaafkan bagi Leonar, ia bahkan terus mengutuk dirinya setiap hari dan hanya dengan melihat Della lah, ia merasa ia masih diberi kesempatan hidup agar suatu hari nanti ia bisa membongkar rahasia besar yang disimpannya selama ini.
Sementara, Della masih terus menangis disamping Leonar sampai Leonar pun menyuruhnya dengan halus agar Della pergi dan beristirahat. Awalnya Della menolak tetapi karena Leonar terus memaksa nya akhirnya ia pun mengalah dan memutuskan untuk mengikuti saran Kakeknya.
Ia pergi kekamar dan beristirahat, tidak lupa ia membersihkan dirinya terlebih dahulu agar rasa lelah di badannya menghilang. Beruntung hari ini adalah hari libur sehingga ia dapat menghabiskan waktu dengan teman-temannya walau hanya lewat pesan saja, Della tetap saja bersyukur untuk hal itu.
Della mengambil hp dan mengecek pesan-pesan yang masuk, teman-teman nya begitu khawatir dan terus menanyakan dirinya. Della merasa bersyukur karena cobaan kali ini ia memiliki teman-teman yang mendukung nya. Ia juga dapat berbagi keresahannya dengan mereka.
Della: [hey guys, terimakasih, ya, lu semua tetap ada dan dukung gue sampai di titik ini.]
Ia mengetik pesan itu dengan segenap hati dan ketulusan nya berharap teman-teman nya dapat merasakan hal itu.
Balasan mereka begitu menggugah hati nya. Walau disisi lain ia merasakan kekosongan yang tidak mampu diisi siapapun. Apakah kamu bisa menebaknya? Hahahaha, tidak bisa ya...
Kekosongan yang dirasakanny itu disebabkan oleh Tuan muda keluarga Dealen.
Eden...
Ah, tidak dapat dipungkiri, Della tetap merindukan pria itu walau ia punya dukungan dari teman-temannya. Della tidak tahu apakah pria itu mampu mengatasi masalahnya sendiri? Karena saat ini dirinya sendiri sibuk memikirkan masalahnya sendiri dan ia tidak punya waktu untuk mencari tahu ataupun bertanya tentang Eden.
"Tuh anak lagi ngapain ya? apa gue coba chat aja?" tanya nya pada diri sendiri.
"Kumpulin keberanian dulu deh." Katanya lalu ia pun mengumpulkan semua keberanian yang ia punya hanya untuk mrngetikkan kata 'Hii Eden, are you ok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nona Pudel dan Tuan Eden (Tamat)
Novela Juvenil(Fluffy Romance, Drama) Fredella Gema Jovanca murid pindahan dengan terpaan kabar miring akibat insiden masa lalu disekolah lamanya, Ia bertemu dengan Eden Jester Dealen seorang siswa yang selalu berbuat seenaknya di sekolah hanya karena ia merupaka...