Hari patah hati

303 47 7
                                        

"Mas, pendaftaran basketnya masih buka nggak sih?" tanya Tzuyu yang sekarang sudah naik ke
mobil Chanyeol.

"Udah tutup." jawab Chanyeol singkat sembari fokus terhadap jalanan. Sebenarnya dia badmood karena harusnya yang duduk di bangku Tzuyu itu Sehun. Karena sebelumnya dia tak mau membawa sembarang orang naik ke atas mobil kesayangannya ini. Bahkan diantara keenam mantannya, hanya satu yang terpilih menduduki bangku tersebut.

"Yaahh.. buka lagi dong, aku mau daftar lho mas." Tzuyu merengek.

Chanyeol menghela nafas. Dia badmood karena Sehun tiba-tiba tak menggubrisnya, sekarang harus menghadapi Tzuyu yang menye-menye pula. "Gak bisa, Tzuyu." ucapnya mulai jengah.

"Ih pokoknya aku gamau tau, aku harus dibolehin daftar! Ya, mas ya?" Tzuyu memasang wajah memelas sambil memegang lengan kiri Chanyeol

"Terserah lu deh." Chanyeol berkata acuh tak acuh sambil melepaskan lengannya dari genggaman Tzuyu dengan kasar.

Tzuyu cemberut. Chanyeol benar-benar sudah bukan Chanyeol yang dulu bertekuk lutut mengharap cintanya. Kini pria itu dinging, cuek, dan tak tersentuh.

Beberapa menit kemudian, sampailah keduanya di parkiran kampus. Banyak pasang mata yang menyorot Tzuyu begitu ia turun dari mobil Chanyeol. Seingat mereka, Tzuyu satu-satunya wanita  selain mantan Chanyeol yang meninggal sekitar setahun lalu yang pernah menaiki mobil super mewah Chanyeol itu.

Dan yang tak Chanyeol sadari adalah Sehun yang melihat semua itu dari jendela kelasnya yang menghadap langsung ke parkiran.

***

Kelas sudah benar-benar sepi. Tersisa Sehun dan kedua sahabatnya di ruangan itu. "Lo nginep di kampus?" tanya Lisa jengah pada Sehun yang tak kunjung berniat bangkit dari bangkunya.

"Kalian berdua duluan aja lisaaaa." ucap sehun malas.

"Gila lo ya, bisa dijadiin tumbal proyek gue sama Lisa kalo biarin lo pulang sendiri." Wendy menyahuti.

"Ck!" sehun berdecak. "Lebai banget. Gue nanti yang ngomong ke papi.'

Lisa memutar bola matanya malas. Dia lalu melirik ke arah luar jendela yang langsung menghadap ke parkiran. Bertepatan dengan itu, terlihat mobil Chanyeol yang baru saja keluar dari parkiran.

"Brengsek!" maki Lisa. Dia pun langsung menutup kedua mata sehun dengan tangannya sebelum anak itu juga menyaksikan pemandangan yang baru saja di lihatnya.

"Apaansih Lisa! lepas!" Sehun memberontak, tapi Lisa tetap mempertahankan tangannya di mata Sehun. Hingga akhirnya ia melepas sendiri tangannya setelah melihat mobil Chanyeol yang menghilang dari balik jendela.

Setelahnya tangan lentik lisa kembali bereaksi dengan menarik lengan pemuda manis di sebelahnya. "Yok cabut. Gue tau lo daritadi nungguin mereka pulang duluan kan biar mereka ga tau kalo lo merhatiin mereka."

Wendy dan Lisa hanya menghela nafas melihat wajah menyedihkan Sehun. "Hun, bisa jangan gitu banget ga mukanya? Atau mau gue pukulin aja tu muka si Chanyeol sekalian Tzuyunya?" Lisa menawarkan.

"Apaansih Lisa, udahlah. Gue gapapa kok."

"Lisa, anak kita udah gede ya, udah bisa galau." Wendy berucap prihatin sambil mengelus puncak kepala Sehun.

"Alay." Sehun mendengus kemudian menjauhkan kepalanya dari sentuhan Wendy.

Mereka bertiga berjalan ke lobby utama, di mana mobil Yeonseok sudah terparkir di sana. Sehun naik ke mobil sang ayah, sedangkan Lisa dan Wendy meneruskan langkah mengambil
motor mereka di parkiran. "Duluan, ya!" ucap Sehun.

"Iya, hati-hati." jawab Lisa.

Di dalam mobil, Yeonseok nampak menahan jengkel. "Kok lama banget? Papi udah hampir 30 menit di sini."

Sehun memutar bola matanya malas, memang sifat alami bapak-bapak itu ya malas menunggu. Tak heran mengapa Yoona sering ngomel setiap habis belanja ke supermarket ada saja barang yang lupa di beli. Penyebab utamanya adalah Yeonseok yang malas menunggu dan membuat Yoona terburu-buru.

"Kalo papi gamau nunggu, ya gausah jemput adek. Kan beres." Sehun yang sedang dalam mood tak baik jadi tak terima disalahkan oleh sang ayah.

"Emang bisa pulang sama siapa kamu?"

"Banyak kok, taksi atau ojol."

"Pernah papi kasih izin kamu naik itu?"

"Terus kalo papi ga kasih izin, kenapa papi marah-marah perkara nungguin 30 menit doang? Harusnya kalo papi bersedia jemput ya papi ikhlas lahir batin. Papi kenapa gitu?" Sehun jadi meluapkan emosinya yang seketika membuat Yeonseok terdiam.

"Iya, papi minta maaf." ucap Yeonseok mengalah.

Sehun memilih diam. Yeonseok berusaha mengajaknya berbicara lagi, "Tadi papi liat ada yang bawa range rover ke kampus ini. Itu dosen kamu?"

"Gatau, Pi, ODGJ kali." jawab Sehun asal.

"Wus, ngawur." dari respon Sehun yang nampak ketus sedari tadi, sangat timpang dengan sikap Sehun yang biasanya ceria. Yeonseok menyimpulkan sendiri bahwa putra semata wayangnya sedang tidak baik-baik saja. "Kamu kenapa? Ada masalah sama Lisa? Sama Wendy?"

"Ga ada."

"Terus kenapa jutek banget daritadi?"

"Aku ga jutek. Perasaan papi aja kali." bantah Sehun yang berupaya menyembunyikan cemberutnya. Tapi Sehun tetaplah Sehun yang ekspresif. Sulit baginya menyembunyikan perasaannya.

"Sehun, Sehun.." Yeonseok menghela nafas. "Yang sekarang ngobrol sama kamu ini papi kamu, dan kamu masih mikir papi ga hafal ekspresi kamu?"

Sehun terdiam. Jika membohongi orang tuanya tentang perasaan, maka Sehun jelas salah orang.

"Jadi kamu ada masalah sama siapa? Lisa? Wendy?"

"Jelas nggaklah, Pi."

"Terus siapa? Dosen?"

Sehun lagi-lagi menggeleng.

"Dosen bukan, Lisa Wendy juga bukan. Terus siapa?"

Yeonseok ini memang kelewat posesif. Jadi dia akan mencari tahu sampai dapat. Dia berpikir sesaat. Kemudian teringat sesuatu. Tadi pagi, bukankah Sehun tidak pergi bersama Chanyeol? Apakah masalah Sehun adalah dengan Chanyeol?

"Kamu ada masalah sama Chan—" belum sempat Yeonseok mengemukakan pemikirannya, Sehun buru-buru menyela.

"Papi nanti singgah mcd ya, Sehun pengen burger."

***

"Udah dapat burger kan, sekarang cerita ke papi." tagih Yeonseok.

Sehun tersenyum dengan pipinya menggembung karena sedang mengunyah burger. Kemudian dia menggelengkan kepalanya. Yeonseok kesal bukan main mendapati penolakan itu.

Tapi ia tak bisa marah, hanya mampu menghela nafas dan berucap lirih, "Kenapa bisa nurun sifat mami banget sih, Hun?"

Karena memang, dari segi wajah Sehun duplikat Yeonseok. Tapi sifat keras kepalanya adalah turunan Yoona. Bahkan dua kali lipat.

BaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang