Bab 12

434 14 0
                                    

Pagi ini Yogyakarta cuacanya sangat cerah. Kedua pengantin baru ini bersiap siap memasukkan segala keperluan yang akan mereka bawa. Sebenarnya yang perlu membawa baju hanyalah Aira karena pagi ini Kara akan membawanya ke rumah baru yang sudah Kara beli. Aira sebenarnya tidak mau dia ingin tinggal bersama ibunya saja tapi setelah dipikir pikir jika Aira tetap tinggal bersama kedua orangtuanya pasti mereka akan curiga dengan sikapnya.

Barang barang sudah selesai Aira packing. Aira turun kebawah untuk sarapan pagi bersama keluarga dan suaminya.

"Selamat pagi semuanya." Sapa Aira setelah itu duduk di sebelah Ayahnya.

Reno heran seharusnya putrinya itu duduk di sebelah suaminya tapi mengapa malah duduk disampingnya.

"Aira, duduknya di sebelah Kara bukan disebelah ayah."

"Sayang duduknya disini bukan disitu." Ucap Kara tanpa ada beban. Aira yang mendengar kata 'sayang' dari Kara ingin sekali menampar Kara dengan wajan di dapur.

Aira tidak mau hanya perkara duduk saja di ceramahi  oleh bundanya. Dia langsung berdiri dan duduk di sebelah Kara. Dia melihat wajah Kara yang mengedipkan satu mata merasa jijik.

Sarapan mereka sudah selesai, Aira dan Kara berpamitan kepada kedua orangtuanya. Aira menangis dia tidak menyangka akan secepat ini meninggalkan mereka berdua.

"Aira jadi istri yang baik untuk suamimu jangan pernah membantah ucapannya." Ucap Kayla dan membawa Aira kedalam pelukannya.

"Ayah hiks."  Aira menangis saat memeluk ayahnya. Aira tidak tau siapa yang nanti akan membuatkan Reno kopi di pagi hari, yang mengganggu Reno saat bekerja. Aira sangat berat meninggalkan ayahnya ini.

"Aira jangan nangis, malu sama Kara." Reno menenangkan putrinya sebenarnya dia juga ingin menangis tetapi dia tidak ingin terlihat lemah di depan anaknya. 

"Ayah kami pamit dulu, doakan kami semoga baik baik saja." Ucap Kara berpamitan kepada kedua Maratua nya.

Kara membawa koper Aira sedangkan Aira hanya membawa tas kecil di pundaknya. Kara dapat melihat kesedihan di wajah istrinya itu.

Mereka memasuki mobil mewah milik Kara. Sebenarnya rumah yang dibeli Kara tidak terlalu jauh dari rumah Aira hanya membutuhkan waktu 1 jam.

Di dalam mobil tidak ad percakapan antara keduanya. Kara yang fokus menyetir dan Aira yang memandangi jalan dari kaca mobil. Kara mencoba membuka percakapan di antara mereka.

"Yang kamu gak terpaksa kan pindah rumah." Kara bertanya kepada Aira.

Aira tidak menjawab pertanyaan Kara tetapi dia melihat wajah suaminya yang sok kegantengan ini.

"Jangan gitu lihatin muka saya, nanti kamu  terpesona sama kegantengan saya."  Kara berkata sambil memegang wajah dengan tangannya seolah olah dialah yang paling ganteng di dunia ini.
 
" Bapak nanya, bapak bertanya tanya."

Kara yang mendengar jawaban dari Aira binggung bahasa dari mana yang diucapkan Aira barusan. Sepertinya ini bahasa tik tok.

"Saya gak nanya, saya lagi nyanyi tadi buat kamu."  Kara tidak mau kalah dengan istrinya. Lihatlah gadis itu tidak bisa membalas ucapannya.

"Bapak perlu ke dokter jiwa kayaknya."

Kara yang mendengar jawaban Aira tertawa, masa orang ganteng dikirain gila. Tapi hatinya senang karena Aira tidak begitu jutek kepadanya.

Setelah itu tidak ada percakapan diantara keduanya. Mereka sudah sampai di depan rumah. Aira terkejut melihat rumah yang dibeli Kara, ini terlalu besar untuk ditinggali mereka berdua. Aira juga memikirkan bagaimana capeknya du  jika membersihkan semua ruangan  yang ada di dalam rumah itu.

PAK DOSEN PILIHAN BUNDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang