➼ Ch 04 ﹄Hukuman﹃

9 9 0
                                    

Della memasuki gerbang sekolah dengan percaya diri karena kali ini dia punya teman artinya dia tidak akan sendirian lagi.

"Morning Della, gue pikir lu bakal terlambat lagi," sambut Heera dengan semangat sambil merangkul Della sementara Helga dan Lili mengikutinya dari belakang.

"Hahahaha.. gak dong, yakali, gue lakuin kesalahan yang sama lagian gue udah sadar status gue gak berharga di sekolah ini."

"Pfft.. lawak lu Pudel, padahal kemaren lu percaya diri amat dengan status yang lu punya."

Ah sial, lagi-lagi dia.

"Bacot! lu kenapa sih senang amat bikin mood gue buruk."

Andai kata lu gak tampan pasti udah gue blacklist lu anjirrrr, muka tampan tapi akhlak nya hilang.

"Hahahaaha, wajah lu lawak amat, yaudah sampai nanti Pudel," kata Eden lagi sambil mengacak-acak rambut Della dan membuat Della melongo dibuatnya.

"Anjrit Del, pasti Eden naksir sama lu. Yakin banget gue karena dia gak pernah gangguin cewek, dia sering cuek terus leha-leha di kelas, pokoknya interaksi paling intens nya cuma sama kak Diva doang. Tapi, kali ini dia gangguin lu. Anjir, gue turut senang Dell."

Wajah cengo Della benar-benar membuat Heera gemas, iya pun mencubit pipi Della dan membuat Della berhasil tersadar dari lamunan sepersekian detiknya.

"Gak! pokoknya gue gak mau terjebak sama si ababil itu huhhh," sungutnya lalu ia pun berjalan ditemani Heera yang terus mengoceh berbanding terbalik dengan Helga dan Lili yang hanya terdiam saja.

"Selamat pagi Nona-nona Manis," sapa seseorang yang otomatis membuat geng Heera berbalik memandang mereka bahkan Heera yang tadinya begitu berisik berubah menjadi cewek yang tenang dan terkesan malu-malu.

Della menatap dengan teliti ketiga orang cowok di depan nya ini, fokusnya tepat pada name tag yang terdapat di seragam mereka.

Cowok pertama, berambut hitam, dan wajahnya terlihat cukup cute untuk ukuran anak cowok di name tag nya tertulis Gideon Hills. Cowok kedua, memakai kacamata dengan kesan cool yang kuat dan terlihat pintar, senyum selalu terukir di wajah tampannya itu, cowok ini bernama Axel Warren. Cowok terakhir dari komplotan geng mereka terkesan begitu dingin dan seakan tidak tersentuh dan ia bernama Max Owen.

"K-kalian mau pergi kemana?" tanya Heera lagi dengan suara pelan nan lirih serta sedikit bergetar. Hal ini membuat Della kembali merasa aneh karena perubahan suasana yang tiba-tiba, bayangkan saja sedari tadi suara Heera terdengar begitu mendominasi dan sekarang ia seperti gadis kalem yang sedang jatuh cinta.

"Tentu saja mau ke lapangan, manis, kan 10 menit lagi bel berbunyi," jelas Gideon dengan senyum manis nya hal ini membuat wajah Heera kembali menampilkan warna merah seperti kepiting rebus.

"Bisa minggir gak!? kalian menghalangi saja," ketus Helga sambil terus berjalan dan sengaja menabrak pelan bahu Max. Max hanya diam terpaku tetapi dimatanya sempat terlihat ekspresi kaget.

Karena Helga telah mengambil langkah menyusul pula Liliane dibelakang nya dan diikuti oleh Heera yang harus ditarik paksa Della karena Heera seakan-akan tidak mau pergi dari tempat itu.

Tetapi langkah mereka terhenti karena Axel menahan tangan Lili.

"Kita harus bicara," katanya pelan.

"Gak perlu! Gue gak butuh penjelasan apapun,"
balas Lili.

"Gue gak mau pokoknya kita harus bicara,"
kata Axel lagi bersikeras.

"Apaan sih! gue bilang gak ya gak!" tegas Lili dan dengan satu hentakan kuat, ia pun berhasil lepas dari cengkeraman Axel sementara Della yang tidak mengerti dengan suasana tegang ini pun memilih untuk mengikuti teman-teman barunya serta tidak bertanya apapun.

Nona Pudel dan Tuan Eden (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang