momen yang ditunggu

333 47 6
                                        

"Lo punya otak gak sih, Chan?" Lisa menatap tak percaya setelah mendengar pernyataan Chanyeol. Chanyeol tidak kaget karena sebelumnya dia sudah menduga kalimat semacam ini pasti keluar dari mulut Lisa maupun Wendy.

"Iya, Chan. Jangankan mau ketemu Sehun, mau ketemu kita aja lu minimal punya malu." sarkas Wendy.

Chanyeol tahu. Diapun sama sekali tak mengajukan pembelaan diri.

"Wen, Lis, tolong kasih gue kesempatan sekali aja buat minta maaf ke Sehun. Sekali aja, biar gue gak merasa berdosa seumur hidup. Jujur gue lega pas tiba-tiba tuntutan gue dicabut sama keluarga dia. Tapi sampe sekarang gue bahkan ga diizinin minta maaf. Bahkan surat permintaan maaf gue pun di tolak.

Jadi gue minta tolong, gue janji ga akan nyentuh dia seinchi pun. Tapi tolong buat gue bisa minta maaf langsung ke dia. Gue ga tau harus gimana lagi."

Chanyeol terdengar sangat putus asa. Bahkan suaranya terdengar parau. Wendy dan Lisa saling melempar tatap. Sebenarnya mereka iba pada Chanyeol, tapi Lisa seolah bicara lewat pandangan matanya. Ada sesuatu yang ia sulit jelaskan.

"Chan, bukannya kita ga mau.." Wendy mulai berbicara. Chanyeol mengangkat kepalanya. Mata merahnya yang berkaca-kaca menatap serius pada gadis itu. "Sehun udah ga pernah keluar rumah lagi."

"Ke kampus?" tanya Chanyeol.

Wendy menggeleng, "Dia berhenti kuliah. Itu perjanjian yang dia buat sama ayahnya. Ayahnya bebasin lo sama Tzuyu, dengan syarat dia mau berhenti kuliah dan di rumah aja. Kita berdua juga udah ga diizinin bawa dia keluar. Kita cuma boleh main di rumah dia. Sehun setahun ini diisolasi. Om Yeon ga percaya siapapun lagi."

Hati Chanyeol sakit. Tangisannya tak bisa ia bendung lagi. Tanpa suara, air matanya mengalir. Membasahi masker yang ia kenakan. Tak menyangka Sehun mengorbankan masa depannya, masa mudanya, hanya untuk menolong iblis seperti dia dan juga Tzuyu. Rasa bersalah yang menghampirinya detik ini berkali-kali lipat daripada yang ia pendam selama setahun ini.

Sekalipun Lisa dan Wendy sama-sama  ingin menampar Chanyeol di pipi kanan dan kiri lelaki itu, mereka tak sampai hati juga melihat keseriusan Chanyeol untuk meminta maaf.

Yang Lisa ingat, dua hari yang lalu Yeonseok memanggilnya. Beliau mengatakan bahwa dirinya dan Yoona akan berangkat ke Bandung selama empat hari mulai besok. Yeonseok berpesan agar Lisa dan Wendy menginap untuk menemani Sehun.

"Sebenernya, gue bisa usahain bantu lo buat minta maaf sama dia."

***

"Hun rambut lo bentar lagi kek kak Seto tuh, ga mau potong?" tanya Lisa begitu sampai di kamar Sehun.

Hari ini Lisa dan Wendy langsung ke rumah Sehun selepas kelas.

"Mau potong sama siapa? Emang lo bisa potongin?" Sehun merengut. Semenjak rambutnya dicukur habis setahun lalu, rambutnya dibiarkan tumbuh begitu saja. Karna boro-boro mau ke salon, mendekat ke gerbang rumah pun Sehun diharamkan oleh Yeonseok.

"Ke salon lah!"

"Iya nih, gue juga udah lama ga nyalon." Wendy menyambar.

"Wendy Patricia, Lisa Abigail, jangan mengada-ngada ya." Sehun menarik senyum sinisnya. "Gue nyentuh pintu utama aja Papi udah rempong banget."

"Aelah, Hun.." Lisa memutar bola matanya malas. "Om Yeon bilang nanti malam dia mau ke bandung empat hari bareng nyokap lo. Jadi gue sama Wendy disuruh nginep di sini."

"Serius? Kapan papi bilangnya?"

"Dua hari yang lalu, emang si om ga bilang ke lo?"

Sehun menggeleng.

"Tapi, gimana kalo ntar ada yang ngadu?" Sehun menunduk lesu.

"Lo ngeremehin gue sama Wendy buat urusan kek gini?" Lisa menaikkan sebelah alisnya.

Sehun seketika tersenyum lebar hingga matanya membentuk bulan sabit. "Okei kalo gitu! Sayaaaaang Lisa.." dia memeluk Lisa erat-erat.

"Lisa doang?" sindir Wendy dengan wajah cemberut.

Sehun terkekeh kecil dan mengalihkan pelukannya ke Wendy, "Sayaaaaang Wendy juga!"

"Kita juga sayang kamu, bayi!"

***

Lisa sudah mengatur semuanya sedemikin rupa. Pada asisten rumah tangga Sehun ia mengatakan bahwa mereka akan ke salon sebentar dan sudah diberi izin oleh Yeonseok sebelumnya.

"Hun, cepet! Kok bengong sih! Grabnya udah nungguin tuh!" Lisa menatik tangan Sehun yang malah terdiam di depan gerbangnya. Padahal taksi yang mereka pesan sudah tiba.

Sehun hanya merasa ganjal dengan grab yang terpakir di depannya sekarang. Mobil itu adalah mobil jenis range rover warna putih.  "Ini serius taksinya ini?" Sehun berbisik pada kedua sahabatnya.

"Iya, Hun." jawab Wendy.

"Emang ada konglomerat segabut ini?" komentar Sehun lagi.

"Lo mau langsung pergi atau kita ketahuan tetangga lo karna lo banyak tanya di sini?" ujar Lisa jengah.

Sehun akhirnya menurut dan naik ke dalam taksi itu. Lisa dan Wendy menyuruhnya duduk di bangku sebelah supir.

Sehun cukup familiar dengan supir berpakaian serba hitam itu. Meskipun tertutup masker dan topi hitam, ia seperti mengenali postur tubuhnya.

Perjalanan terasa hening karena mereka larut dalam pikiran masing-masing. Sehun dalam pikirannya yang mencoba menebak-nebak siapa gerangan orang di sebelahnya.

Sementara Chanyeol adalah supir grab yang dari tadi Sehun perhatikan. Chanyeol sendiri sebenarnya daritadi memuji penampilan pemuda manis di sebelahnya. Ia hanya bisa diam menahan rindu di dadanya meledak-ledak. Wendy dan Lisa yang sama-sama mengawasi di belakang sampai rencana mereka selesai.

Belum sampai ditujuan, Chanyeol tiba-tiba menghentikan mobilnya. Sehun menoleh bingung, mulutnya baru terbuka hendak bertanya. Tapi Chanyeol langsung membuka maskernya untuk menjawab semua pertanyaan Sehun.

"Hun.." panggil Chanyeol dalam dengan tatapan memohonnya.

Respon Sehun berupa tatapan melotot tak percaya pada lelaki di sebelahnya. Seketika kenangan menyedihkan setahun yang lalu berputar di otak Sehun. Dia sampai tak sanggup bernafas saking syoknya.

Chanyeol ingin meraih tangan Sehun, tapi tubuh Sehun yang membeku itu tiba-tiba mundur seolah tak mau disentuh.

"Chan, jangan sentuh dia!" seru Lisa ketika melihat trauma Sehun akan kenangan pahit itu muncul.

Chanyeol seketika ingat akan janjinya semalam yang tak akan menyentuh Sehun sama sekali ketika bertemu. Diapun menjauhkan tangannya segera.

"Hun, maafin gue.. Gue tahu gue salah, maafin gue." Chanyeol mengatupkan kedua tangannya ke depan wajahnya dengan mata terpejam.

Bulir-bulir bening mulai menggenangi mata Sehun. Bukan hal yang mudah melihat wajah Chanyeol yang setahun ini ia coba hapus terus-menerus tapi sekarang terang-terangan muncul di depannya. Diapun lantas membuka pintu, tapi Chanyeol lebih dulu menguncinya.

"Hun, gue cuma mau minta maaf. Gue tau seenggak pantes itu gue buat muncul lagi di depan lo. Tapi tolong.. tolong maafin gue.. Lo boleh pukul gue sekarang.. gue capek setahun ini cuma hidup dalam penyesalan, Hun.."

Sehun hanya diam sampai beberapa menit. Kemudian dengan helaan nafas dia berucap parau, "Aku maafin kamu dari dulu, jadi tolong anter aku balik sekarang."

"Gue bakalan antar Lo dan temen-temen Lo pulang, tapi bisa kan kita ngobrol sebentar?" tanya Chanyeol dengan tatapan memohon.

Sehun nampak ragu. Dia melirik ke arah belakang tempat Lisa dan Wendy duduk. Seolah mengerti Chanyeol pun melanjutkan, "Tenang aja, Wendy sama Lisa ikut kok."

Perlahan tapi pasti Sehun pun mengangguk. Ia setuju dan Chanyeol yang tak bisa menyembunyikan senyum lebarnya.

BaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang