𝘾𝙖𝙪𝙨𝙚 𝙞'𝙢 𝙮𝙤𝙪𝙧𝙨.

1K 111 8
                                    


✧✧✧

 

"Cepat pindahkan itu!" gerutu Winter.
 

Karina memutar matanya.
 

Sang alpha sedang mengganti perabotan di kamar omega, dan Winter bersikap menyebalkan seperti biasa dan memerintah segalanya layaknya mandor.
 

"Kenapa kamu selalu suka memerintah?"
 

Winter mengangkat alis.
 

"Kenapa kamu tidak tutup mulut dan lakukan apa yang seharusnya kamu lakukan?"
 

Karina tertawa.
 

"Kamu menggemaskan," seru alpha, berhenti menyeret meja rias dan menatap omega. "Apa tempatnya sudah benar di sini?"
 

Winter meletakkan tangan di rahangnya dan pura-pura berpikir. "Tidak!" jawab sang omega "Taruh di sana." tunjuknya sedikit ke kiri.
 

Karina menghela napas dan membungkuk untuk menggeser lemari ke kiri.
 

"Hei itu terlalu ke kiri," keluh Winter.
 

Karina mendesah.
 

Lagi.
 

Alpha memindahkan furnitur lebih jauh ke kanan.
 

"Oh, dan sekarang kau malah pergi terlalu jauh ke kanan," kilah omega.
 

Karina berhenti dan menatap Winter, yang memasang senyum nakal di bibirnya. "Apa kau sedang bermain denganku?"
 

"Ya." gurau Winter tertawa.
 

Karina memutar matanya dan berjalan ke arah Winter, mencengkeram bahunya dan melemparnya ke tempat tidur, lalu naik ke atas tubuhnya.
 

"Menjauh dariku, idiot." sesak Winter mendorong yang lebih tua.
 

"Apa menurutmu lucu menganggapku idiot?" Karina bertanya, mengurung omega di bawahnya.
 

"Oh itu selalu lucu, Karin," kata Winter dan Karina menggigit hidungnya.
 

"Hentikan, bocah menyebalkan."
 

Karina mencium leher Winter, dan menghisapnya pelan, memberikan tanda kemerahan disana. "Kamu kucing yang sangat wangi." gumam Karina sangat seksi.
 

"Aku tahu," Winter menggerutu, masih berusaha melepaskan diri dari pelukan alpha. "Now, get off me!"
 

Alih-alih mematuhi omega, Karina mulai menggesekkan pinggulnya ke pinggul Winter, menyatukan anggota tubuh mereka bersama-sama.
 

Winter menelan ludah.
 

Apa yang diinginkan si bodoh itu?
 

"Kahriinn,"
 

"Aku benar-benar ingin melakukan—"
 

"Karina lepaskan anak kucingku, sekarang!" kata Irene di pintu sambil memegang seember pakaian bersih.
 

Karina mendengus, masih berada di atas tubuh Winter. "Aku tidak melakukan apa-apa," jawab alpha.
 

Irene meletakkan tangannya di pinggang. "Jika tidak, jadi apa itu?"
 

Karina mengangkat bahu dan berdiri menarik Winter untuk duduk. "Winter yang mau," jawab alpha sambil sesekali menggigit pipi omega.
 

Karina brengsek.
 

"Karina, berhenti menggigitku!" protes Winter, "dan aku tidak menginginkan apapun denganmu, idiot."
 

Irene memutar bola matanya.
 

"Kenapa kalian tidak turun untuk melakukan sesuatu? Misalnya, menonton TV?"
 

Winter bangun dari tempat tidur dan mengibas-ngibaskan ekornya. "Ide yang bagus." kata omega dan segera meninggalkan kamarnya.
 

Karina mengikuti dari belakang.
 

Winter memutar matanya malas.
"Tidak bisakah kau berhenti mengikutiku?" gerutu omega sembari melemparkan dirinya ke sofa.
 

Karina mendudukkan dirinya di pangkuan Winter.
 

"Turun idiot!"
 

"Dengan syarat kamu memberiku ciuman?"
 

Winter memutar matanya dan mendorong Karina menjauh. "Tidak!"
 

"Sekali saja," kata Karina, mencoba mencuri ciuman dari sang omega.
 

"Kau membuatku menghancurkan ekorku," keluh Winter.
 

"Aku akan meninggalkanmu sendirian jika kamu memberiku ciuman."
 

Winter mulai muak dengan si idiot ini. "Tidak," tegasnya.
 

Karina tertawa dan membenamkan wajahnya ke leher Winter, menghirup aroma omega.
 

"Heat mu akan datang," kata alpha serius.
 

"Lalu?"
 

"Aku tidak sabar untuk menghabiskan waktu seminggu terkurung bersamamu dikamar."
 

Winter memutar matanya, dan mencoba lagi (dengan sia-sia) mendorong alpha menjauh.
 

"Dan siapa bilang aku menginginkan itu?"
 

"Kamu tidak punya pilihan, kitty." Karina menjawab, "sekarang beri aku ciuman."
 

Lagi-lagi Winter memutar matanya malas. "Dan apa yang aku dapatkan jika menciummu?"
 

"Kesenangan merasakan bibirku," Karina tersenyum penuh arti.
 

Idiot.
 

Karina tersenyum dan menempelkan hidungnya ke hidung omega, lalu menyatukan bibirnya ke bibir Winter.
 

Ada sedikit senyuman di bibir Winter yang coba dia tutupi.
 

Tak lama ciuman Karina menjadi lebih panas dan intens.
 

Dan Winter tidak mau mengakui bahwa dia menyukai ciuman itu.

 

✧✧✧

 

𝘼/𝙉: 𝙛𝙤𝙧 𝙩𝙝𝙚 𝙣𝙚𝙭𝙩 𝙘𝙝𝙖𝙥𝙩𝙚𝙧 40+ 𝙫𝙤𝙩𝙚𝙨. 𝙩𝙝𝙖𝙣𝙠𝙨~!

 

𝐇𝐲𝐛𝐫𝐢𝐝 [𝐀/𝐁/𝐎 𝐖𝐢𝐧𝐫𝐢𝐧𝐚]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang