Yeji berjalan cepat memasuki rumah besar itu. Membuat dua orang yang tengah duduk di sofa mengalihkan pandangan dari tivi yang menyala kepada dirinya.
"Kau sudah pulang Yeji-ya?" Suara seorang pria membuat Yeji menghentikan langkahnya.
"Ne." Jawab Yeji pendek. Gadis itu kemudian melanjutkan langkahnya. Menapaki anak tangga pertama menuju lantai dua. Tempat kamarnya berada.
"Kau sudah makan?" Tanyanya lagi.
"Aku tidak lapar pam... Papa." Ucapnya kaku.
Ya, dua orang itu adalah tuan dan nyonya Hwang Chansung. Tuan Chansung tersenyum kecil.
"Ya sudah. Istirahatlah nak. Sudah malam." Ucap tuan Chansung sambil tersenyum.
Yeji membalas senyuman itu sekilas. Gadis itu kemudian kembali bergegas menuju kamarnya.
Tuan Chansung mengembalikan fokusnya pada layar kaca di hadapannya. Tapi tidak dengan sang istri.
Nyonya Hwang menangkap sesuatu yang tidak biasa dari tingkah Yeji. Gadis itu nampak menyembunyikan sesuatu. Sesuatu yang sepertinya begitu penting. Hingga terlihat begitu mengusik hidupnya.
....
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuat Yeji terkesiap. Gadis itu melirik jam dinding yang berdetak cukup kencang. Sudah pukul 10 malam. Siapa yang mengunjungi kamarnya di malam yang sudah cukup larut ini
Tidak, ia tidak bisa menemui orang lain dengan keadaan seperti ini. Mata sembab dan rambut berantakan. Entah bagaimana rupa dirinya saat ini.
"Yeji-ya." Panggil suara itu lembut. Yeji tahu siapa yang datang. Ia harus bagaimana?
Di depan pintu kamar itu berdiri wanita paruh baya yang menatap pintu itu penuh khawatir. Siapa lagi jika bukan nyonya Hwang.
"Yeji-ya. Boleh bibi masuk?" Tanya wanita itu. Ia memang masih menggunakan panggilan bibi. Ia masih merasa bahwa Yeji belum bisa menerima sepenuhnya status barunya.
Ah tidak. Bukan hanya Yeji. Dirinya juga masih belum bisa terima. Dan sepertinya tidak akan bisa menerima.
Bukan masalah ia tidak menerima keponakannya itu. Tapi membayangkan bagaimana perasaan putra dan keponakannya membuatnya sama sekali tak bisa menerima bahwa Yeji adalah bagian dari keluarganya.
Ia tidak bahagia Yeji masuk ke keluarganya dengan cara seperti ini. Ia akan bahagia, amat bahagia jika Yeji masuk ke keluarganya sebagai menantu. Bukan sebagai anak dengan cara seperti ini.
Putranya tak pernah kembali ke rumah sejak mengetahui Yeji telah diangkat menjadi putri ayahnya. Ibu mana yang tega melihat anaknya menderita?
Sungguh, ia sangat khawatir. Hyunjin adalah satu-satunya yang ia miliki saat ini. Setelah sang kakak yang meninggal akibat kecelakaan beberapa tahun lalu, hanya Hyunjin yang mampu membuatnya tegak dan bertahan menjalani kehidupan yang menyakitkan.
Tapi lihatlah sekarang. Apa yang terjadi pada putra satu-satunya itu. Mengapa takdir begitu kejam kepada mereka berdua.
Tak ada jawaban dari dalam. Akhirnya nyonya Hwang memutuskan untuk memasuki kamar itu tanpa izin dari pemilik kamar.
Gelap. Tampaknya keponakannya itu sudah tidur. Ah.. ya, keponakan! Mengingat fakta itu membuatnya kembali merasakan sakit.
Wanita itu berjalan perlahan menuju ranjang Yeji. Lalu duduk dengan tenang di samping ranjang itu. Memandangi wajah lelah sang gadis.
"Wajahmu sangat mirip dengan Sohee. Tapi sifatmu misterius seperti Minhyun." Ucapnya sambil mengusap pelan rambut Yeji.
Matanya memanas bahwa ia setuju bahwa gadis itu memanglah putri Minhyun. Sejenak ia kembali ke masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight for "Ours" --- 2Hwangs (Hyunjin Yeji)
Hayran KurguDua orang berbeda sifat. Hwang Hyunjin, amat penyabar, penyayang, perhatian, sentimentil, memperhatikan hal-hal kecil. Mencari perhatian sang kekasih. Hwang Yeji, bar bar, urakan, tomboy, tidak peduli apa kata orang. Menganggap pacarnya lembek. Men...