Bab 13. It Becomes A Threat

213 36 5
                                    

"Kau akan pulang ke rumah hari ini?" Tanya Yeji pada Hyunjin yang seharian ini telah berkeliling bersamanya. Seperti yang pemuda itu ucapkan sebelumnya. Hari ini mereka merayakan hari kelulusan Yeji. Sekarang mereka sedang perjalanan pulang. Tepatnya beberapa saat lagi mereka akan sampai.

"Rumahku atau rumahmu?" Tanya Hyunjin sambil menaik turunkan alisnya.

"Aishh!! Yang kumaksud rumah ya rumahmu!" Ucap Yeji kesal.

Cup..

Yeji segera membekap bibirnya sendiri. Ia lupa dengan kesepakatan yang Hyunjin buat untuknya.

"Hehe.. kena kan?" Hyunjin terkekeh melihat respon Yeji yang menutupi bibirnya rapat-rapat.

"Menyebalkan!" Ucap Yeji sambil memukul pelan lengan Hyunjin. Masih dengan menutupi bibirnya.

"Hehe... Hari ini aku akan pulang ke apartemen saja." Ucap Hyunjin. "Terlalu menyesakkan jika harus pulang ke rumah sekarang." Lanjutnya.

Yeji hanya diam. Ia tenggelam dalam pikirannya setelah mendengar penuturan Hyunjin.

"Wae? Kau kecewa aku tak pulang ke rumahmu ya?" Jahil Hyunjin.

Yeji menggelengkan kepalanya pelan. Wajahnya terlihat sedih. Hyunjin mengerutkan dahinya. Ia pun segera mengambil tangan Yeji dan menggenggamnya erat.

"Ada apa?" Tanyanya pada gadisnya itu.

"Mianhae." Ucap Yeji lirih. Tak lama kemudian suara isakan terdengar.

Hyunjin terkejut. Ia pun segera menepikan mobilnya. Pemuda itu langsung menangkup wajah Yeji dan menghadapkannya ke wajahnya begitu berhasil menghentikan mobilnya dengan sempurna.

"Ada apa, eoh?" Tanya Hyunjin khawatir. "Jangan membuatku khawatir Yeji-yaa." Ucap Hyunjin lagi.

"Pasti sulit bertahan bersamaku." Lirih Yeji.

"Aku sangat jauh dari menantu sempurna. Ayah ibumu pasti tidak bisa menerimaku." Ucap Yeji lagi.

Hyunjin membawa Yeji ke dalam dekapannya.

"Tidak, tidak! Apa yang kau katakan! Kau sempurna untukku. Sejak dulu." Ucap Hyunjin tegas.

"Jangan membohongi dirimu sendiri Hyunjin! Aku memang jauh dari sempurna. Mana ada orang tua yang rela bermenantukan gadis sepertiku." Ucap Yeji. Isakan Yeji kian jelas terdengar. Membuat Hyunjin teriris. Ia kian menguatkan dekapannya. Menumpukan dagunya di pucuk kepala Yeji.

"Itu tidak benar. Sudah berapa kali ku bilang jika itu tidak benar!" Ucap Hyunjin sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali. Ia melepaskan dekapannya dan menangkup wajah Yeji hingga sempurna menghadap ke arahnya.

"Kita sudah berjanji akan berjuang bersama kan?" Tanya Hyunjin lembut. Jari-jarinya mengusap pelan air mata yang mengalir di kedua pipi Yeji. Yeji hanya diam. Gadis itu hanya bisa membalas ucapan Hyunjin dengan pandangan sendunya.

"Kau mencintaiku kan?" Tanya Hyunjin lagi. Kali ini Yeji menjawabnya dengan anggukan yang mantap. Membuat Hyunjin tersenyum melihatnya.

"Kau masih percaya Tuhan kan?" Tanya Hyunjin lagi. Yeji kembali menganggukkan kepalanya. Kali ini gadis itu menghapus air matanya sendiri. Membuat Hyunjin kembali tersenyum teduh.

"Itu semua sudah lebih dari cukup. Tugas kita adalah tetap saling mencintai. Tugas kita adalah terus memperbaiki diri. Lalu biarkan Tuhan yang mengurus sisanya." Ucap Hyunjin lagi.

"Mamaku bilang seperti itu. Hehe.." Ucap Hyunjin disertai kekehan di akhir kalimatnya. Membuat Yeji mau tak mau ikut tersenyum kecil.

"Mama selalu mendukungku. Dengan semua perubahanmu, aku yakin ayah juga akan segera mendukung kita. Aku yakin itu." Ucap Hyunjin lagi.

Fight for "Ours" --- 2Hwangs (Hyunjin Yeji)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang