Bab 13

426 17 0
                                    

Malam ini hujan turun begitu deras. Aira menangis dan merasa kecewa atas jawaban yang diberikan oleh Kara. Laki laki itu benar benar tidak mengizinkan dia untuk pergi ke toko kue. Aira tambah membenci Kara, katanya  dia mencintainya tapi dia malah melarang hal sangat di sukai oleh Aira.

"Katanya cinta tapi malah gak ngebolehin hobi aku, ayah Aira pengen pulang." Gadis itu menangis meratapi nasibnya. Andai dulu dia tidak menerima perjodohan ini.

Kara yang mendengar suara tangisan dari dalam kamar. Dia berdiri dari ruang tamu dan berjalan ke kamar untuk menghampiri Aira. Kara membuka pintu dan yang dia lihat Aira tidur dengan posisi tengkurap dan gadis itu memukuli bantal. Kara menghampiri Aira dan duduk ditepi ranjang.

"Ai kamu kenapa jangan nangis." Tanya Kara.

Aira tidak menjawab pertanyaan dari Kara dia bangun dari posisi tidurnya membuka lemari mengambil bantal dan selimut lalu pergi ke ruang tamu.

Kara binggung dengan kelakuan  Aira, dia tau gadis itu pasti marah dengannya karena tidak dia berikan izin untuk  tetap bekerja ke toko kue.

Kara memang tidak memberikan izin karena dia takut Aira nanti akan pulang malam dan dia lupa kalau dia sudah punya suami. Kara ingin Aira tetap di rumah agar mereka juga bisa lebih dekat.

Sesampainya di ruang tamu Aira merebahkan dirinya di sofa. Biarlah jika Kara akan memarahinya dia juga bisa marah. Lagian laki laki itu semakin melunjak jika dituruti keinginannya.

Aira sudah bersiap untuk menutup mata tapi dia merasakan tangan berat memeluk tubuhnya. Aira kaget ternyata yang memeluk itu adalah Kara.

"Ai maaf."

Aira mencoba melepaskan pelukan Kara tapi rasanya sia sia karena tenaga Kara jauh lebih besar daripada dirinya. Terpaksa Aira mendorong Kara sampai laki laki itu terjatuh dari sofa. Aira cepat cepat merubah posisinya menjadi duduk.

"Bapak tau, aku itu benci banget sama anda, apalagi anda melarang saya untuk pergi ke toko kue." Ucap Aira menangis dia sangat kecewa dengan laki laki di depanya ini.

Kara yang melihat Aira menangis membawa Aira kedalam pelukannya dan berusaha untuk menenangkan tapi Aira memberontak dan memukuli dadanya.

"Aira kamu tidak boleh egois, kamu harus nurut dengan saya."

"Perlu kamu ingat saya ini suami kamu, dan kamu istri saya kamu gak boleh menolak apa yang saya perintahkan."

Kara mencoba menjelaskan kepada Aira dia sebenarnya sudah ingin marah tapi dia ingat tidak akan menyakiti Aira dan membuat Aira menangis. Kara sangat kecewa dengan dirinya malam ini karena sudah membuat gadisnya menangis.

"Sebenarnya yang egois itu saya atau anda."

Aira yang mendengar ucapan Kara dia merasa tidak terima jika dikatakan egois dia sudah menerima satu ranjang dengan laki laki itu dia menuruti permintaan  Kara untuk pindah rumah.

Kara lelah jika harus berdebat dengan Aira. Dia juga tidak tega melihat Aira yang menangis. Kara memutuskan mengizinkan Aira untuk bekerja ke toko kue tapi dengan syarat.

"Oke aku izinin kamu untuk pergi ke toko kue."

Aira yang mendengar itu rasanya ingin berteriak. Akhirnya suaminya ini pikirannya kembali terbuka. Aira langsung mengusap air matanya dan kembali bertanya kepada Kara untuk memastikan kalau dia tidak dibohongi.

"Beneran boleh."

Kara mengambil nafas lalu menghembuskan dengan kasar. Lihatlah istrinya itu langsung bertanya dengan muka yang berseri seri beda dari tadi yang ditanya malah nangis.

PAK DOSEN PILIHAN BUNDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang