"Auuuuuu!!"
Suara lolongan serigala bergaung sebagai tanda bahaya ketika indra penglihatan menangkap sosok vampire berdatangan dari arah timur. Namun bukan hanya dari satu sisi, sinyal itu pun muncul dari arah barat.
Para penjaga suku yang menangkap pesan tersebut segera berlari mendatangi kediaman sang alpha.
"Ketua! pasukan di perbatasan barat melihat sejumlah vampire berdatangan mendekati suku." ucap Bangchan.
"Begitu juga dari arah timur, sepertinya para vampire ingin mendeklarasikan perang secara terang-terangan." timpal Changbin.
Sang alpha membuka matanya perlahan. "Sudah dimulai rupanya..."
"Boseom, Bami, pergilah ke perbatasan. Bantu mereka menghadang para vampire itu." Titahnya pada kedua serigala miliknya.
Dengan kondisi yang semakin memburuk, sang alpha memaksakan diri untuk bangkit dari singgasananya. Menahan rasa sakit yang mencoba membunuhnya secara perlahan.
"Apa dia belum kembali?" Batin sang alpha menatap jauh keluar jendela.
Sejujurnya dia tidak terlalu yakin wanita itu akan kembali tepat waktu, terdengar mustahil juga untuk menemukan benda peninggalan leluhurnya yang berusia ratusan tahun.
Biarpun begitu, sang alpha tidak pernah berhenti berharap padanya. Walaupun kesempatannya kurang dari satu persen.
"Bangchan, Changbin-ah... Bawa seluruh wanita dan anak-anak keluar dari suku."
"Lalu siapkan seluruh prajurit yang siap mati bersama ku." Titah Sang alpha.
Kedua pria itu saling bertatapan mendengar perkataan menakutkan ketuanya.
"Apa yang kalian tunggu, lakukan perintah ku." Tegasnya.
"Kami mengerti." Tanpa menunggu perintah untuk kedua kalinya, para penjaga itu langsung pergi melaksanakan tugasnya.
Suara tabuhan genderang tanda bahaya pun dibunyikan dengan sangat nyaring di tengah desa, kepanikan mulai melanda seluruh anggota suku.
Sang alpha mengepalkan tangannya erat, dia merasa tidak berguna menjadi seorang pemimpin karena hanya dapat menyaksikan kegaduhan itu dari balik jendela.
Apa dia sanggup melindungi anggota sukunya dengan kondisi seperti ini?
Jika mereka berperang hanya dengan mengandalkan jumlah pasukan yang lebih banyak, bukan berarti mereka akan menang.
Terlebih pada bulan purnama malam ini kekuatan kaum vampire jauh lebih unggul dari mereka.
Namun, sang alpha tidak mungkin berdiam diri menyaksikan anggota sukunya akan dibantai habis oleh kaum vampire. Jika perlu, dia akan mengorbankan dirinya untuk keselamatan anggota sukunya.
Pria jangkung itu meraih botol obat yang disediakan oleh tabib lalu meminumnya seperti meminum sebotol alkohol.
"Ugrhh!!"
*Pyar!
Tubuh pria itu seperti terbakar. Dengan mengonsumsi obat diluar batas dosis yang ditentukan, tubuhnya pun mengalami penolakan, menyebabkan reaksi hebat di dalamnya.
"Ngrhgg!"
"Arghhhhhh!!!"
*Bruk
Tubuhnya pun ambruk dengan posisi telungkup.
"Hahh... Haa.. Hhh.." Peluh membanjiri sekujur tubuhnya. Kesadarannya pun hampir hilang.
Pria itu terlalu memaksakan tubuhnya yang sudah berada diambang batas kemampuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MISTRESS (SAIDA) END
Fanfiction⚠Warning⚠ 🔞🔞🔞 Mengisahkan tentang seorang gadis muda yang mencalonkan diri sebagai MAID demi melunasi hutang keluarganya di sebuah rumah mewah milik seorang artis ternama yang menyimpan banyak rahasia gelap tentang asal usulnya.