Bab 6. Realizing

259 53 3
                                    

Warning!!!
Ada adegan 18+. Dimohon untuk bijak dalam membaca!
Buat adik-adik yang masih dibawah umur harap tidak membaca ya!!

____________

Yeji duduk termenung di kamar sederhana rumahnya. Hanya ini tempatnya berlindung. Selain dari apartemen Hyunjin tentunya.

Pemuda itu belum menghubunginya lagi. Ini sudah hari ketiga setelah malam pertengkaran hari itu. Arghh... Yeji harus bagaimana? Akankah ia benar-benar kehilangan Hyunjin kali ini?

Ia termenung. Pikirannya kembali ke saat dimana ia berusia lima belas tahun. Tahun terakhir sang ayah masih bersamanya.

-----flashback-------

"Oh iya. Ayah mau tanya." Tanya sang ayah. Membuat Yeji beralih menatap wajah ayahnya.

"Yeji udah pernah suka sama anak laki-laki belum?" Tanya Minhyun disertai senyum jahilnya. Membuat pipi Yeji memerah. Gadis itu sama sekali tak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu dari sang ayah.

"Ciyee... Salah tingkah ya." Ucap sang ayah sambil mencolek ujung hidung putrinya.

"Ayah apaan sih." Ucap Yeji sambil merengut. Tebakan Minhyun tepat sekali. Gadis itu salah tingkah.

Minhyun tertawa. Ia kembali mengelus pelan rambut Yeji dan kembali membawa putri kesayangannya itu kedalam dekapannya.

"Yeji dengerin pesan ayah yang satu ini." Ucap Minhyun sambil tetap mengusap lembut rambut Yeji.

"Pesan apa ayah?" Tanya Yeji masih dengan memejamkan matanya. Menikmati elusan lembut dari sang ayah.

"Nanti, kalau Yeji sudah bertemu laki-laki yang tulus mencintai Yeji, jangan pernah kecewakan dia ya nak." Ucap Minhyun lembut. Wajahnya menghadap ke atas. Tak menghiraukan Yeji yang kini sudah menatapnya penuh tanya.

"Jangan pernah menyia-nyiakan orang yang tulus menerimamu! Jangan pernah hianati dia!" Ucap Minhyun lagi. Tak terasa sebulir bening jatuh dari sudut mata lelaki itu. Yeji melihatnya. Gadis yang sudah beranjak remaja itu pun menghapus air mata sang ayah dengan jari-jarinya yang mungil.

"Aduh.. maaf. Ayah jadi nangis." Ucap Minhyun yang menyadari jari sang putri menyentuh pipinya.

"Memangnya kenapa ayah?" Tanya Yeji polos.

"Yeji lihat kondisi ayah sekarang? Yeji lihat kondisi Yeji sekarang?" Tanya Minhyun. Yeji hanya mengerutkan keningnya tanda tak paham.

"Ini semua terjadi karena salah satu dari pasangan tidak bisa menghargai ketulusan pasangannya."

Minhyun tersenyum. "Mungkin sekarang Yeji belum paham. Tapi ayah yakin suatu saat nanti Yeji pasti paham." Lanjut Minhyun. Yeji pun mengangguk.

"Yeji janji bakal inget pesan ayah." Jawab Yeji dengan wajah polosnya. Walaupun untuk saat ini ia belum paham betul maksud dari perkataan sang ayah.

"Intinya, Yeji harus menghargai siapapun pasangan Yeji nanti. Tidak ada yang bisa membeli ketulusan seseorang." Ucap Minhyun.

"Yeji paham?" Tanya Minhyun. Yeji pun menganggukkan kepalanya.

Minhyun kembali meraih putrinya. Ia yakin Yeji bisa mengerti apa yang ia maksud suatu hari nanti.

------flashback end----

"Ayah.... Maafkan Yeji. Yeji sekarang tahu apa yang ayah maksud dulu. Tapi saat Yeji memahaminya, semua sudah terlambat." Ucap Yeji menahan sesak di dadanya.

"Yeji sudah tidak menepati janji."

Pelupuk mata gadis itu menghangat. Huhh.. sejatuh ini kah ia pada pemuda itu? Sampai air mata yang sudah entah berapa tahun tak pernah turun kini mengalir begitu saja.

Fight for "Ours" --- 2Hwangs (Hyunjin Yeji)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang