𝙆𝙞𝙨𝙨?

1.3K 120 3
                                    


✧✧✧

 

Setelah berdebat dengan Karina, Winter naik ke kamarnya dan tinggal di sana sampai matahari terbenam.
 

Selama berada di kamar, satu-satunya hal yang dia lakukan adalah tidur.
 

Ketika Winter bangun dia lapar, jadi dia turun ke bawah dan menemukan Irene sedang menonton sesuatu di TV.
 

"Aku lapar," kata Winter pada Irene.
 

Irene memalingkan muka dari TV dan menatap hybrida dengan wajah bengkak dan lesu.
 

"Apa yang ingin kamu makan kitty?" Irene bertanya, menepuk telapak tangannya di sofa sebelahnya.
 

Winter duduk dengan wajah sumrigah. "Apa saja," jawabnya.
 

Irene meninggalkan ruangan menuju dapur, dan setelah beberapa saat dia kembali dengan sandwich di tangan.
 

Winter tersenyum.

"Thank you, Rene." katanya melahap sandwich.
 

Kemudian Irene kembali duduk untuk menonton televisi sementara Winter makan dengan tenang.
 

Winter memperhatikan sesuatu.
 

Karina mungkin sedang tidak ada di rumah.
 

Karena jika ada, bocah itu pasti sedang mengganggunya sekarang.
 

Dan Winter benci itu.
 

Dia sangat senang Karina menjauh darinya.
 

Winter bahkan tidak sedikit pun ingin tahu di mana Karina berada!
 

"Umhh Rene,"
 

Irene memperhatikan.
 

"Apa kita hanya berdua saja di rumah?" ujar Winter akhirnya.
 

"Ya, Seulgi sedang bekerja dan Karina sedang keluar dengan beberapa teman dan kurasa pacar barunya," kata Irene sambil mengangkat bahu.
 

Pacar?
 

Tapi bukannya Karina memberitahunya bahwa Yeji atau apalah sebutannya itu bukan pacarnya?
 

Pfft.
 

Tapi jika itu benar.
 

Winter tidak peduli.
 

Tidak sedikit pun.
 

"Oh ya," sang omega menjawab singkat.
 

Setelah makan semuanya, Winter pergi ke halaman belakang rumah Seulgi dan Irene. Ada sebuah ayunan di sana yang mereka buat untuk hybrida mereka ketika keduanya masih kecil.
 

Winter duduk di ayunan dan mendesah saat dia mulai menepuk-nepuk kakinya.
 

Merasa sedikit terganggu, Winter hampir tidak menyadari kapan Karina mendekatinya. Dia baru menyadarinya ketika alpha duduk di sebelahnya.
 

Winter memutuskan dia akan mengabaikannya.
 

Tanpa alasan yang jelas.
 

"Hei Win," sapa Karina.
 

Winter memutar kepalanya ke sisi lain.
 

"Winter?" Karina memanggil lagi dan diabaikan. "Apa kamu marah?"
 

Winter menoleh ke Karina.
 

"Apa untungnya aku marah padamu?"
 

Dasar bocah menyebalkan.
 

Apa Winter sudah mengatakan bahwa menurutnya Karina itu membosankan?
 

"Aku tidak tahu, beri tahu aku." jawab Karina, mulai mengayun dengan lambat.
 

"Diam!" Winter menggeram dan Karina tertawa.
 

"Kamu sangat imut," gumam Karina tersenyum.
 

"Sekali lagi bilang aku imut, aku akan memukul wajah jelekmu. Diam saja oke?" sarkas Winter.
 

Dan Karina hanya mengangguk.
 

Keduanya terdiam selama beberapa detik, sampai Karina cekikikan.
 

"Apa yang terjadi?" sang omega bertanya.
 

Karina menatapnya.

"Aku main dengan beberapa teman, dan Jeno ada di sana."
 

Mata Winter melebar.
 

"Y-Ya?" Winter gagap.
 

"Ya!" kata Karina dengan smirk di sudut bibirnya. "Tapi aku tidak bertanya apa-apa padanya."
 

Hufft..
 

"Karena aku tahu kamu berbohong," Karina mengangkat bahu.
 

Winter menghela nafas dan menundukkan kepalanya sedih.
 

Karina tersenyum sayang dan mengangkat tangannya ke telinga kucing Winter lalu mengusapnya.
 

"Tenang Winter, suatu hari nanti seseorang akan melakukan itu padamu" kata sang alpha dan Winter langsung menatapnya.
 

"Kamu tidak mau?" jawab omega spontan.
 

Karina menggigit bibirnya dan tersenyum.
 

"Cium kamu?" Tanya Karina dan Winter mengangguk. "Aku mau."
 

Aku mau.
 

WOW.
 

"Dan kamu? Apa kamu mau menciumku?
 

Tidak.
 
 
Pfft.
 

Tentu saja tidak.
 

Tidak dalam sejuta tahun.
 

Tidak pernah.
 

Memangnya siapa dia?
 

"Ya," Winter menjawab.
 

Apa itu tadi?
 

Winter tidak ingin mencium Karina.
 

Karina itu membosankan.
 

Mengganggu.
 

Jelek.
 

Karina terkekeh dan mengangkat kepala Winter, melihat wajahnya memerah.
 

Karina menyapu ibu jarinya ke pipi Winter dan mencondongkan tubuh lebih dekat padanya, menekan bibir mereka bersama.
 

Winter tidak tahu bagaimana perasaannya.
 

Ini aneh.
 

Dia seharusnya tidak menyukainya.
 

Tentu saja tidak.
 

Tapi..
 

Winter tidak keberatan jika dia harus melakukannya lebih sering.
 

Pikiran bodoh.
 

Hentikan Winter!
 

Karina melepaskan bibirnya dari Winter dan tersenyum ketika dia melihat pipi omega yang semerah tomat dan mata yang sayu.
 

"Win," panggil yang lebih tua.
 

Winter tersadar dari lamunan dan melebarkan matanya menatap Karina.
 

"A-Apa kita pacaran sekarang?"
 

Karina tertawa dan membelai wajah Winter.
 

"Tidak Winter," kata alpha mencium kening omega.
 

Ugh.
 

Winter juga tidak ingin menjadi pacar Karina.
 

Karena Winter sangat membenci Karina.
 

✧✧✧


𝐇𝐲𝐛𝐫𝐢𝐝 [𝐀/𝐁/𝐎 𝐖𝐢𝐧𝐫𝐢𝐧𝐚]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang