Fear

323 45 8
                                    

Yeonseok pergi ke kantor polisi bukan sekadar menemui Siwon. Tapi sekaligus ingin bertemu langsung dengan Chanyeol dan Tzuyu yang sudah dijemput anggotanya Siwon sejak 8 jam yang lalu.

Begitu tiba di kantor polisi, ubun-ubun Yeonseok makin terasa panas. Dia sudah tak tahan untuk cepat-cepat menghajar para pelaku pada kasus putranya. Ia sampai memarkirkan mobilnya dengan asal.

Tapi begitu Yeonseok sampai di ambang pintu gedung itu, ponselnya berdering. Istrinya menelepon. Dia lantas mengangkat panggilan itu.

"Halo sayang?"

"Mas, kamu dimana? Sehun siuman, mas. Ayo cepet ke sini!"

"Mas ke sana sekarang ya!"

Yeonseok seketika lupa dengan niat awalnya. Habis semua rasa emosi yang meluap-luap tadi saat mendengar kabar baik yang istrinya ucapkan. Dia membalik punggungnya dan bergegas melajukan mobilnya ke rumah sakit.

***

Sehun siuman dengan matanya yang masih sayu. Tidak ada yang menyadari bahwa bangunnya Sehun menyelamatkan Tzuyu dan Chanyeol dari amukan Yeonseok.

Sehun masih belum paham betul keadaan sekitarnya. Suara tangisan Yoona yang ia tangkap tak lebih dari nada yang sayup-sayup. Pandangannya pun belum jernih total, sehingga dia tak tahu jelas siapa saja orang-orang yang mengitari ranjangnya.

Menit berikutnya tim medis masuk ke ruangan dan memeriksa keadaannya. Sehun hanya diam mematung selama pemeriksaan dilakukan.

"Kondisinya mulai stabil. Beberapa jam kedepan mungkin dia masih belum bisa diajak ngobrol. Nanti saat terdengar suara erangan kecil, atau tangisan, itu tidak apa-apa. Itu artinya efek biusnya sudah hilang, jadi bekas operasinya terasa perih. Untuk yang lainnya normal." dokter paruh baya itu menjelaskan dengan saksama kondisi Sehun pada keempat orang di hadapannya. Mereka berterima kasih dan dokter itu pun pamit bersama jajarannya.

Yoona berkali-kali mengucap syukur dan menciumi punggung tangan putranya yang masih lemas. "Makasih, sayang! Makasih udah bangun buat mami. Cinta mami harus kuat."

***

Malam tadi, sungguh malam yang berat untuk Yoona dan Yeonseok. Mereka harus menyaksikan Sehun yang meringis, menangis, karena rasa efek biusnya habis tanpa bisa membantu apa-apa. Meskipun kata dokter itu hal yang normal, tapi Yoona sakit hati melihat putranya harus melawan rasa sakitnya sendirian.

Begitupun Yeonseok yang berkali-kali mencoba menahan tangisannya demi menguatkan anak dan istrinya. Diapun ingin menangis sejadi-jadinya sebenarnya. Melihat banyak air mata yang istrinya tumpahkan dan rasa sakit yang putranya rasakan adalah kelemahannya.

Bahkan untuk membalaskan dendam pada Chanyeol dan Tzuyu pun rasanya Yeonseok belum mampu. Ada saja halangan tak terduga. Seolah tuhan mencegahnya membalas perbuatan iblis mereka dengan sisi iblis dalam dirinya juga.

"Mih.." Sehun berucap untuk pertama kali, sehari setelah ia bangun. Meskipun pelan, Yoona dan Yeonseok bisa mendengarnya dengan sangat jelas.

"Iya, sayang? Kenapa sayang? Sehun mau apa?"

"Ma.. mih.."

"Iya, mami di sini. Ada yang sakit?" Yoona membelai lembut kepala plontos Sehun. Semalam dokter mencukur habis rambutnya untuk keperluan operasi.

Sehun menggeleng. Dia tersenyum tipis. Tatapannya beralih ke arah Yeonseok. "Pa—pih.."

"Iya, dek, ini Papi."

"Pih.."

"Hm?"

"Jangan.. balas.. dendam.."

Yeonseok hanya mampu memberikan respon senyuman kecut menanggapi omongan Sehun. Ternyata benar kata orang-orang. Jika ada seseorang yang menyakitimu, meskipun kamu bisa memaafkannya, orang tuamu belum tentu bisa. Sekarang Yeonseok merasakannya dan itu menjadi dilema besar untuknya.

***

1 Tahun kemudian

Sehun melihat-lihat instastory teman-teman kuliahnya dulu. Ya, karena sekarang Sehun tak lagi berkuliah. Jauh di lubuk hatinya dia iri sekali. Melihat postingan teman-temannya sedang makan bersama sepulang kuliah, mengerjakan tugas bersama, dia sangat merindukan saat-saat seperti itu.

Setahun yang lalu ia dan ayahnya membuat perjanjian. Yeonseok yang berjanji tidak akan menghajar ataupun menuntut Chanyeol serta Tzuyu, dengan syarat Sehun bersedia untuk berhenti kuliah dan 24 jam berada di rumah. Karena Yeonseok tak percaya pada siapapun lagi sekarang. Hanya Lisa dan Wendy yang ia izinkan mengunjungi Sehun.

Perjanjian yang berat, tapi Sehun menyetujui karena meskipun dia sakit hati dia tak menaruh dendam sedikitpun pada Tzuyu maupun Chanyeol. Dia yakin semua perbuatan mereka, akan mereka pertanggung jawabkan di hadapan tuhan. Yeonseok tak perlu repot-repot mengotori tangannya untuk membalas dendam.

Sementara Chanyeol, dia memang dibebaskan dari hukuman. Tapi sanksi kampusnya tetap berjalan. Dia dan Tzuyu sama-sama di dropout.

Chanyeol pindah ke sebuah perguruan tinggi swasta. Dia sudah tak seaktif dulu. Tidak mengikuti organisasi sama sekali. Bahkan dia tak memiliki teman di kampus yang baru. Berita yang menyebar itu membuat tak seorangpun berani mendekatinya, apalagi menjadikannya teman.

Terlebih saat tiba-tiba ia dan Tzuyu dibebaskan begitu saja. Ia yakin itu pasti permintaan Sehun. Padahal ia yakin, ayah Sehun bisa saja membuatnya mati di hari kejadian itu juga pada waktu itu. Tapi baik Sehun maupun keluarganya menolak ditemui untuk meminta maaf.

Chanyeol mencoba menghubungi Sehun lewat whatsapp tapi nyatanya Sehun memblokirnya. Tak hanya Sehun, teman-temannya juga memutuskan kontak mereka dengan Chanyeol.

Chanyeol merasa hidupnya tak lagi berguna. Ia bebas tapi hatinya terkurung rasa bersalah. Kesehariannya hanya pergi ke kampus, lalu pulang dan mengurung diri di kos nya seharian.

Setelah sekian lama, malam ini Chanyeol memutuskan keluar untuk mencari udara segar. Niatnya dia ingin makan di luar. Meskipun pasti masih ada satu dua orang yang akan mencibirnya atau memandang sinis ke arahnya. Tapi sepertinya sudah tak separah dulu.

Chanyeol pergi ke tukang nasi goreng tempat ia dan Sehun pernah makan berdua. Di sana, ada dua orang gadis yang wajahnya familiar.

Wendy dan Lisa. Chanyeol yakin itu mereka. Tapi hanya berdua, tanpa Sehun. Padahal Chanyeol seperti sudah mendapat secercah harapan untuk bertemu Sehun dan meminta maaf langsung pada anak itu.

Tapi, setelah dipikir-pikir, Chanyeol bisa saja kan meminta bantuan kedua sahabat Sehun itu? Meskipun ia yakin pada awalnya pasti Wendy dan Lisa akan memakinya. Tapi apa salahnya mencoba?

Chanyeol mendekat ke meja Lisa dan Wendy. Kedua gadis itu serentak memberikan atensi mereka pada Chanyeol. Tapi mereka belum menyadari bawah orang dibalik topi dan masker hitam itu adalah Chanyeol.

Sampai akhirnya tanpa permisi, Chanyeol duduk di salah satu kursi sebelah Lisa. Kemudian membuka maskernya perlahan. Lisa dan Wendy menganga kaget melihat Chanyeol.

"Anjing!" pekik mereka bersamaan.

Chanyeol langsung menempelkan telunjuk ke bibirnya. Membuat gestur supaya Lisa dan Wendy tidak membuat keributan.

"Ngapain lo di sini bangsat? Masih punya muka lo? Hah?!" Lisa memaki terang-terangan.

Pandangan Chanyeol langsung turun. Ya, kesannya dia memang tak tahu malu sekali dengan santainya duduk di dekat orang terdekat Sehun.

"Pertama.." Chanyeol menghela nafas berat. "Gue mau minta maaf ke kalian, terutama ke Sehun."

Lisa dan Wendy saling pandang tapi hanya diam tak menggubris. Mereka menunggu Chanyeol mengeluarkan pernyataan berikutnya.

"Gue tau banget gue salah, gue dihantui rasa bersalah selama setahun ini, Lis, Wen. Gue bebas, tapi gue selalu gelisah karena ga punya kesempatan minta maaf ke Sehun."

"Terus, intinya lo ke sini mau apa?" Wendy bertanya to the point.

"Tolong buat gue bisa ketemu dan minta maaf sama Sehun."

BaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang