Hyunjin duduk di salah satu meja di sudut restoran mewah itu. Terpaksa. Itu yang ia rasakan. Ucapan lembut sang ibu sama sekali tak bisa ia tolak.
Dan di sini lah ia berakhir sekarang. Menunggu sosok yang akan 'dikenalkan' padanya. Perkenalan yang hanya kedok belaka. Hyunjin yakin pasti ia dan gadis itu akan berakhir dengan perjodohan.
Tiga puluh menit ia duduk menunggu. Namun gadis itu tak kunjung datang. Apakah ia harus pergi? Mungkin gadis itu juga tak menginginkan pertemuan ini bukan?
Hyunjin sudah memantapkan niatnya untuk beranjak, sebelum sebuah suara menahannya pergi.
"Hwang Hyunjin-ssi?" Suara wanita memasuki rongga telinganya. Aishh... Dia terlambat pergi.
"Ahh.. Iya. Aku Hyunjin. Karina-ssi?" Tanya Hyunjin lalu kembali mendudukkan dirinya.
"Maafkan aku terlambat." Ucap gadis itu kemudian ikut duduk di hadapan Hyunjin.
"Tak apa. Silahkan pesan makananmu juga." Ucap Hyunjin. Gadis bernama Karina itu pun mengangguk dan segera memesan makanannya.
Lama mereka terdiam. Hanya terdengar dentingan garpu dan pisau yang beradu dengan piring porselen licin. Canggung. Tentu saja.
"Ehemmm... Jadi Karina-ssi, apa pendapatmu tentang perkenalan ini? Apa kau melakukannya dengan sukarela." Tanya Hyunjin pada akhirnya.
Karina mengangkat wajahnya. Mata besar itu memandang Hyunjin. Namun gadis itu hanya diam. Beberapa saat kemudian ia kembali menatap makanannya. Terlihat sudah tak berminat memakannya.
"Maaf jika pertanyaanku mengganggumu." Ucap Hyunjin.
"Tidak apa Hyunjin-ssi. Pertanyaanmu tidak salah sama sekali. Hanya saja, aku tak tahu harus menjawab apa." Jujur Karina.
"Aku tahu, kedua orang tua kita tak bilang jika kita akan dijodohkan. Tapi aku juga tahu, pembahasan selanjutnya tak akan lepas dari itu." Ucap Karina lemah.
Hyunjin menghela napas pelan. Apakah sebaiknya ia jujur?
"Karina-ssi. Aku ingin jujur kepadamu." Ucap Hyunjin pendek. Membuat Karina langsung memfokuskan perhatiannya pada pemuda di hadapannya itu.
"Jujur. Aku sudah memiliki kekasih. Dan aku sangat mencintainya. Aku ingin menikahinya. Menjadikannya satu-satunya di hidupku." Ucap Hyunjin apa adanya.
Karina menatap Hyunjin sendu.
"Mungkin ini terlalu cepat untuk di sampaikan kepadamu. Namun aku tak ingin memberikan harapan padamu pada hubungan ini. Karena aku benar-benar tak bisa." Ucap Hyunjin lagi. Karina masih diam. Membuat Hyunjin sedikit ragu untuk melanjutkan kata-katanya.
"Aku tak ingin kau membuang waktumu untuk hubungan ini, karena memang tak ada harapan untuk ini." Lanjut Hyunjin. Ia terus mengamati ekspresi wajah Karina dengan sedikit khawatir.
Karina tersenyum.
"Aku tahu Hyunjin-ssi. Aku juga di posisi yang sama seperti dirimu. Aku memiliki orang yang sedang kutunggu." Ucap Karina. Hyunjin pun ikut tersenyum lega."Kau tidak perlu khawatir." Lanjut Karina.
"Terimakasih Karina-ssi. Aku berpikir kau akan tersinggung dengan ucapanku." Lega Hyunjin.
Karina terkekeh. "Aku justru bersyukur kau mengatakannya sekarang Hyunjin-ssi. Karena sebelumnya aku berpikir keras untuk mengatakan hal yang seperti kau katakan tadi. Terimakasih sudah mengatakannya. Aku sungguh lega. Aku takut sekali akan mengecewakanmu tadi." Ucap Karina.
Hyunjin tentu saja tersenyum sumringah. Pikirannya langsung menuju kepada gadis bermata kucing tercintanya.
Ia sungguh senang. Ternyata pertemuan ini tak seburuk yang ia bayangkan. Siapa yang menduga jika gadis yang akan dikenalkan dengannya itu juga memiliki masalah yang sama seperti dirinya?! What a coincidental!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight for "Ours" --- 2Hwangs (Hyunjin Yeji)
FanfictionDua orang berbeda sifat. Hwang Hyunjin, amat penyabar, penyayang, perhatian, sentimentil, memperhatikan hal-hal kecil. Mencari perhatian sang kekasih. Hwang Yeji, bar bar, urakan, tomboy, tidak peduli apa kata orang. Menganggap pacarnya lembek. Men...