Hyunjin keluar dari kamar mandi dalam keadaan sudah bersih. Baju yang Yeji berikan hanya pas di tubuhnya.
"Ini yang katanya besar?" Ucap Hyunjin pada dirinya sendiri sesaat setelah memakai baju itu. Bahkan celana training yang dipakainya itu menggantung beberapa sentimeter di atas mata kakinya. Hampir ke pertengahan betis!
Hyunjin berdecak pelan. Ini sama sekali bukan style-nya. Ya tapi mau bagaimana lagi. Jika dilihat, badan Yeji sangat ramping. Rasanya tidak masuk akal pula jika Yeji memiliki baju yang lebih besar dari yang ia pakai sekarang.
Hyunjin melangkah keluar dari kamar itu. Ia melongokkan kepalanya perlahan. Mencari presensi gadis yang telah banyak menolongnya sedari siang tadi.
"Lapar?" Sebuah suara tiba-tiba terdengar dari belakang tubuhnya. Membuat Hyunjin melonjak kaget.
"Aishhh... Kau membuatku terkejut!" Ucap Hyunjin sambil mengelus pelan dada bidangnya.
"Kau mengumpat padaku?" Tanya Yeji tajam.
Hyunjin pun kembali mendadak gugup.
"A..ani. Bukan itu maksudku. Aku refleks karena kaget saja." Ucap Hyunjin segera.
"Apa apaan gadis ini! Sudah berapa kali dia mengumpat semenjak pertemuan kami? Cihh.." ucap Hyunjin sinis. Dalam hati tentunya. Entah mengapa nyalinya selalu menciut ketika harus beradu kata dengan gadis di hadapannya itu.
"Jadi kau lapar tidak?" Tanya Yeji sekali lagi. Hyunjin pun hanya menganggukkan kepalanya perlahan dengan wajah puppy-nya dan bibir bebeknya.
Yeji bergidik ngeri. Ada apa dengan pemuda ini? Mengapa harus menampilkan wajah seperti itu. Yeji menarik sebelah bibir atasnya. Merasa geli dengan apa yang dilihatnya.
"Di meja ada makanan tuh." Ucap Yeji ketus. Gadis itu kemudian berjalan pergi.
Tapi ia urung karena ada yang menahan tangannya. Ia pun dengan segera memandangi pergelangan tangannya. Terlihat sebuah tangan kekar bersarang di sana.
"Kau tidak makan?" Tanya Hyunjin.
Yeji menghempaskan tangannya dan menatap sinis Hyunjin. Ia segera membalikkan badannya agar sempurna menghadap Hyunjin.
"Maaf Yeji. Aku hanya bertanya." Ucap Hyunjin pelan.
Yeji menyilangkan tangannya di dada.
"Heyy.. Hyunjin! Hyunjin kan? benar?" Tanya Yeji memastikan. Hyunjin mengangguk.
"Oke. Aku tegaskan ya. Aku menolongmu hanya karena kasihan. Rasanya tak tega saja melihat orang tergeletak di gang sempit seperti itu." Ucap Yeji dengan nada sinisnya.
Hyunjin hanya diam mendengarkan. Ia mengerenyitkan alisnya. Mengapa nada bicara gadis ini mendadak berubah?
"Setelah makan aku akan menyuruhmu pergi. Silahkan bawa saja baju yang kau pakai. Tidak perlu dikembalikan!" Ucap Yeji lagi.
"Jadi, tidak usah sok akrab denganku!" Terus Yeji.
"Begitu kau meninggalkan rumah ini, anggap saja kita tidak pernah saling mengenal!!" Tegas Yeji.
"Tapi bagaimana mungkin? Aku tidak mungkin melupakanmu. Kau yang menolongku. Aku bahkan berhutang nyawa padamu." Ucap Hyunjin.
Yeji berdecak kesal.
"Anggap saja dengan menganggap kita tak saling kenal itu sebagai balas budimu. Aku sama sekali tidak suka ada orang di sekitarku." ucap Yeji lagi.
"Lalu mengapa kau menolongku? Harusnya kau tidak perlu menolongku jika tidak mau ada orang lain di hidupmu!" balas Hyunjin. Ucapan Yeji sama sekali tidak bisa diterima oleh logikanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight for "Ours" --- 2Hwangs (Hyunjin Yeji)
FanfictionDua orang berbeda sifat. Hwang Hyunjin, amat penyabar, penyayang, perhatian, sentimentil, memperhatikan hal-hal kecil. Mencari perhatian sang kekasih. Hwang Yeji, bar bar, urakan, tomboy, tidak peduli apa kata orang. Menganggap pacarnya lembek. Men...