Bab 22. Silent

220 35 5
                                    

Ceklek...

Pintu kamar itu terbuka perlahan. Hyunjin yang semula tidur meringkuk di depannya pun terbangun. Hyunjin memandang gadis itu penuh harap.

Namun tak ada yang terjadi. Gadis itu hanya berlalu begitu saja. Tak ada sepatah pun kata yang terucap dari bibir tipis itu.

Hyunjin bangkit dari duduknya dan mengikuti kemana Yeji pergi. Gadis itu berjalan ke arah dapur dan menyiapkan sepotong sandwich untuk dirinya sendiri.

Hyunjin tersenyum pahit. Biasanya Yeji juga akan menyiapkan sepotong untuknya. Tapi kali ini tidak.

Hyunjin melirik ke arah jam dinding yang berdetak pelan. Pukul 09.00 pagi. Saatnya Yeji berangkat bekerja tentu saja. Jika dilihat dari penampilannya, gadis itu akan pergi ke tempat ia bekerja paruh waktu.

Pagi itu berlalu dengan kesunyian. Yeji pergi dan melenggang dari rumahnya tanpa mengatakan apapun. Hyunjin hanya mampu memandangi punggung gadis itu yang mulai menjauh.

Helaan napas panjang terdengar. Hyunjin tahu ia telah mengecewakan Yeji. Mungkin situasi ini akan bertahan lama. Tapi Hyunjin tahu satu hal. Dan ia patut bersyukur untuk itu. Yeji tak mengusirnya pergi.

Ya. Gadis itu memang diam tak mengatakan apapun, tapi Yeji juga tak mengusirnya pergi. Hyunjin cukup paham jika Yeji masih memberinya kesempatan.

Hyunjin menyunggingkan senyumnya. Ia tahu jika sejak dulu cintanya untuk Yeji memang selalu berbalas. Kini ia tahu jika Yeji juga sangat mencintainya.

Kesalahannya memang besar. Tapi cinta mereka lebih besar. Hyunjin tidak bisa untuk tidak bahagia.

"Terimakasih Yeji. Aku tahu kau hanya butuh waktu." Ucap Hyunjin pada udara kosong.

Hyunjin tersenyum lega. Yang perlu ia lakukan sekarang adalah membangun kembali kepercayaan itu. Ia tak peduli Yeji yang terus mendiamkannya. Ia tahu jika Yeji akan menerimanya kembali dengan sepenuh hati.

Mungkin tidak sekarang. Tapi nanti pasti.

.......

"Hyunjin-ssi. Maaf aku memaksamu untuk bertemu. Aku tahu, jika aku ini orang yang tak tahu malu. Tapi aku harus mengatakannya." Ucap Karina begitu Hyunjin datang dan duduk di hadapannya.

"Kau mau mengatakan apa Karina-ssi? Kau tidak puas, huh? Sadar tidak sadar, kau membuat hidupku diujung tanduk." Ucap Hyunjin kasar. Pemuda itu lalu berdiri dari tempatnya.

"Aku bodoh dengan menurutimu datang kemari." Ucap Hyunjin.

"Aku tahu itu. Tapi tolong tunggulah sebentar. Kekasihku sudah pulang. Dia ingin menemuimu." Cegah Karina.

Hyunjin menghentikan langkahnya. Jujur ia ingin sekali melihat orang itu. Laki-laki bodoh yang telah meninggalkan kekasihnya yang hamil. Juga laki-laki yang secara tidak langsung turut menghancurkan hidupnya seperti ini.

Hyunjin mendudukkan dirinya kembali. Ia tak sabar ingin melayangkan tinjunya ke wajah pemuda itu.

Pemuda yang membuatnya harus membenci wanita malang dihadapannya. Bukan, ini bukan Hyunjin membela Karina. Ia membenci fakta bahwa perbuatan lelaki itu, aaa.. tidak, perbuatan mereka berdua yang telah menjadi penyebab utama hubungannya dengan Yeji menjadi dingin seperti sekarang.

"Maaf membuat kalian menunggu." Suara berat laki-laki terdengar. Membuat Hyunjin memandang penuh telisik siapa yang datang.

"Dia kekasihmu?" Tanya Hyunjin pada Karina. Wanita itu pun mengangguk.

Bughhh ...
Sebuah pukulan melayang keras ke rahang Jeno.

"Apa yang kau lakukan Hyunjin-ssi?" Panik Karina saat pukulan keras itu menghantam keras rahang kekasihnya.

Fight for "Ours" --- 2Hwangs (Hyunjin Yeji)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang